I hope you like and enjoy my story!
Happy reading!
~●~
"Bun, aku mau ayamnya dong." Pinta Rian kepada Bundanya sambil menyodorkan piring ke hadapan Bundanya. Setelah pergi ngabuburit tadi, mereka semua berpencar pergi kembali ke tempat mereka hidup dan tinggali. Rumah.
"Iya, makan yang banyak biar gemuk." Ucap Bunda.
"Udah gemuk ini, Bun." Jawab Rian dengan mengambil kembali piring yang sudah terisi dengan ayam, nasi, dan juga sayur sup yang disodorkan Bundanya.
"Gemuk darimananya? Kurus banget gitu." Ayah menyahut.
"Lah iya dah kurus, item, tinggi, idup lagi." Reyond ikut menimpali dengan ejekannya.
"Hush, Abang gak boleh gitu kalo ngomong." Tegur Bunda.
"Iya, Bun. Maaf."
"Mampus." Umpat Rian pelan, namun masih di dengar oleh semua orang di meja makan tersebut.
"Kamu juga." Bunda juga menegur Rian yang setelah di tegur malah cengar-cengir kurang kerjaan.
"Oh iya, Bun, Yah, bang, kak, besok aku mau balik ke Lamongan." Ucap Raya tiba-tiba.
"Loh, kenapa?" Tanya Rian, setelah mengunyah makanan dalam mulutnya. Yang lain juga ikut penasan dengan alasan Raya.
"Mau latihan paduan suara buat perpisahan kakel besok." Jawab Raya.
"Oh, yasudah besok kamu ke Lamongan sama kakak aja." Kata Ayah. Lalu Raya tersenyum manis sambil mengucapkan terima kasih ke Ayahnya.
"Setelah ini kalian siap-siap gih, nanti Bunda bantu." Perintah Bunda kepada Raya dan Rian tak lupa senyuman yang menjadi candu bagi Ayah Azhar juga di keluarkan.
"Siyap!" Seru Si kembar serempak.
"Gue pengen ikut masa', tapi besok ada urusan di kampus." Sahut Reyond sedih.
"Yaudahlah kak, lagian gue juga gak bakalan lama kok di Lamongan. Entar kita video call deh kalo kakak kangen, Zaman sekarang kan dah canggih." Raya menenangkan abangnya.
"Iya juga sih, tapi kan pengen ikut ke sana." Reyond masih saja kekeh ingin ikut.
"Kalo dah selesai urusannya Abang kan bisa nyusul kita." Usul Rian.
"Ah, iya juga ya. Kok gak kepikiran sih." Senyum Reyond mengembang karena usulan Rian.
"Bego sih." Rian berkata dengan jahil.
"Rian, kalo ngomong sama yang lebih tua gak boleh gitu, kan tadi dah Bunda bilang." Tegur Bundanya.
"Iya, Bun. Maaf."
"Minta maaf dulu sama abang." Ucap Bunda.
"Abang, Rian minta maaf." Rian meminta ke Reyond, namun dari nadanya kentara bahwa dia tidak ikhlas mengucapkan maaf.
"Yang ikhlas, Rian." Kali ini Ayahnya yang menegur. Raya dan Reyond menahan tawanya karena muka Rian yang sekarang terlihat kesal.
"Abang, Rian minta maaf ya! Maafin Rian." Rian berucap sambil mengulurkan tanganya, berharap Reyond menyambut uluran tangan tersebut.
"Iya, tapi ada syaratnya." Reyond berkata dengan jahil, dan membiarkan tangan Rian mengantung di udara. Karena merasa bahwa tangannya di anggurin, maka Rian menarik kembali uluran tangannya tersebut.
"Kok gitu sih?" Protes Rian.
"Mau di maafin gak?"
"Yaudah iya apaan?, buru." Tanya Rian tak sabaran.
"Santai elah,"
"Habis ini, kamu yang nyuci semua piring sama gelas kotor ini! Gimana?" Reyond mengeluarkan seringaian jahilnya.
"BIG NO! Og--" Belum sempat Rian memprotes, tetapi sudah lebih dulu di potong oleh reyond.
"Gak ada penolakan, kalo mau di maafin harus di lakuin."
"Yaudah iya." Pasrah Rian.
"Entar gue bantuin deh, kak." Sahut Raya. Mata Rian berbinar mendengar sahutan Raya, tetapi tak lama kemudian binar itu hilang karena perkataan Reyond.
"Gak ada yang boleh bantuin atau minta bantuan. Harus di kerjain sendiri."
"Eh, kasihan tahu bang. Boleh ya gue bantuin." Pinta Raya yang tidak tega dengan kakaknya.
"Gausah sayang, lo mendingan siapin aja barang bawaan buat besok."
"Yah, tapikan,"
"Gak ada tapi-tapian!" Tegas reyond.
"Yaudah deh, maaf ya kak gak bisa bantuin." Raya menurut, pasalnya jika Reyond sudah berucap seperti itu maka tak ada seorang pun yang berani membantah ucapan Reyond.
"Iya, gapapa kok." Rian menjawab dengan senyum sendunya, masih agak kesal dengan syarat yang di berikan Reyond.
"Tahu gitu mending tadi gue gausah minta maaf, biarin deh di marahin Bunda." Gerutu Rian dalam hati.
~●~
Thanks for reading!
A/n:
Sorry for typo. Don't forget to vote, comment and share cerita ini ke teman kalian yaa! Tengkyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya✔
Novela Juvenil"Hidupnya yang dulu kelabu, menjadi mejikuhibiniu." Jangan lupa, setelah duka ada tawa, begitupun sebaliknya. Dan semua itu sebab Takdir Sang Pencipta. Cover by pinterest. © Fryanti Ishara Rifani, 2018.