2

2.4K 191 51
                                    

I hope you like and enjoy my story!

Happy reading!

~●~

Lima bulan sudah berlalu dengan begitu cepat, Raya menjalani hari-harinya seperti biasa, dan pagi ini setelah sholat subuh serta membereskan kasurnya, Raya menyapu serta mengepel rumahnya, pekerjaan itu dilakukannya setiap pagi dan sore, pagi ketika sebelum berangkat sekolah dan sore ketika ibunya pulang kerja.

Ibunya merupakan seorang karyawan di kebun binatang di daerah tempatnya tinggal, beliau berangkat jam setengah delapan pagi dan pulang jam setengah lima sore.

Sembari menyapu dan mengepel Raya menyenandungkan lagu yang baru-baru ini semarak dinyanyikan oleh remaja-remaja, anak-anak, bahkan orang tua pun menyanyikan lagu tersebut.

"Kamu adalah bukti dari cantiknya paras dan hati." Dia berhenti sejenak. "eh, aku kan cewek, masa' nyanyinya buat cewek, dikira lesbian lagi, ew," Katanya, setelah itu bergedik ngeri sendiri.

"Eh, tapi kalo dinyanyiin buat Ibu kan juga cocok." Lanjutnya berargumen.

"Au ah, bodo amat." Dia kembali mengepel rumahnya, lalu menyeka keringat di dahinya.

"Beuh, capek juga ya tiap hari kek gini. Duh, jadi kasihan sama Ibu yang habis pulang kerja langsung lanjut kerja lagi, itu punggung kuat bener deh, semoga Ibu sehat selalu Ya Allah, Aamiin." Ucap Raya sambil membayangkan ibunya yang bekerja begitu kerasnya untuk makan sehari-hari, serta membayar biaya sekolah untuknya.

~●~

"Diberitahukan kepada seluruh siswa-siswi SMA KENCANA untuk segera berbaris di depan kantor sekarang juga, karena apel pagi akan segera dimulai"

Fyi, di sekolah Raya ini merupakan sekolah swasta yang setiap hari selasa sampai kamis dan sabtu mengadakan apel pagi, setelah itu dilanjut mengaji disetiap kelas setiap hari selasa sampai kamis. Untuk tugas penyiapan apelnya dilakukan oleh anggota osis, dimulai dari ketua osis hingga sekbid-sekbid lainnya, yang mana Raya serta kedua sahabatnya termasuk dari anggota organisasi tersebut.

"Lah, udah disiapin aja." Kata Fitri, pelan.

"Jam berapa sih ini?" Tanya Raya sambil berjalan keluar dari zona nyamannya-bangku-untuk melaksanakan apel seperti pemberitahuan tadi.

"Jam setengah tujuh." Sahut Lesta sambil melihat jam tangan yang melingkar cantik di pergelangan tangan kirinya.

"Oh, pantesan." Mereka bertiga keluar kelas bebarengan dengan teman-teman lainnya.

"WOI CEPET! UDA PADA BARIS." Teriak Ilham dari pintu kelas, mengomando teman-temannya yang masih duduk manis sambil berbincang-bincang ditemani beberapa makanan ringan.

Cowok-cowok di kelas X MIPA 1 memang tidak lebih dari cowok yang banyak omongnya, suka sekali membicarakan orang lain. Bahkan beberapa cowok ada yang sampai mengikuti ekstra radio. Kalau sudah ngegosip, yang cewek aja bakalan kalah. Mereka itu tahu banget tentang info terbaru.

"WOI, CEPET-CEPET! ILHAM MARAH." Adhi melirik pintu kelas, lalu kembali menatap teman-temannya.

Grasah-grusuh di bangku pojok itu langsung terjadi tanpa kendali, cowok-cowok yang tadinya masih santai makan chiki, kini berhamburan menuju pintu kelas. Saking terburu-burunya, keadaan kelas menjadi kacau. Meja dan kursi tidak lagi rapi, bungkus chiki berantakan di atas meja. Ilham memang mempunyai aura semenakutkan itu, meski terkadang dia bersikap konyol, tapi kalau aura ketegasannya muncul, nyeremin cuy.

"DEVA, SANS DONG LO. KETABRAK NIH." Maya mengomel kesal. Deva yang barusan keluar kelas, lantas berbalik dan mengucap maaf.

"Hati-hati kek! Punya mata tuh dipake." Maya masih mengomel sembari berlalu ke lapangan mengikuti teman-temannya yang saya sudah duluan.

"Gue kan uda minta maaf." Protes Deva. Syaif di sampingnya menepuk pundak Deva. "Cewek selalu benar." Ujarnya mengingatkan.

~●~

Setelah apel pagi dan kegiatan membaca Al-Qur'an selesai, kelas X MIPA 1 ini rusuh tak karuan, sebagian anak-anak cowok pergi ke kantin untuk sarapan pagi, sebagiannya lagi ngeluyur entah kemana, dan untuk anak-anak ceweknya kumpul jadi satu, entah membahas artis yang lagi booming, membahas tugas, ataupun kegiatan lainnya yang biasa dilakukan kaum hawa, seperti hari ini mereka membahas Iqbal Diafakhri Ramadhan pemeran Dilan yang lagi wisuda di LA.

"Gila, Iqbal keren banget." Kata salah satu siswi, dia biasa dipanggil Maya, Maya juga termasuk sepupu dari Raya sama seperti Fitri.

"Iya, gue pengen banget bisa kek Iqbal." Sahut Raya dengan muka menerawang, seolah membayangkan dia berada di posisi Iqbal.

"Udah ganteng, pinter lagi." Timpal Una, Una adalah gadis yang sangat aktif, mengikuti ekstra Volly, juga termasuk atlet lari.

"Itu orang tuanya ngidam apaan yak, anaknya kok bisa kek gitu?, biar nanti gue bisa ikutan ngidam kek gitu juga." kata Vita, penasaran.

"Yeu, si kambing, bahasannya udah sampe situ aja." Ucap Saza, dia menoyor pelan kepala Vita.

"Sekolah aja belum lulus." Timpal Lesta, sedangkan Vita hanya nyengir salah tingkah.

"Eh, tapi bener juga, emak bapaknya ngidam apa yak?" Kata Fitri, Vita yang merasa didukung pun menyahuti, "Nah kan kepo juga."

"SERAH." Teriak Raya, sedangkan yang lainnya geleng-geleng kepala, kecuali Raya, Fitri, dan Vita.

~●~

Thanks to reading!

Salam,
Selingkuhannya Iqbal

Raya✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang