I hope you like and enjoy my story!
Happy reading!
~●~
Gadis cantik itu memalingkan mukanya akibat tangan kasar yang menyentuh pipinya. Dia sedikit meringis. Bukan sakit yang diderita pipinya, melainkan sakit yang ada di hatinya.
Dia bertanya-tanya, untuk apa dia masih hidup jika kehadirannya selalu dianggap malapetaka?
"Kamu budeg apa memang pura-pura gak tahu?" Tanya seorang pria kepada gadis cantik di depannya.
Pria tersebut merupakan Ayah dari gadis di depannya, namanya Roni. Sedangkan gadis cantik tersebut bernama Raya, Annisa Hilmi Raya.
Annisa dalam bahasa Arab berarti perempuan, Hilmi dalam bahasa Arab berarti penyabar, sedangkan Raya dalam bahasa Indonesia berarti besar. Jadi, bisa disimpulkan bahwa Annisa Hillmi Raya merupakan perempuan yang mempunyai jiwa penyabar besar.
"Maaf." Cicit Raya sambil menunduk menatap lantai, seolah-olah lantai itu lebih menarik diperhatikan daripada pria di depannya yang terlihat murka.
"Masuk kamar!" Suruh Roni, Raya hanya menganggukan kepala menurut. Sedangkan Roni terlihat menghembuskan nafasnya perlahan untuk mengendalikan emosinya.
Roni termasuk orang yang mudah emosi dan memiliki sifat kasar yang membuatnya terlihat buruk serta menyeramkan.
Di dalam kamar Raya diam, dia sakit hati. Saking sakitnya, dia sampai tidak bisa mengeluarkan air mata. Sudah sering sekali dia mendapatkan perlakuan seperti ini. Tapi dia tidak pernah marah atau berontak. Sebab Roni adalah Ayahnya, lelaki yang sudah membesarkannya tanpa dia minta.
~●~
"Lo di follback kak Frendi gak?"Tanya Fitri-begitu dia biasa dipanggil-kepada Raya, sahabatnya.
Fitri termasuk orang yang berlebihan dalam berat badan, tetapi dia tidak pernah merasa kurang percaya diri ataupun sakit hati ketika diejek oleh teman-temannya, jika temanya berkata, "lo gak diet Fit?" Maka Fitri akan menjawab dengan tegas "Gausah malu gendut, gausah pengen tinggi, karena panda yang segede itu lebih imut dari jerapah yang tinggi."
"Enggak, sumpah kitati dedek." Jawab Raya, sambil mengelus dadanya dramatis.
"Tapi di follback Aldi 'kan?" Seru Lesta, Lesta juga termasuk sahabat Raya, Lesta merupakan gadis cantik, dengan hidung mancung, mata bulat hitam, tinggi, putih, bulu mata lentik, baik, pintar tentu saja karena dia siswa berprestasi yang sering mengikuti beberapa lomba akademik seperti Raya, dia juga rajin beribadah, sempurna.
"Iya, kenapa?" Jawab dan tanya Raya.
"Ya, Alhamdulillah dong, setidaknya kalo gak dapet follback dari kak Frendi tapi dapet follback dari Aldi," sahut Fitri tanpa mengalihkan pandangannya dari kaca.
"Eh, tapi mendingan gak difollback Aldi deh, percuma juga Aldi 'kan pelit like." Dengus Fitri, dia menghembuskan nafas kasar.
"Dasar maniak like." Cibir Lesta. Fitri nyengir saja.
"Yaudah sih gak difollback kak Frendi gapapa, asal gue bisa lihat mukanya aja udah seneng kok." Kata Raya, kalem.
"Lebih seneng lagi kalo di follback, hahahah." Ejek Lesta, dia tertawa meledek.
"Heheh" Raya mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Dia sedikit merapikan posisi duduknya. Dan kembali menghadap teman-temannya.
"Udah ah, udah ada Pak
Ain tuh." Seru Raya seraya menunjuk Pak Ain, guru bahasa Indonesia dengan dagunya."Assalamualaikum warrahmatullah wabarakatuh." Salam Pak Ain sambil memamerkan senyuman tipis.
"Waalaikumsalam warrahmatullah wabarakatuh." Sahut seluruh siswa-siswi.
"Sekarang halaman berapa?" Tanya Pak Ain kepada siswanya, saat dia sudah mendudukan diri di kursi, dan membuka buku tebalnya.
"Lah, Bapak 'kan gurunya, masa' malah nanya kita? Gimana sih?" Sahut seorang siswa yang terlihat di name tagnya bernama Ilham.
"Yaudah sih biasa aja gausah nyolot gitu, Bapak 'kan lupa." Katanya membela diri.
"Au ah." jawab Ilham.
"Jadi sekarang halaman berapa?" Tanyanya lagi.
"Halaman 107 Pak." Seru salah satu siswi.
"Oke, kita sekarang akan belajar tentang anekdot, anekdot adalah suatu kalimat..."
"Kita? Elo aja kali!" Potong Ilham dan selanjutnya disusul gelak tawa oleh seluruh siswa-siswi di kelas X MIA 1 ini, dan tak lupa Pak Ain pun ikut tertawa.
Terlihat kurang ajar memang, namun itulah yang menjadi ciri khas ketika diajar Pak Ain. Katanya, "hidup itu jangan terlalu mengikuti arus, sesekali harus keluar dari jalur. Biar terasa lebih hidup."
"Oke, bisa kamu jelaskan apa itu anekdot, Raya?" Kata Pak Ain setelah tawanya mereda.
Raya sedikit berjengit, dia melirik buku yang ada di depannya, "anekdot adalah kalimat yang bermakna lucu dan terkadang penuh sindiran." Jawab Raya.
Pak Ain mengangguk, "Iya, jadi anekdot adalah seperti yang dijawab Raya tadi."
"Ha? Gimana?" Sahut seorang siswa yang biasa dipanggil Deva.
"Gausah sok bego Dev." Sewot Pak Ain.
"Heheh." Deva hanya nyengir salah tingkah.
"Dia kan emang bego, Pak." Celetuk Ilham.
Deva mendelik sebal, ia mendorong punggung Ilham kesal dibarengi dengan umpatan. "Sialan lu."
~●~
Thanks to reading!
Salam,
Cewekya Manu Rios
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya✔
Teen Fiction"Hidupnya yang dulu kelabu, menjadi mejikuhibiniu." Jangan lupa, setelah duka ada tawa, begitupun sebaliknya. Dan semua itu sebab Takdir Sang Pencipta. Cover by pinterest. © Fryanti Ishara Rifani, 2018.