I hope you like and enjoy my story!
Happy reading!
~●~
"HEH, BAYARAN LO BULAN INI KEMANA?" Teriak Roni sambil melototkan matanya.
"YA BUAT BAYAR HUTANGLAH." Ningsih balas berteriak.
Roni berdecak sebal, "Utang mulu utang mulu."
"Heh, mikir! Kalo gak mau punya utang itu kerja. Bisanya ngabisin duit doang, kerja kagak." Kata Ningsih, nyolot.
"Lo kok nyolot sih?"
"Ya jelaslah. Disini saya yang bekerja keras. Lah, situ? Enak-enakan di rumah." Lelah. Satu kata yang menggambarkan hati Ningsih. Dia bekerja siang dan malam. Sedang apa yang dilakukan suaminya membuatnya merasa tertekan. Pekerjaan Roni hanya ngerokok, tidur, makan, dan main game di ponselnya.
"Kalo gitu gak usah kerja. Gitu aja repot." Ucap Roni santai.
"Mikir dong, kalo gak kerja mau makan apa, hah?!" Ningsih berkata tak santai.
"Nyolong." Singkat Roni, seenak jidat.
"Astagfirullah, kamu itu kepala keluarga macam apa sih?! Kepala keluarga itu yang menghidupi keluarganya. Ini malah sebaliknya."
Raya diam. Meskipun hatinya dilanda kepiluan. Namun, ekspresi wajahnya cukup bagus untuk menutupi apa yang dirasakan. Sebut saja dia si gadis bermuka dua. Si pandai pengatur ekspresi wajah.
Tangan Raya bergerak mengambil buku bersampul hitam polos di meja belajarnya. Membukanya, lalu menulis sesuatu disana.
Terpontang-panting terbawa sapuan angin. Panas dan dingin. Dikelabui tawa mendera. Tak satupun tahu bahwa tersimpan luka.
Raya, April 2018.
Buku itu yang selalu menjadi tempat Raya menceritakan keluh kesah. Hampir setiap lembarnya berisi curahan hati Raya tentang keluarga. Bukan cinta seperti remaja pada umumnya.
Raya menggelengkan kepalanya, memori itu berkeliaran di kepalanya saat Raya dan Rian baru menginjakkan kaki di rumah orang tua asuh Raya. Rian yang melihatnya segera bertanya, "Kenapa?"
"Gak papa." Rian mengangukkan kepalanya saja. Pura-pura percaya, padahal Rian peka apa yang dipikirkan Raya.
"Kalian mau tidur disini apa nginap di penginapan sebelah rumah?" Tanya Ningsih. Hari ini beliau libur kerja. Sengaja. Soalnya mau menyambut kedatangan Rian dan Raya.
"Nginap di samping rumah, Bu." Jawab Rian. Raya mengangguk membenarkan.
"Oh, ya sudah. Sekarang mau istirahat disini dulu apa langsung ke penginapan?" Tanyanya lagi.
"Mau ngambil barang-barang Raya dulu, Bu. Abis itu baru ke penginapan." Terang Raya.
Ningsih mengangguk, "kalian berapa hari disini?"
"Sekitar seminguan. Pokoknya sampe Raya selesai latihan paduan suara." Raya menjawab.
"Oh, iya. Raya buruan kamu ambil barang-barang kamu. Rian kamu tunggu di kursi ini dulu, Ibu ambilin minuman buat kamu." Ucap Ningsih. Raya segera melangkah menuju kamarnya. Sedangkan Rian duduk di kursi ruang tamu.
"Gak usah repot-repot, Bu." Jawab Rian, sungkan.
"Ah, gak usah sungkan gitu. Anggap saja rumah sendiri." Ningsih berucap sambil mengibaskan tangannya. Rian tersenyum kaku.
~●~
Sebelum menuju rumah orang tua asuh Raya, mereka lebih dulu pergi ke rumah si pemilik penginapan, agar saat selesai mengambil barang Raya, mereka bisa langsung beristirahat di sana.
"Ray, lo mau kamar yang mana?" Rian bertanya.
"Itu." Raya menunjuk asal kamar bercat coklat di bagian belakang.
"Okay, gue di samping kamar li ya. Kalau ada apa-apa teriak aja." Rian menunjukkan deretan giginya yang putih bersih.
"Apa sih? Emangnya ada apaan?" Raya memutar bola matanya.
"Loh, lo gak tahu?" Wajah Rian terlihat kaget. Lebih tepatnya pura-pura kaget.
"Apa?"
"Katanya rumah ini banyak penunggunya." Suara Rian terdengar berbisik dan wajahnya dibuat menakutkan.
"Oh." jawab Raya.
"Lo gak takut?" Tanya Rian. Pasalnya melihat wajah Raya yang biasa saja membuat Rian gagal menakut-nakuti Raya.
"B aja." Singkat Raya. Dia segera meraih ganggang pintu yang akan menjadi kamarnya, memasukinya, dan merebahkan dirinya di atas kasur empuk tersebut-setelah menaruh koper dan ransel miliknya di samping lemari. Bodo amat. Capek gue. Batin Raya.
"Lah, ditinggalin." Kata Rian sambil mengusap tengkuknya. Tiba-tiba bulu kuduknya meremang.
~●~
Thanks for reading!
QOTD:
❛Biasanya yang berkesan cukup diabadikan dalam Ingatan.❜
~●~
Hai!, masih ada yang nungguin?
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya✔
Teen Fiction"Hidupnya yang dulu kelabu, menjadi mejikuhibiniu." Jangan lupa, setelah duka ada tawa, begitupun sebaliknya. Dan semua itu sebab Takdir Sang Pencipta. Cover by pinterest. © Fryanti Ishara Rifani, 2018.