22

530 50 15
                                    

I hope you enjoy my story.

Happy reading!

~●~

"CEPETAN DONG, ANJIR!" Teriakan itu menggema disuasana kelas yang berisik. Cewek-cewek di kelas XI MIPA 2 ini sedang kesal menunggu cowok-cowok yang sedang mengganti seragam putih abu-abunya dengan seragam olahraga.

"BACOT. GANTI DI KAMAR MANDI SONO." Balasan dari cowok-cowok semakin membuat keadaan runyam.

"ENAK AJA. SELASA KEMAREN KITA UDA NGALAH. DAN SEKARANG GAK BAKALAN MAU LAGI." Teriak Syifa sembari menarik Angkasa agar keluar dari kelas. Dan tanpa dikomando, semua siswi berusaha menarik para siswa yang ada di kelas.

"He, gausah narik-narik juga dong." Angkasa memberontak.

"EH, ANJIR. TELINGA GUE. SAKIT, MAEMUNAH." Teriak Alaska, telinganya sedang ditarik oleh Shasha. Dia memegang telinganya yang merah, sedang Shasha belum melepaskan tarikan yang berupa jewerannya.

"Bodo. Keluar lo." Sampai di pintu kelas, barulah Shasha melepas jewerannya, sembari melepas dia juga mendorong Alaska, sehingga Alaska terhuyung ke depan dan hampir nyungsep.

"Eh, anjir." Umpat Alaska.

Shasha yang melihat itu malah tertawa. Diikuti tawa-tawa lainnya.

Angkasa yang ditarik Syifa, tertawa kencang melihat penderitaan Alaska. Syifa yang kesal dengan tawa Angkasa justru ikutan mendorong Angkasa. Yang kali ini dorongan super tenaga cewek berhasil menjatuhkan cowok semacam Angkasa.

Angkasa jatuh, dia meringis memegangi pantatnya yang mencium lantai.

Alaska balik menertawakan penderitaan Angkasa, dia menjulurkan lidah dan meledek Angkasa, "mampus lo."

Gak heran memang, sahabat lebih terlihat langgeng kalau saling meledek, daripada yang kelihatan adem ayem.

Benar, tidak?

Di sisi lain, Raya menarik kerah seragam milik Antariksa yang notaben kembaran Aurora-Si dingin dari kelas IPA 3.

Dengan tubuhnya yang setinggi 160cm, Raya berhasil menyeret Antariksa yang menjulang tinggi itu.

Kalian mau tahu caranya Raya menyeret Antariksa, tidak?

Pertama, Raya harus meraih kerah seragam Antariksa dari belakang.

Kedua, Antariksa terlonjak kaget, sehingga tubuhnya harus sedikit mendoyong ke belakang-jika dia tidak mau jatuh.

Ketiga, awalnya Antariksa berontak, namun pegangan tangan Raya yang kuat, membuat dia tidak bisa terlepas.

Keempat, sampailah Raya di depan pintu. Dia menukar posisinya, sehingga posisi Antariksa yang membelakangi pintu menjadi menghadap koridor.

Dan yang terakhir, Raya mengikuti teman-teman ceweknya yang mendorong cowok-cowok banyak cocot tersebut.

"Ya Allah, kenapa engkau menempatkan aku di kelas yang isinya cewek-cewek ganas semua?" Antariksa menengadahkan kedua tangannya ke atas.

"Apa salah hamba, Ya Allah?" Sahut Alaska.

"Ampuni dosa hamba, Ya Rabb." Kali ini Angkasa yang berdoa.

Virgo yang paling waras di antara ketiga temannya, melengos melihatnya.

Dia berbalik arah menuju kantin sambil menunggu guru olahraga datang. Kantin sekolah menghadap langsung ke lapangan outdoor sehingga dari kantin bisa langsung melihat keadaan yang ada di lapangan. Begitupula sebaliknya.

~●~

"LEO, GILA LO. TURUN GAK LO?!" Teriak Annisa, siswi pengikut ekstra bola volly.

"Ngapain lo ngadem depan kipas kek gitu, hah?! Bau keringet lo kemana-mana, woi?!" Protes Atlantis.

"Yaelah, namanya juga keringet. Jelaslah bau." Jawab Leo.

"Leo, sumpah lo. Bau banget. Lo abis olahraga apa nyemplung di got si?!" Rani menyuarakan keluhannya.

"Aduh, bebeb Rani kok ngomongnya gitu si? Diajarin siapa?" Leo turun dari atas bangku yang menjadi pijakannya saat di depan kipas.

"Bebeb pala lo." Ujar Rani. Dia merotasikan kedua matanya.

"Tau tuh, kedengeran sama Rian mampos lo." Kata Syifa.

Leo tertawa, "Yailah, possesive amat kembaran lo, Ray."

Raya yang dipanggil hanya meliriknya sebentar, lalu dia kembali mengipasi dirinya yang kegerahan. Meskipun di kelas ini sudah ada 2 AC yang ada di samping kanan dan kiri, juga 2 kipas yang ada di depan dan belakang. Tetap saja Raya dan mereka semua merasa kepanasan. Sebab saat olahraga tadi diisi dengan pemanasan mengelilingi lapangan outdoor yang lebarnya gak kira-kira sebanyak 5 kali, setelah itu basket yang membuat napas ngos-ngosan gak karuan.

Saat sedang enak-enaknya mengipasi diri, Raya merasa ada yang menepuk bahunya.

Raya memutar kepalanya ke belakang, ternyata Azuralah yang menepuk bahunya.

Raya menaikkan sebelah alisnya, seolah bertanya, "apa?"

"Tuh." Tunjuk Azura dengan dagunya ke arah pintu kelas.

Raya kembali memutar kepalanya menghadap pintu kelas, di sana ada cowok yang memasukkan tangan kanannya di dalam saku celana, dan satu tangan lainnya memegangi kresek putih.

"Hai." Sapa cowok tersebut setelah sampai di depan Raya.

"Apaan?" Tanya Raya.

"Nih. Buat Rani sama Syifa juga." Cowok itu menaruh kresek putih yang dibawanya di atas meja.

"Thanks." Ujar Raya. Dia membuka kresek tersebut yang ternyata berisi tiga botol air mineral, lalu memberikannya kepada Rani juga Syifa, dan satu untuk dirinya.

"Makasih, Mon." Syifa mengacungkan botol air tersebut.

"Thank you, Mondy." Ujar Rani.

Mondy tersenyum, "kalo gitu gue balik dulu."

"Iya, hati-hati. Awas jatuh." Ledek Syifa.

Sebelum pergi Mondy menyempatkan untuk menepuk pelan kepala Raya.

"Ekhem." Syifa berdehem.

"Masih sempet ya lo." Goda Rani.

"Gue juga mau." Ujar Azura dengan muka mupeng.

Raya tersipu malu, "uda sana lo. Katanya mau balik." Usir Raya.

"Yah, kok diusir sih, Ray." Celetuk Angkasa.

"Aduh, sakit." Ucap Alaska sambil memegang dadanya dramatis.

"Bacot lo pada." Ucap Raya, kesal.

Mondy tersenyum tipis, dan segera keluar dari kelas IPA 2. Karena kalau tidak segera keluar, dia bisa ketularan edannya dengan manusia-manusia yang ada di IPA 2 itu.

~●~

Thanks for reading!

Jangan lupa follow Instagram  aku ya. Fryantiisharar atau link ada di bio.

See you:)

Raya✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang