5

1.4K 147 25
                                    

I hope you like and enjoy my story!

Happy reading!

~●~

Malam ini Raya menangis. Dia sudah lelah dengan hidupnya. Dia tidak tahu harus mengadu kepada siapa selain Tuhan. Dia ingin bercerita kepada kakak sepupu laki-lakinya, tetapi dia malu juga bingung ingin memulainya darimana.

Raya gadis yang kaku, dia bisa menjadi gadis pendiam jika bertemu orang baru, namun menjadi gadis random bila bertemu teman baiknya, dia juga akan menjadi dingin ketika dengan orang tuanya.

Ia akan sangat kaku apabila bercerita, makanya ia lebih suka memendam apapun yang sedang dialaminya daripada bercerita dengan temannya.

Seperti hari ini, Raya memendam masalah yang dihadapinya seorang diri. Dia lelah kepada takdir yang sepertinya tak berpihak kepadanya. Dia bosan melihat dan mendengar orang tuanya bertengkar. Dia ingin pergi menjauh dari keramaian yang dibuat oleh orang tuanya, karena hampir tiap bulan orang tuanya bertengkar entah apa itu masalahnya.

"Saya tidak akan memaafkan kamu jika kamu tidak mencium kaki saya." Roni berteriak kepada Ningsih, istrinya.

"Tapi saya benar-benar gak ngapa-ngapain, saya hanya bareng pulang kerja doang." Ucap Ningsih, berusaha membela diri.

"Saya harus bilang berapa kali, kamu jangan pernah dekat-dekat sama lelaki lain selain saya." Wajah Roni memerah saat membalas ucapan istrinya.

"Tapi masalahnya saya juga gak ada pilihan lain selain ikut sama dia." Ningsih kesal kepada suaminya yang selalu mempermasalahkan apapun yang dilakukannya, walaupun itu juga untuk kebaikannya bersama.

"Memangnya Hana gak ada hah?" Roni bertanya masih dengan amarahnya.

"Hana sudah pulang sama Lisa." Jawab Ningsih.

"Teman perempuanmu yang lain?"

"Mereka kan banyak yang berlawanan arah sama saya rumahnya." Ningsih mendengus kesal.

"Daripada berantem mulu mending pisah aja." Raya bergumam dalam hati.

"Kamu itu emang perempuan murahan. Sekali murahan tetap murahan." Bagai di tusuk ribuan jarum. Mata Ningsih berkaca-kaca mendengar perkataan suaminya. Bisa-bisanya suami yang dulu memuji-mujinya sekarang mengatainya semenyakitkan itu.

"Terserah apa katamu." Ningsih membalas, lalu berjalan masuk ke kamar Raya.

Raya diam. Dia pura-pura sibuk dengan ponselnya, ponselnya menyala menampilkan cerita wattpad karya penulis favoritnya, dia membaca namun pikirannya melayang memikirkan keadaan Ibunya.

Raya ingin mengucapkan kalimat yang menenangkan untuk ibunya, tetapi mulutnya tidak mengeluarkan kalimat apapun. Dia terlalu kaku untuk memulai percakapan, dia juga merasa aneh jika berucap seperti itu. Alhasil Raya hanya diam, padahal hatinya juga terasa teriris mendengar perkataan Ayahnya yang mengatai Ibunya murahan.

"Hayo, ngelamunin apa?" Rian datang membuyarkan lamunan Raya di masa lalunya.

"Enggak apa-apa." Raya menjawab sambil tersenyum.

"Tapi kok diem aja?" Rian bertanya lagi sambil duduk di samping Raya.

"Enggak, cuma inget temen-temen aja, kan bentar lagi gue pindah." Alibi Raya.

"Masa' sih, tapi gue kok ngerasa lo gak mikirin itu ya?" Rian menjawab sambil menatap mata Raya. Raya yang ditatap seperti itu jadi menundukkan kepala.

"Cerita sama gue kalo ada masalah." Lanjut Rian.

Raya bingung mau menjawab apa, apa ini saatnya dia menceritakan masalah yang dihadapinya kepada orang lain yang notaben adalah saudara kembarnya. Setelah menimang-nimang, akhirnya Raya menceritakan semua masalahnya kepada Rian.

Rian kaget dengan cerita Raya. Ia pikir Raya baik-baik aja selama ini, karena dia hanya tahu covernya, sehingga tak terlihat bahwa sebenarnya setiap manusia mempunyai masalah.

"Udah sini peluk gausah nangis, kan udah ada gue, ada bang Reyond, ada Bunda, juga Ayah." Rian berkata seraya memeluk Raya, sesekali dia mencium puncak kepala Raya yang beraroma urang aring.

"Tapi kalo gue pergi, nanti Ibu sendirian, kasihan kalo dimarahin Ayah."Jawab Raya sambil membalas pelukan Rian.

"Udah tenang aja, setelah ini pasti mereka gak bakalan berantem lagi." Rian mengeratkan pelukannya dengan Raya.

"Darimana kakak bisa jamin kalo mereka gak bakal berantem?" Raya bertanya dengan kepala yang bersandar pada dada bidang Rian.

"Karena kakak sendiri yang akan memastikannya."

"Semoga aja."

"Apanya?"

"Semoga aja mereka gak berantem lagi." Ucap Raya sambil memejamkan matanya, menikmati pelukan Rian.

"Eh, apaan nih peluk gak ngajak-ngajak." Reyond muncul dengan wajah jahil, namun pelukan mereka tidak terlepas walaupun Raya sudah berusaha melepaskan diri. Raya membuka matanya karena merasa kaget.

"Apasih ganggu aja." Rian berucap sinis.

"Sini bang Reyond." Raya melambaikan tangannya kepada Reyond.

"Foto kuy adek kembar." Pinta Reyond ke adik kembarnya.

"Kuylah." Rian menyahut setelah melepaskan pelukannya.

"Kuy."

"Eh, bentar. Gue ambil jilbab dulu." Raya beucap, lalu berjalan masuk ke kamarnya untuk mengambil jilbab, tadi mereka berada di balkon kamar Raya yang baru alias di Rumah Ayah Bundanya. Awalnya Raya memang menolak untuk diajak ke rumah Ayah Bundanya karena ada kegiatan di sekolahnya, tetapi kegiatan itu diundur sehingga Raya mau pergi ke rumah orang tua kandungnya.

"Kuylah udah siap nih." Kata Raya setelah kembali dari kamarnya.

Setelah foto beberapa kali Rian mengupload fotonya dengan Raya di instagram dengan caption, "Bagaimana rasanya jika kamu terpisah dengan kembaranmu sejak dari dilahirkan?"

Sedangkan Reyond mengupload fotonya dengan Raya dengan caption, "Tuhan, tolong jangan pisahkan kami lagi."

Raya sendiri mengupload fotonya dengan mereka berdua dengan posisi Raya di tengah, sebelah kanan Raya ada Reyond dan sebelah kirinya ada Rian dengan caption memakai emot love.

~●~

Thanks for reading!

Sorry for typo 🌚

Raya✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang