I hope you enjoy my story!
Happy reading!
~●~
Sore itu Raya pulang sekolah dengan Mondy. Sebab Rian mengantar Rani yang buru-buru pulang saat mendapat kabar keluarga Papanya ada di Surabaya.
Dengan menaiki motor sport yang diberinya nama Barezt-motor hitam dengan sedikit garis putih di sampingnya-Mondy memberikan helm hitam kepada Raya.
Raya menerima lalu memakainya, dia kesusahan menancapkan tautan yang ada di helm itu, berkali-kali dia mencoba tetap gagal, Mondy yang memperhatikan itu jadi mengajukan diri untuk membantu, tangannya melambai menyuruh Raya mendekat.
Raya mendekat selangkah ke arah Mondy, dari jarak sedekat ini Raya dapat merasakan aroma masculine Mondy. Yang membuat Raya menjadi betah berada di posisi seperti ini, dia sampai tidak sadar jika Mondy sudah memasangkan kaitan helmnya. Mondy yang sadar Raya nyaman di sisinya, tersenyum dan memandang Raya sampai Raya mengerjap, sadar sedang diperhatikan Mondy.
Raya meringis, pipinya memerah. Mondy tersenyum geli, "uda puas apa belom? Kalo belom gue bakalan tetep di posisi ini." Goda Mondy. Membuat pipi Raya semakin merona.
"Apasi, lo!" Ujar Raya, ngegas. Dia kalau salah tingkah mirip macan betina saat tidurnya diganggu. Galak.
Mondy terkekeh pelan, "Yaudah, naik." Perintahnya sambil menggerakan kepala ke motornya, menyuruh Raya segera naik.
Raya nurut dengan mukanya yang masih merona. Manis sekali.
Mondy segera menghidupkan motornya, sampai di jalan raya, dia berkata, "ikut gue dulu ya, Ray."
"Ha? Turut berduka?" Tanya Raya.
"Siapa yang meninggal?" Lanjutnya, alisnya saling tertaut. Bingung.
"Apanya yang gagal?" Mondy balik bertanya.
"He, gausah aneh-aneh ya. Mau ugal-ugalan segala." Kata Raya, gak nyantai.
"Apasi." Mondy mengerutkan keningnya. Dia menepikan motornya, membuka kaca helmnya, lalu membalikkan kepalanya ke Raya yang juga membuka kaca helmnya.
"Ngomong apasi?" Tanya Mondy. Dia tertawa pelan, merasa geli sendiri.
Raya mengerjap, "Lah? Lo tadi bilang turut berduka, terus mau ugal-ugalan." Jawabnya, polos.
"Ha? Gue gak ada bilang gitu." Membuat Mondy dan Raya sadar sesuatu.
"Jadi?" Raya bertanya sambil tertawa. Membuat Mondy ikut tertawa geli.
"Anjir, bego bat." Mondy ketawa sampai matanya menyipit, ganteng banget.
"Udahlah, lanjut jalan lagi. Gausah ngomong juga. Berasa budek gue." Kata Raya, geli. Dia menutup kembali kaca helmnya. Mondy mengangguk. Dia menutup kaca helm dan kembali melajukan motornya.
Memang ya, kalau naik motor sambil pakai helm itu berasa budek. Yang diomongin apa, yang dijawab apa.
Kan malu-maluin, apalagi kalau sama doi.
~●~
"Abis dibawa Mondy kemana lu, jam segini baru nyampe rumah?" Tanya Rian, ketika Raya baru sampai rumah diantar Mondy.
"Lu sendiri juga baru pulang, abis kemana dulu, bwang?" Raya membalikkan pertanyaan Rian. Melihat Rian yang masih memakai seragam dan merangkul tas hitam di lengan kanannya.
Muka Rian sedikit gugup, "apa lo? Ditanya malah balik tanya." Jawabnya nyolot.
Raya memasang muka sinis, " b aja dong lo. Lu juga baru pulang, kalee." Dia berjalan ke samping Rian. Lebih tepatnya, tangga lantai dua dimana kamarnya berada.
Raya menabrak bahu kiri Rian, "minggir lo. Ngalangin jalan aja."
"Ye, santai dong. Bar-bar amat lo jadi cewek." Teriak Rian, karena Raya sudah berada di anak tangga ke sepuluh.
Raya mengibaskan tangan kirinya, gak perduli.
Rian yang kesal langsung berlari menaiki tangga mengejar Raya. Dia memiting kepala Raya yang sebatas telinganya, membuat Raya sedikit membungkuk.
"RIANNN." Teriak Raya. Dia berusaha melepaskan diri dengan menyikut perut Rian. Rian reflek mengaduh, "Aduh." Dan melepaskan pintingannya untuk mengelus perutnya yang tersimpan roti sobek itu.
Saat sudah terlepas Raya langsung lari kencang menuju kamarnya, sampai di depan kamarnya dia menjulurkan lidah, "rasain lo."
"Awas aja lo, Ray." Ujar Rian, penuh peringatan.
"Bodo. Gue gak takut." Raya lalu membalikkan badannya untuk masuk ke kamar dan menutup pintunya dengan cara dibanting.
Rian berjingkat, "Itu kembaran gue?" Tanya Rian kepada dirinya sendiri, sambil mengelus dadanya karena kaget.
~●~
Thanks for reading!
Follow Instagramku Fryantiisharar atau tekan link yang ada di bio. Thanku gais.
See you:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya✔
Teen Fiction"Hidupnya yang dulu kelabu, menjadi mejikuhibiniu." Jangan lupa, setelah duka ada tawa, begitupun sebaliknya. Dan semua itu sebab Takdir Sang Pencipta. Cover by pinterest. © Fryanti Ishara Rifani, 2018.