I hope you like and enjoy my story!
Happy reading!
~●~
"WOY ANJIR."
"BARU AJA DITINGGAL SEBENTAR, MAKANAN GUE UDAH HABIS AJA." Rian berteriak kesal.
Mondy yang gak suka dengan kebisingan pun menyahut ketus. "Berisik."
Rian menyengir, "Sorry Mon, heheh."
"Siapa yang makan punya gue woy?"
Semuanya menunjuk Angga yang kini menyengir tanpa rasa bersalah, saat ini di rumah Rian-setelah sholat terawih-sahabat-sahabat Rian berkumpul, katanya ingin berkenalan dengan Raya.
"Lo itu Ya Allah, kalo laper beli lagi dong, punya temen jangan lo embat juga."
"Sorry, gue Khilaf." Angga mendongak menatap Rian yang kini matanya melotot tajam ke arah Angga.
"Untungnya makanan, bukan pacar yang lo embat."
"Sorry, gue beliin deh." Angga membujuk.
"Enggak, udah gak nafsu."
"Yakin?"
"Ya"
"Beneran gak mau?"
"Hm"
"Yakin? Ini enak loh?"
"Yaudah"
"Yaudah apanya?"
"YAUDAH IYA BELIIN!"
Semuanya tertawa melihat wajah Rian yang memerah karena kesal.
"Wess, sans gausah ngegas." Ucap Angga, setelah itu dia memesan makanan yang di inginkan Rian.
"Bodo."
"Dih, kok lo ngambek?"
"Gak"
"Jawabnya aja singkat gitu, kek cewek aja lo." Angga menjawab dengan santai tanpa melihat muka Syifa-ceweknya-yang merah karena ucapannya.
"Argh" Syifa menjambak rambut Angga dengan penuh kekesalan.
"Yang keras, Syif." Ari mengompori.
"Sampe rontok sekalian." Sahut Mondy.
"Jangan biarin dia lolos Syif, kapan lagi lo bisa jambak jambul Angga." Ucap Aisyah-pacar Ari-Angga sangat melarang siapapun memegang rambutnya karena Angga tidak suka jika jambul kesayangannya berantakan atau bahkan rusak.
"Mantep, Syif." Rian menyahut.
Raya hanya tertawa melihat tingkah mereka, ia masih merasa canggung dengan sahabat kakaknya yang akan menjadi sahabatnya juga, nanti.
"Hahah anjir jambul lo rontok, Ga." ucap Rani, masih dengan sisa tawanya.
Di antara mereka, Ranilah cewek yang paling pintar, dia selalu menjadi banggaan guru-guru, dia juga sering mengikuti lomba akademik.
"Ya Allah jambul gue."
"Mampus, mangkanya jan ngomong aneh-aneh lo." Celetuk Ari.
"Eh, besok sore ngauburit kuy." Ajak Rani, setelah Angga sudah terlepas dari jambakan Syifa.
"Boleh." Jawab mereka.
"Gue sama Aisyah pulang dulu ya, dah malem." Ucap Ari.
"Gue juga mau pulang, yuk Syif bareng gak?" Angga bertanya ke Syifa.
"Dih, Pacar macam apa lo? Lo kan kesini sama gue ya pulangnya sama gue jugalah." Syifa menjawab dengan kesal.
"Kali aja lo mao dijemput abang lo."
"Abang gue kan lagi main juga sama temennya."
"Yaudah ayo." Ajak Angga sambil menggenggam tangan Syifa.
"Jangan pegang-pegang bukan muhrim." Syifa menghempaskan tangan Angga.
"Dasar cewek." Batin Angga.
"Iya"
"Gue juga mao pulang ya Yan Ray, lo mao bareng gue gak Ran?" Ucap Mondy menoleh ke arah Rani di sebelah Raya, yang kemudian pandangan Mondy nyasar ke Raya, dan terjadilah aksi tatap-tatapan selama beberapa detik.
"Boleh, gue juga gak ada yang jemput." Ucapan Rani memutuskan tatapan Raya dan Mondy. Ke duanya secara reflek mengalihkan pandangannya.
"Yaudah yuk."
"Kita pulang ya Yan Ray." Pamit mereka.
"Iya, tiati." Si kembar jawab bebarengan.
Setelah mengantar mereka sampai depan pintu, Raya dan Rian menaiki tangga menuju kamar masing-masing sambil bercanda gurau.
"Teman kalian udah pulang?" Tiba-tiba Bunda bertanya dari bawah tangga, lantas mereka berdua menoleh ke belakang.
"Udah, Bun." jawab Rian.
"Yaudah kalian tidur, good night!" Kata Bunda, beliau mengelus lembut kedua kepala anaknya.
"Good night too, Bunda."
Setelahnya Bunda berbalik menuju kamarnya, Raya dan Rian juga berjalan kembali menuju kamar.
"Sleep tight." Ucap mereka di depan pintu kamar masing-masing, lalu masuk ke kamar.
~●~
Thanks for reading!
Sorry for typo 🌚
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya✔
Teen Fiction"Hidupnya yang dulu kelabu, menjadi mejikuhibiniu." Jangan lupa, setelah duka ada tawa, begitupun sebaliknya. Dan semua itu sebab Takdir Sang Pencipta. Cover by pinterest. © Fryanti Ishara Rifani, 2018.