I hope you like and enjoy my story!
Happy reading!
~●~
"Selamat pagi." Sapa Raya sambil tersenyum manis, dia berjalan ke arah meja makan yang telah ada Bundanya yang sedang menyiapkan makan sahur.
"Selamat pagi sayang." Ucap Bundanya, beliau menyambut kedatangan Raya dengan senyuman.
"Perlu bantuan aku gak, bun?" Tanya Raya.
Bunda mengeleng, "Kamu panggil kakak sama abang kamu aja." Suruh Bundanya.
"Oke." Jawab Raya sambil berjalan naik ke lantai dua untuk membangunkan kakaknya terlebih dahulu.
Setelah sampai di depan pintu kamar Rian yang berwarna hitam, Raya mengetuk pintunya terlebih dahulu tak lupa dia juga memanggil nama Rian. Namun, setelah di ketuk dan dipanggil Raya selama beberapa kali, Rian masih belum memunculkan batang hidungnya. Raya berpikir apa sebaiknya dia langsung masuk saja atau tetap mengetuk pintunya?
"Apa gue langsung masuk aja ya?" Tanya Raya pada dirinya sendiri.
"Tapi kalo entar gue masuk kakak lagi ganti baju gimana?"
"Tau ah masuk aja, kali aja dia masih tidur." Ucap Raya lalu dia membuka pintu kamar Rian dan berjalan masuk setelahnya, menghampiri Rian yang ternyata tidak ada di kasurnya, tetapi Raya mendengar suara gemericik air dari kamar mandi. Raya berjalan ke arah kamar mandi, mengetuk pintunya dan memanggil nama Rian.
"Kak Rian." Panggil Raya.
"Iya?" Sahut Rian.
"Masih lama?"
"Enggak, bentar lagi selesai kok."
"Yaudah, kalo udah selesai langsung ke bawah ya. Gue mau bangunin abang dulu."
"Oke siap!" Rian yang di dalam kamar mandi sedang menggosok gigi pun, menjawab Raya sambil hormat dan suaranya dibuat seperti angkatan-sampai busa yang ada di mulutnya menyembur keluar-walau dia tahu bahwa Raya tidak dapat melihat apa yang dilakukannya.
Raya melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya di kamar Rian yang terletak di samping kiri kamarnya.
"Abang." Panggil Raya.
Pintu dibuka menampilkan Reyond dengan muka segarnya, terlihat Reyond seperti sehabis melakukan ritualnya di pagi hari, mandi.
"Pagi abang." Sapa Raya sambil tersenyum manis.
"Pagi juga adik abang." Reyond menjawab sambil menyubit pipi Raya yang hampir tumpah karena kebanyakan isi.
"Aw, sakit tau." Raya memekik lalu memanyunkan bibirnya.
"Sakit ya?, maaf." Reyond mengelus pipi Raya yang telah dicubitnya.
"Kenapa panggil abang? Mau sahur ya?" Tanya Reyond, retoris.
"Iya." Raya mengangguk.
"Yaudah ayo."
"Bentar, nyusul kakak sekalian, kita bareng-bareng turun ke bawah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya✔
Roman pour Adolescents"Hidupnya yang dulu kelabu, menjadi mejikuhibiniu." Jangan lupa, setelah duka ada tawa, begitupun sebaliknya. Dan semua itu sebab Takdir Sang Pencipta. Cover by pinterest. © Fryanti Ishara Rifani, 2018.