I hope you like and enjoy my story!
Happy reading!
~●~
Sepulang sekolah delapan muda-mudi itu bukannya langsung pulang malah melipir ke Hutan Mangrove Wonorejo.
"Seger ya udaranya di sini." Ucap Syifa, dia memejamkan mata menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya.
"Iya. Gak nyesel deh gue di seret kesini sama kalian." Kekeh Raya.
"Yoi. Lo kudu tahu Surabaya itu punya tempat wisata yang asik-asik, gak kalah sama Kota lain." Kata Aisyah. Raya yang awalnya melihat beberapa pohon Mangrove jadi menengok ke arahnya.
"Iya? Apa aja?" Tanya Raya.
"Gue kasih tahu nih, ada macem-macem taman, beberapa tugu pahlawan, ada juga tempat-tempat bersejarah lainnya. Lo wajib datengin tuh tempat. Apalagi Taman Pelangi, keren abis." Mondy menjelaskan sangat antusias. Raya bukannya mendengarkan penjelasan Mondy, dia malah salah fokus ke wajah Mondy.
"Kok ganteng ya." Ucapnya dalam hati.
"Ray, Raya." Mondy menatap wajah Raya intens sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Raya yang bengong.
Raya mengerjap, dia jadi salah tingkah, "Eh, iya?"
Mondy tersenyum singkat, "Uda ada tujuan mau kemana?"
"Keknya Taman Pelangi deh. Entar gue ajak Rian, ah." Jawab Raya.
"Kenapa ngajak Rian kalo ada gue?" Ceplos Mondy.
Raya melebarkan matanya, "Emang lo mau ke sana sama gue?" Tanyanya.
"Kenapa enggak?"
Raya menunduk, menyembunyikan pipinya yang memerah, dia jadi senyum-senyum salah tingkah.
"Jangan nunduk," Mondy mengangkat dagu Raya lalu tersenyum manis setelahnya.
"Lo gaboleh nunduk di depan gue." Lanjutnya.
Raya mengangkat sebelah alisnya, "Kenapa?"
"Biar gue bisa ngelihatin wajah cantik lo." Jawabnya lugas.
"Apasi lo, gembel banget." Raya tertawa kaku.
"Gue gak gombal. Serius."
"Heh, anak orang lo gombalin mulu." Celetuk Angga. Mondy menengok ke arahnya. Raya kembali menyembunyikan pipinya yang merona.
"Mondy kita uda gede gaes." Kata Syifa sambil tertawa.
"Uda bisa gombal sama cewek. Cie." Goda Rani.
"Lo mau digombalin juga, Ran?" Tanya Rian.
Aisyah berdehem, "Kode tuh Ran."
"Eh, apasih."
"Gue gak jago gombal, gimana dong Ran?," Ucap Rian.
"Tapi gue jago mencintai elo dengan tulus." Lanjutnya serius.
"Itu kalo bukan gombal apa namanya, bege." Ari menoyor kepala Rian.
"Ketulusan." Rian menatap Rani dalam. Rani yang ditatap mengalihkan pandangannya.
"Lihat gue, Ran." Pinta Rian. Pelan-pelan Rani melihat Rian.
"Gue suka sama lo." Ucapnya serius. Mereka yang mendengarnya tersentak kaget, apalagi Rani. Mukanya seperti memakai blush on sekilo.
"Gue gak berharap lo jadi pacar gue, gue cuma mau ngungkapin perasaan gue doang. Selama bertahun-tahun gue nyimpen ini sendirian karena gue gak mau ngerusak persahabatan." Rian melanjutkan setelah jeda beberapa detik.
Tanpa disangka Rani menjawab ucapan Rian, membuat mereka bertambah kaget. "Gue juga suka sama lo."
"Tapi gue lebih nyaman sama status kita yang kek gini." Lanjutan ucapan Rani membuat Syifa memprotes tak terima. "Kan bisa pacaran sambil sahabatan."
Rani menggeleng, "Gue takut, kalo putus persahabatan kita jadi taruhan. Gue gak mau persahabatan yang uda ada dari kita SMP hancur gitu aja karena perasaan." Rani berkata masih sambil menatap Rian.
"Okay, yang terpenting kita tahu perasaan masing-masing." Ucap Rian. Dia tersenyum senang. Ternyata perasaan yang dipendam bertahun-tahun dapat terbalaskan.
"Uwu, jadinya kita fourple date dong." Celetuk Angga.
"Bege." Ari menjitak kepala Angga.
~●~
Selepas dari Hutan Mangrove Wonorejo, mereka memutuskan untuk makan di warung pinggir jalan.
"Elo pada mau ikan apa?" Tanya Rian. Dia yang memesan makanan dan dia juga yang membayar. Ya, mereka semua minta traktiran. Katanya, "Biar langgeng." Padahal mah itu alasan mereka saja biar dapat makan gratis.
"Gue hati aja." Kata Aisyah.
"Hati gue kan uda milik lo, Syah." Sahut Ari.
"Hati ayam, woi." Angga jadi emosi.
Ari cengengesan, lantas berkata. "Gue juga deh, hati."
"Gue ayam, di goreng kering." Ucap Raya dan Mondy barengan. Setelahnya mereka saling lirik.
"Gue sama Angga juga ayam." Kata Syifa.
Rian menoleh ke arah Rani, "Elo, Ran?"
"Ayam sekalian deh."
"Okay, ayamnya enam, dua kering, empat biasa, sama hati dua. Minumnya es teh semua ya." Rian menulis pesanan mereka di kertas yang memang disediakan untuk menulis pesanan.
"Yoi."
Rian bangkit berdiri, lalu menyerahkan kertas tersebut ke Ibu-Ibu yang menjaga warung ini. Setelahnya dia kembali dan duduk di samping Rani.
"Pasangan baru jadian mah maunya deketan mulu." Celetuk Mondy.
"Sirik ae lo, onta." Sinis Rian.
"Buruan tembak adek gue." Lanjutnya.
"Lampu ijo tuh Mond. Tinggal ijin sama bang Reyond dan bonyoknya." Syifa tertawa. Semua jadi ikutan tertawa.
Beberapa menit kemudian pesanan mereka telah datang.
"Eh, kok hatinya pahit ya." Kata Ari saat dia memakan hati ayamnya.
"Mungkin semasa hidupnya dia merasakan beban hidup yang pahit." Celetuk Angga, asal.
"Sa ae lo, kutil badak."
~●~
Thanks for reading!
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya✔
Teen Fiction"Hidupnya yang dulu kelabu, menjadi mejikuhibiniu." Jangan lupa, setelah duka ada tawa, begitupun sebaliknya. Dan semua itu sebab Takdir Sang Pencipta. Cover by pinterest. © Fryanti Ishara Rifani, 2018.