25

446 44 5
                                    

I hope you like and enjoy my story.

Happy reading!

~●~

Cowok berhoodie hitam itu berjalan pelan memasuki rumahnya. Sambil sedikit berjinjit dan membukuk seperti maling, ia menapaki tangga yang membawanya menuju lantai dua dimana kamarnya berada.

"Ekhem." Deheman pria dewasa membuat cowok berhoodie itu harus menelan ludahnya susah payah. Secara reflek ia menghentikan langkahnya tanpa membalikkan badan.

"Darimana kamu, Mondy?" Tanya pria dewasa itu.

Mondy membalikkan badannya perlahan sambil menunjukkan deretan giginya, "eh, Ayah."

Pria dewasa yang kerap disapa Fatih itu bersedekap sambil memandang Mondy tanpa ekspresi, "Ayah tanya, kamu darimana?"

"Ehm, anu, Yah. Mondy dari rumah Rian." Mondy nyengir dan menggaruk pipinya salah tingkah.

"Kamu ketemu Rian atau kembarannya?" Tanya Ayah tersenyum tipis. Ia melangkah perlahan menuju sofa masih sambil memandang Mondy.

"Ayah kok tahu aku abis jalan sama Raya?" Tanya Mondy, polos.

Ayah tersenyum menggoda, "emang Ayah tadi tanya apa?"

Mondy melototkan matanya, ia keceplosan.

Bagaimana ini? Apa yang harus Mondy lakukan, rasanya Mondy ingin cepat-cepat ke kamar lalu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Ia sangat malu. Sungguh.

"Eh, ah. Enggak, Yah. Bukan gitu." Kaki Mondy bergerak-gerak gelisah, dan Ayah yang memandang tingkah Mondy itu jadi semakin ingin menggodanya.

"Apanya yang bukan gitu?"

Melihat Ayah yang tersenyum penuh arti, Mondy mengambil ancang-ancang untung berlari. Namun sebelum keinginannya terlaksana, Bundanya tiba-tiba datang mengejutkan Mondy.

"Kenapa baru pulang, sayang?" Bunda mengelus sayang kepala Mondy.

"A-aku.." Sebelum menyelesaikan kalimatnya, Ayah lebih dulu menyahut.

"Bentar lagi kita besanan sama Azhar, Bun." Ayah tersenyum penuh arti. Ia mengalihkan pandangannya ke Mondy yang memandang tak tentu arah.

Bunda mengerutkan keningnya, "Azhar? Nanta Azhar?" Tanya Bunda antusias.

Ayah menganggukkan kepalanya pelan, ia melihat istrinya yang memberikan tatapan tanya ke Mondy.

"Kamu pacaran sama Raya?" Tanya Bunda, penasaran.

"Eh, namanya bener Raya kan?" Lanjutnya memastikan.

Mondy semakin salah tingkah, "belum pacaran, Bun." Jawabnya pelan. Diberikan Bunda tatapan yang teduh, Mondy jadi sedikit lebih tenang.

Bunda tersenyum dan mengusap lembut kepala Mondy, "bentar lagi dong, ya."

"Doakan aja, Bun. Semoga jadi." Setelah itu Mondy berlari kencang menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, ia melihat pantulan dirinya di cermin. Mukanya sangat merah sekarang, Mondy mengusap mukanya kasar.

Raya✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang