I hope you like and enjoy my story!
Happy reading!
~●~
"Kenapa lo repot-repot ngasih ke gue?" Suara Raya agak lebih baik dari sebelumnya.
Mondy gugup, tapi ia menyembunyikan kegugupannya dengan berekspresi tenang. "Karenaguesukasamalo." Jawabnya cepat. Berharap Raya tidak bisa mendengarkan ucapannya.
Namun Mondy salah, Raya dengan sangat jelas mendengar ucapan Mondy. Ia tersentak mendengarnya, ia pikir bentuk perhatian Mondy kemarin hanya karena Raya sahabatnya, yang juga adik Rian. "Kenapa lo suka sama gue?" Tanyanya pelan.
Mondy menelan ludahnya perlahan, "Gue ngerasa seneng dan nyaman di deket lo."
Pipi Raya memanas, ia mengulum bibirnya menahan senyum. Ia mengarahkan matanya menghindari tatapan Mondy yang berharap padanya.
"Raya." Panggilnya pelan. Mondy mengangkat tangannya, berniat memegang tangan Raya, namun niat itu ia urungkan. Ia menurunkan tangannya kembali. Mondy gugup setengah mati, ia mengungkapkan perasaan tanpa persiapan sama sekali. Kalau nanti realita tida sesuai ekspetasi, Mondy sudah siap dengan penolakan. Itu tandanya, ia perlu berjuang.
"Gak apa-apa kalo lo gak bales perasaan gue, yang penting gue uda lega, uda ngungkapin ke elo." Raya menatap Mondy tepat di matanya, mencari kebohongan dari mata yang selalu memandangnya teduh itu.
Raya menghembuskan nafas pelan. Raya menemukannya.
Raya menemukan ketulusan dari mata teduhnya.
Raya membasahi bibirnya sambil tersenyum samar. "Gue juga suka sama lo." Katanya, cepat. Ia segera memalingkan pandangannya ke arah lain. Pipinya memanas.
Mondy menatap Raya terkejut. Matanya berbinar senang, bahkan mulutnya terbuka sedikit, lalu saat sadar, ia segera mengulum bibirnya. Ia tak percaya jika perasaannya berbalas. Tolong katakan padanya bahwa ini bukan mimpi!
"Lo serius?" Tanyanya memastikan.
Raya menoleh, ia mengerling jahil. "Lo maunya gimana?"
"Maunya ya seriuslah." Mondy menggaruk tengkuknya gugup.
Raya mengangguk-angguk sambil terseyum kecil. "Yaudah."
"Yaudah apa?" Tanya Mondy, jahil.
"Yaudah itu."
"Apasi?" Goda Mondy.
"Yaudah, berarti kita jadian?" Ragu Raya.
"Lo nembak gue?" Tanya Mondy dengan senyum tertahan.
Raya tersentak, "apaan si lo?! Rese banget." Kesalnya.
Mondy tertawa ringan, "Yaudah. Kita jadian." Ia mengelus lembut kepala Raya yang menahan senyuman.
Raya menatap Mondy yang kini menatapnya.
"Ekhem.." Dehem suara berat yang membuat Raya dan Mondy gelagapan memalingkan muka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya✔
Teen Fiction"Hidupnya yang dulu kelabu, menjadi mejikuhibiniu." Jangan lupa, setelah duka ada tawa, begitupun sebaliknya. Dan semua itu sebab Takdir Sang Pencipta. Cover by pinterest. © Fryanti Ishara Rifani, 2018.