EPILOG

913 56 11
                                    

I hope you like and enjoy my story!

Happy reading!

~●~

Semua yang hidup, pasti akan mati.

Semua yang datang, pasti akan pergi.

Entah dengan salam perpisahan atau tidak sama sekali.

Tanpa kita tahu dan kita sadari kapan waktunya, semua ciptaan-Nya akan kembali ke pangkuan-Nya.

Hidup di dunia tidak ada yang abadi, sekarang, nanti, atau lusa, semuanya pasti akan kembali.

Sebagai makhluk hidup yang diberikan akal dan pikiran, tentunya merasa hidup di dunia hanya sementara. Tidak semua orang akan mencari pahala sebagai bekalnya nanti. Banyak yang tersesat di jalan hitam, namun keluar karena tolongan sesorang. Ada juga yang memilih tetap bertahan dengan alasan dunia terlalu kejam.

Ya, dunia memang kejam.

Setelah memberikan berbagai macam tawa, beberapa saat kemudian luka datang tanpa bisa dicegah, tanpa bisa diprediksi, dan tanpa bisa dihindari.

Gadis itu, gadis galak berwajah manis itu menatap gundukan tanah di depannya tanpa air mata. Namun, semua orang pasti tahu, mata dibalik kaca mata hitam itu membengkak akibat terlalu banyak air mata yang ia keluarkan.

Di genggaman tangannya terdapat lily putih yang ia bawa khusus untuk kekasihnya yang telah meninggalkannya dengan sejuta penyesalan dan kesedihan.

Di umurnya yang hari ini tepat menginjak usia 16 tahun, ia mendapat hadiah yang tidak akan terlupakan.

Kepergian kekasihnya menjadi hadiah terburuk sepanjang ia hidup.

Raya sudah mengetahui penyakit apa yang diderita Mondy selama ini.

Mondy, cowok yang telah pergi tepat 13 hari pasca dirinya melepas Masa single itu menderita Thalassemia Beta Mayor, penyakit yang mengharuskan ia mengonsumsi obat seumur hidupnya dan melakukan transfusi darah satu kali dalam dua minggu.

Raya menangis saat mengetahui Mondy tidak pernah ikut tawuran apapun. Luka memar di lengannya dulu karena ia terjatuh dari motor dan menghantam balok kayu. Raya sungguh menyesal menuduh Mondy melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan.

Tidak hanya itu, Rian juga sudah memberitahu Raya tentang benda yang ditemukannya.

Benda itu ialah benda yang sering digunakan kaum hawa. Lip ice rasa strawberry untuk memberikan warna segar di bibir. Mondy memakai benda itu agar bibirnya tidak terlihat pucat, agat tidak ada yang akan menanyakan keadaanya, agar tidak ada yang akan meninggalkan dirinya saat tahu dia cowok penyakitan.

Mondy sangat takut ditinggalkan. Ia tidak mau merasa kehilangan lagi, oleh sebab itu ia merahasiakan penyakitnya selama tiga tahun ini.

Dan ternyata, bukan Mondy yang ditinggalkan kembali, melainkan Mondy-lah yang meninggalkan sekarang. Meninggalkan mereka dengan rasa sakit yang menikam dada.

Raya meletakkan bungan lily putih yang ia bawa di gundukan tanah penuh bunga itu. Tangannya mengusap nisan yang tertancap di ujung gundukan.

"Bukan gue yang ninggalin elo. Tapi elo yang ninggalin gue." Gumam Raya dengan senyuman sendu.

Di samping Raya ada Rian yang merangkul bahunya menguatkan. Rian juga tak kalah sedihnya dengan Raya. Cowok itu juga meneteskan air mata untuk kepergian sahabatnya.

Raya menyeka pipinya yang kembali dialiri air mata, ia lalu bangkit berdiri dengan bantuan Rian. Di tempat peristirahatan terakhir itu hanya tersisa Raya dan sahabat-sahabatnya. Kemudian mereka juga beranjak meninggalkan tempat peristirahatan Mondy dengan perasaan sedih yang melingkari.

"Selamat jalan, sayang." Lirih Raya.

~●~

Thanks for reading!

Raya✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang