27

414 45 23
                                    

I hope you like and enjoy my story!

Happy reading!

~●~

"Assalamualaikum, Bunda." Ucap Raya, pelan. Perutnya masih sakit, dan kepalanya pening, membuat dirinya terasa lemas. Ia langsung membanting tubuhnya di sofa, lalu memejamkan mata.

Bunda yang sedang menonton TV mengerutkan kening melihat suara dan tingkah Raya yang tidak biasanya. Tangannya bergerak menyentuh kening Raya, tidak panas. Lalu, Raya kenapa?

Ah, Bunda ingat.

Setiap bulan Raya selalu merasakan hal yang sama. Tinggal dibuatkan ramuan ala Bunda, sembuh deh.

"Pindah ke kamar kamu aja, sayang. Biar lebih nyaman. Bunda buatin obatnya dulu." Suruh Bunda, khawatir.

Raya hanya membuka matanya, seluruh tenaganya terasa sirna. Bunda yang melihat itu semakin khawatir, lalu beliau membenarkan posisi tubuh Raya di sofa agar nyaman.

"Assalamualaikum, Bunda." Rian menyalami tangan Bunda, lalu segera menyenderkan tubuhnya di sofa seberang Raya. Mukanya pucat, sama seperti Raya.

"Waalaikumsalam, tiduran dulu. Bunda buatin jamu." Ucap Bunda.

Mendengar kata jamu, Rian membuka matanya secepat kilat. Mukanya terlihat semakin pucat. "Gak mau, Bunda. Pahit."

"Biar gak sakit lagi." Rian memasang tampang melas, namun Bunda mengabaikan itu.

Bunda meringis melihat muka pucat kedua anaknya. Tanpa kata segera pergi ke dapur untuk membuatkan jamu anak-anaknya.

~●~

"Selamat malam." Sapa Raya, tuhuhnya sudah tidak lemas, mukanya juga terlihat segar.

"Malam, sayang." Jawab orang-orang yang ada di meja makan.

"Perutnya uda gak sakit?" Tanya Ayah, khawatir.

Raya tersenyum, "Alhamdulillah, uda enggak, Yah."

Ayah bernafas lega, "Alhamdulillah."

"Ramuan Bunda emang the best banget." Kata Raya sambil mengacungkan kedua jempolnya ke Bunda.

Bunda terkekeh sambil menuangkan air mineral ke gelas.

Rian mengangguk setuju mendengar ucapan Raya, "Iya tahu. Perutku juga uda gak sakit lagi."

Raya melirik Rian, "Halah, elo tadi muntah-muntah pas minum obatnya."

Rian meringis pelan, "Abis pahit banget."

"Namanya juga obat. Gimana si? Kalo manis ya ngelihat gue." Celetuk Reyond, asal.

Rian dan Raya memasang muka jijik, "Dih, pede banget."

Reyond tertawa melihat ekspresi kedua adiknya.

"Udah, ayo makan dulu." Lerai Ayah.

Serempak, ketiga anaknya menaruh telapak tangannya di pelipis, "Siap, komandan!"

Raya✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang