I hope you enjoy my story!
Happy reading!
~●~
Bel berdering, menandakan pelajaran usai dilaksanakan. Siswa-siswi tanpa dikomando segera mengemasi barang-barangnya. Guru di depan kelas pun turut menutup buku di atas meja, sebelum mengucap salam dan meninggalkan ruangan, beliau tidak lupa menulis di buku jurnal tentang pelajaran yang telah diajarkan.
Deritan bangku di pojok belakang menjadi pemimpin siswa-siswi lainnya untuk keluar kelas, si pelaku berteriak lantang kepada teman-temannya, "GUE PULANG DULU, YAA!", dan tanpa direncanakan, semuanya balas berteriak tak kalah kencang, "GUE JUGA.", selanjutnya mereka berlarian menuju pintu dan berdesakan di sana.
Raya yang tidak suka berdesakan memilih tetap tinggal sembari memainkan handphonenya. Kegiatan Raya tersebut menjadikan kerutan bingung di dahi Rani.
"Lo gak pulang, Ray?" Tanya Rani, bingung. Syifa yang sedang mengetik di ponselnya jadi menengok ke arah Raya.
Raya mendongak dari tundukannya, "Pulanglah." Jawabnya singkat.
Rani memegang tali tas yang ada di bahunya sambil berkata, "Kok masih enak-enakan?"
"Entaran. Nunggu sepi, males gue kalo kudu desek-desekan." Matanya mengarah ke pintu kelas, yang dilakukan Raya pun tak luput dari pandangan Rani dan Syifa, sehingga mereka juga melihat ke sana.
Syifa mangut-mangut, "Gue juga males, gerah. Rani nih yang suka langsung kabur kalo uda bel."
Rani mendelik, "Dih, mulut lo. Gue pites juga ni." Tangannya bergerak seolah sedang memitas mulut Syifa.
"Emang iya kan?!" Syifa memeletkan lidahnya. Rani mengiyakan saja.
Saat pintu sudah lumayan sepi, munculah Rian, Angga, dan Mondy. Mereka bergegas menghampiri Raya, Syifa, dan Rani. Cara berjalan mereka yang berbaris horizontal jadi terlihat seperti Boyband, dengan muka mereka yang dibuat sok kecakepan, terlebih Angga. Dagu yang di naikkan, kedua tangan masuk ke celana, dan tas hitam yang terletak di bahu kiri itu menjadikan dia terlihat semakin tampan. Syifa sampai tidak sadar bahwa mereka sudah berada di depannya, Angga harus melambaikan tangan kanannya di depan Syifa, dengan Raya, Mondy, Rian dan Rani yang menahan tawa.
Syifa mengerjap, pipinya memerah ketahuan sedang terpesona. Dia lantas menundukan kepalanya, lalu berjalan cepat menuju parkiran, di ikuti teman-temannya yang tertawa di belakang. Angga yang gemas pun mempercepat jalannya agar sampai di samping Syifa.
"Gue ganteng banget ya?" Goda Angga, menaik-turunkan alisnya.
Pipi Syifa kembali bersemu, "apaan si?" Dia mendorong muka Angga yang tepat berada di depannya.
Angga terkekeh pelan, dia kembali menggoda Syifa, "Uh, baper."
"Ih, sana lo. Gue malu." Syifa menutup kedua pipinya seraya mempercepat langkahnya.
Raya tertawa pelan melihat kelakuan mereka. Mondy yang berada di sampingnya tak menyia-nyiakan tawa itu. Di merekam tawa cewek itu di otaknya, berharap itu mampu menjadi simpanannya saat dia rindu.
Raya yang merasa diperhatikan menoleh ke arah Mondy, sehingga tanpa sengaja mata mereka saling mengunci, mereka sama-sama mencoba menyelami setiap mata itu terbuka, mencoba mencari tahu ada rahasia apa di dalamnya, sebab bagi mereka, mata menjadi pembicara ketika mulut berdusta.
Pada detik ke sepuluh mata yang terkunci tersebut telah terbuka. Mereka saling membuang muka, dan kompak memunculkan senyum kecil di bibirnya.
Mondy yang sudah kembali ke muka datarnya berucap, "Sorry."
Raya menoleh, "gak perlu minta maaf. Bukannya kita saling menikmati?" Tanya Raya.
Mondy tersenyum sebagai jawaban.
~●~
Thanks for reading!
Hallo, I'm back!
Rindu gak? (Wajib jawab, aku maksa.)
See you in next part, guys!
Bye!
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya✔
Teen Fiction"Hidupnya yang dulu kelabu, menjadi mejikuhibiniu." Jangan lupa, setelah duka ada tawa, begitupun sebaliknya. Dan semua itu sebab Takdir Sang Pencipta. Cover by pinterest. © Fryanti Ishara Rifani, 2018.