I hope you like and enjoy my story!
Happy reading!
~●~
Gadis itu melangkah tenang saat hampir sampai di kelasnya-setelah berpisah dengan Rian dan Mondy-matanya mengedarkan pandangan mengamati kelasnya yang baru ada segelintir orang.
Sebelum memasuki kelasnya, dia mengucap salam yang dibalas dengan baik oleh teman-temannya.
Mulai hari ini KBM-Kegiatan belajar mengajar-akan berjalan aktif. Masa pengenalan lingkungan sekolah yang biasa dikenal dengan MPLS sudah selesai dilaksanakan oleh siswa-siswi baru.
Raya segera menuju bangkunya. Menaruh tas hitam di atas meja, lalu mendudukan diri di kursinya. Dia membuka tasnya untuk mengambil kitab biologi, membukanya perlahan, dan kembali mengulang apa yang tadi malam dia baca.
"Assalamualaikum ukhti akhi." Teriakan seorang lelaki membuat kegiatan Raya terganggu. Raya mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang mengucap salam-setelah dia membalas salam tersebut.
"Waalaikumsalam. Woi mamen! Apa kabs mabro?" Lelaki yang berteriak tadi hampir terjungkal ke belakang seandainya dia tidak bisa mengendalikan dirinya, akibat rangkulan-lebih ke cekikan-di leher yang dia dapatkan secara tiba-tiba dari belakang.
"Bangsat lo, Alaska." Umpat Angkasa. Dia menjitak keras kepala Alaska. Alaska nyengir lalu mengusap kepalanya yang dijitak oleh Angkasa.
"Kaget gue, njing." Angkasa menggerutu. Setelah itu dia berjalan menuju bangkunya diikuti oleh Alaska.
"Lebay lo." Cibir Alaska.
"Hai, cantik." Sapa Alaska saat dia melewati bangku Raya. Raya yang tadi melanjutkan membaca bukunya jadi mendongak. "Hai, burik." Raya tersenyum sambil menyapa balik.
Angkasa yang mendengarnya jadi tertawa, "anjir burik, hahah."
Muka Alaska masam, lalu menoleh ke arah Angkasa, "Gausah ketawa lo."
Angkasa menaikkan sebelah alisnya masih disertai tawa manisnya, "Idih, emang burik kali."
Alaska mempoutkan bibirnya, "Raya jahat ya sama Alaska. Entar aku aduin Pak Tama biar tahu rasa." Katanya belagak seperti anak kecil, yang jatuhnya malah kelihatan menggemaskan. Pak Tama ialah wali kelas XI Mipa 2.
Alis Raya mengkerut, "jijik, pergi sono lo." Kata Raya, memundurkan sedikit wajahnya dan berusaha menahan tawa.
"Dasar cewek gak ada manis-manisnya." Gerutu Alaska pelan yang masih dapat didengar Raya.
Raya beranjak, ia menendang tulang kering Alaska. "Tuh gue buktiin kalo gue gak ada manisnya." Ujarnya sinis.
Alaska memekik, ia mengusap kakinya yang berdenyut.
"Galak bener." Sahut Antariksa.
Raya mendelik. "Lo mau juga?" Ia mengambil ancang-ancang siap menendang.
Antariksa menggeleng cepat. "Gak. Makasih."
"HALLO GAIS. Cecan kambek. Ada yang rindu gak nih?!" Teriak Syifa, perempuan itu berteriak di ambang pintu kelas dan segera berjalan menuju bangkunya.
Semua yang ada di kelas reflek mengelus dada karena kaget mendengar teriakannya meskipun sudah biasa. Tak terkecuali Raya.
"Kebiasaan lo. Kalo masuk kelas tuh ngucap salam, bukan teriak, bego." Kata Angkasa, dia menoyor gemas kepala Syifa.
"Lo pikir ini hutan?!" Tanya Raya sarkastik.
Syifa nyengir, "Heheh, abisnya percuma gue ngucap salam kalo manusianya pada sibuk sendiri." Syifa berusaha membela diri.
"Kalo gak sibuk sendiri, mau nungguin lo dateng, abis itu diberi sambutan, gitu?! Emang lo siapa?! Anak President? Anak pejabat? Atau Putri Kerajaan? Enggak kan?!" Angkasa menaikkan dagunya.
"Idih, b aja dong lo. Gausah ngegas." Sewot Syifa.
"Bawaanya pen makan orang kalo mantan belum mau diajak balikan." Ledek Alaska. Angkasa memang sedang berusaha mengajak balikan mantan dinginnya dengan cara yang tidak biasa, tetapi berulang kali dia mencoba, masih belum berhasil juga. Alhasil, dia sering diledekin bucin-budak cinta-oleh sahabat, teman sekelas, bahkan teman ekskulnya.
Muka Angkasa langsung suram mengingat fakta tersebut, Syifa yang melihatnya jadi tertawa, dengan Raya yang tertawa pelan, teman-teman lainnya juga tertawa, adapula yang mengejek Angkasa.
"Masih aja lo ngejar-ngejar Aurora." Teriak Shasha si siswi berkacamata tapi bukan kutu buku, dari bangku depan.
"Kalo uda ditolak mah uda, Ka. Gausah ngejar terus, jatuhnya elo kek ngemis cinta tahu gak." Omongan pedas ini datang dari siswa yang mengikuti ekskul basket, dia Atlantis.
"Ini mah namanya perjuangan." Balas Angkasa.
"Indonesia uda merdeka, dan lo gak perlu berjuang lagi." Kata Leo, cowok tinggi yang diidam-idamkan ketua ekskul basket untuk masuk ke sana, justru lebih memilih ekskul futsal.
"Gue juga tahu Indonesia uda merdeka, tapi perjuangan cinta sama perjuangan kemerdekaan Indonesia itu beda. Lo kalo bener-bener cinta sama perempuan bakalan berusaha keras buat dapetin sekaligus berjuang meyakinkan bahwa lo pantes buat dia." Ujarnya.
"Hilih, bicit." Celetuk Virgo.
~●~
Thanks for reading!Hai, masih ada yang nungguin?
Aku bakalan lebih jarang update soalnya aku uda kelas tiga, aku mau fokus belajar. Tapi aku usahain buat update kok, kalo ada yang nungguin sih😂
Kalian boleh pergi, jika sudah bosan ataupun malas menanti, dan sebelumnya aku ucapkan terima kasih karena sudah membaca cerita ini. Untuk yang masih di sini, aku juga mengucap terima kasih karena sudah memahami dan menyukai cerita ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya✔
Teen Fiction"Hidupnya yang dulu kelabu, menjadi mejikuhibiniu." Jangan lupa, setelah duka ada tawa, begitupun sebaliknya. Dan semua itu sebab Takdir Sang Pencipta. Cover by pinterest. © Fryanti Ishara Rifani, 2018.