I hope you like and enjoy my story!
Happy reading!
~●~
Sore ini sesuai dengan janji mereka, semuanya telah bersiap-siap untuk pergi ngabuburit bareng.
"Kak, udah selesai belum?" Raya bertanya kepada Rian setelah mengetuk pintu kamarnya.
"Bentar, ini masih pake parfum." Jawab Rian.
"Gue tunggu di bawah ya." Kata Raya.
"Iya."
Sesampainya di bawah lebih tepatnya di ruang tamu, Raya duduk sambil menyalakan TV, lalu tiba-tiba Raya mendengar suara seseorang yang menjerit dari arah dapur, Raya pun bangkit dari duduknya dan berjalan ke dapur dengan tergesa-gesa.
"Bang ada apa?" Tanya Raya ke Reyond yang tadi menjerit.
"Gapapa, cuma kaget aja waktu lagi goreng ayam di suruh Bunda, eh tiba-tiba minyaknya muncrat, heheh." jawab Reyond dengan cengiran khasnya sambil mengusap-usap tangannya yang terkena minyak.
"Ah lebay, gitu aja teriak ngagetin tau gak." Bukan Raya yang menjawab melainkan Rian-yang juga kaget mendengar jeritan langsung lari dari kamarnya.
"Coba aja deh lo yang kecipratan, pasti juga jerit kan?" Tanya Reyond dengan kesal.
"B aja."
"Iyalah b aja, kan belum dicoba."
"Terus?" Rian menjawab dengan muka ngeselin minta di tabok.
"Coba sini lo yang goreng."
"Yaudah minggir." Reyond menyingkir, namun baru saja Rian mau mengambil alih gorengannya, ayamnya sudah lebih dulu digoreng oleh Raya.
"Eh, sini biar kakak aja yang goreng." Pinta Rian.
"Gausah, udah mau mateng juga." Jawab Raya .
"Oh yaudah, tiati entar kena minyaknya." Rian melirik Reyond. Bermaksud menyindir, Reyond yang merasa dilirik memutar bola matanya malas.
"Santuy, udah biasa kek gini doang mah." Raya menjawab dengan santai.
Rian terkekeh, "Percaya deh yang sering masak mah dah kebal."
"Iya dong."
"Reyond sini tangannya, Bunda kasih salep dulu." Pinta Bunda yang tiba-tiba datang setelah mengambil kotak obat.
"Iya, Bun."
"Rian tolong ambilin piring buat ayamnya ya." Pinta Bunda ke Rian sambil mengolesi salep ke tangan Reyond.
Rian berjalan ke rak piring seraya menjawab, "Siyap, Bun!"
"Ini Ray." Raya menengok ke samping sambil menerima piring yang diserahkan Rian, lalu menaruh ayam yang telah diangkat ke piring tersebut.
"Udah mateng, Bun, kita pergi dulu ya soalnya dah ditungguin temen-temen." Kata Rian.
"Iya, hati-hati. Abisa main langsung pulang, ya." jawab Bunda.
"Iya, Bun. Kita pergi dulu ya, Bun, bang, Assalamualaikum." Kata Raya sambil mencium punggung tangan Bundanya lalu abangnya di ikuti oleh Rian.
"Waalaikumsalam." Bunda menjawab bebarengan dengan Reyond.
***
"Woy, lama bat dah lo berdua." Sambut Ari kesal.
"Ya sorry, tadi ada problem sedikit." Jawab Rian.
"Gaya lo sok Inggris." Sahut Angga.
"Terserah gue lah." Jawab Rian sewot.
"Hargai bahasa Negeri lo, jan sampe lo lupa sama bahasa Negeri sendiri." Angga menjawab dengan rada bijak.
"Gausah sok bijak lo, gue juga tahu kali."
"Dih dibilangin juga, malah ngatain."
"Elo yang ngatain duluan."
"Gue kan ngasih tahu."
"Lah guenya udah tahu."
"Kali aja lo lupa."
"Mana ada kek gitu."
"Berisik deh lo berdua." Mondy menyahut sebelum Rian kembali membalas Angga.
"Akur sehari bisa gak sih? Ribut mulu." Syifa ikut menimpali.
"Enggak!" Rian dan Angga menjawab bebarengan lalu keduanya saling melirik dengan muka sinis.
"Apasih lo." Lagi, keduanya berbicara bersamaan kembali.
"Ngikut mulu lo." Rian berkata dengan sewot.
"Elo yang ngikutin gue." Angga menjawab tak terima.
"Ya elo lah."
"Elo"
"Elo"
"Elo"
Saat asik berdebat tanpa mereka sadari, teman-teman mereka telah pergi berjalan meninggalkan mereka karena malas mendengar perdebatan yang tak akan ada ujungnya itu.
~●~
Thanks for reading!
A.n: Don't forget to vote and comment. Thank you.
Sorry for typo 🌚
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya✔
Teen Fiction"Hidupnya yang dulu kelabu, menjadi mejikuhibiniu." Jangan lupa, setelah duka ada tawa, begitupun sebaliknya. Dan semua itu sebab Takdir Sang Pencipta. Cover by pinterest. © Fryanti Ishara Rifani, 2018.