Siang hari di SMA Mahesa, salah satu SMA di ibukota. Cuaca hari ini cukup panas, namun belum mengalahkan panasnya ruang BP di sekolah tersebut padahal AC menyala seperti biasa dengan normalnya.
"Skyla Edgardo." Panggilan dengan nada rendah namun tersirat rasa kesal keluar dari bibir seorang wanita paruh baya yang berstatus guru konseling, "dalam seminggu ini harus berapa kali saya memanggil orang tuamu?"
"Saya ngga tau Bu, kan yang panggil orang tua saya itu Ibu bukan saya." Jawab gadis bernama Skyla yang sukses membuat suhu ruangan semakin panas.
"Kamu--" guru itu memejamkan sejenak matanya lalu kembali menatap Sky, "kembali ke kelasmu, saya tunggu orang tuamu besok siang." Wanita itu menyerahkan amplop putih yang langsung diterima oleh Sky.
"Permisi Bu." Pamit Sky lalu berlari pergi meninggalkan ruangan paling keramat di sekolahnya.
"Panggilan lagi?" Tanya Levin, sepupu sekaligus teman sebangku Skyla.
"Biasalah artis, dipanggil mulu." Sky mengangkat sekilas bahunya.
"Gue yakin suara aunty Sam semakin bagus sekarang ini." Ucap Levin dengan nada menyindir.
"Jelas!" Yang disindir justru kurang peka, "Mama gue kan suaranya merdu."
Levin memutar sekilas bola matanya, "whatever." Merasa percuma meladeni sepupunya yang sudah diambang kewarasan ini.
Bel istirahat berbunyi, Sky segera menarik tangan Levin menuju kantin, bertemu sepupu kembar mereka yang berbeda kelas,
"Arsya! Rasya!"
Kedua laki-laki dengan wajah serupa itu menoleh ke arah Sky yang masih menyeret Levin memasuki kantin.
"Tampang lo ngga seperti habis dapet masalah ya Sky?" Tanya Rasya begitu Sky duduk di sampingnya, sedangkan Levin di sebelah Arsya berhadapan dengan mereka.
"Masalah is my middle name!" Sky tersenyum bangga.
"Lo ngga capek bolak balik ruang BP?" Kali ini Arsya yang bertanya.
"Gue yakin Bu Siska pasti makin sayang sama gue karena rajin mengunjungi beliau."
Ingin rasanya ketiga laki-laki ini menenggelamkan Sky di Samudera Antartika saat ini juga seandainya punya ongkos yang cukup untuk ke sana. Berhubung uang saku mereka tidak memungkinkan, jadi hanya dapat terlaksana dalam imajinasi saja.
Keempat bersaudara ini sudah duduk di bangku kelas 2 SMA. Sky terkenal sebagai gadis yang cantik di sekolahnya namun kelakuannya bertolak belakang dengan parasnya. Meski begitu, guru sangat heran akan otak gadis itu. Selain cantik, Sky juga memiliki kecerdasan yang memukau. Namanya tidak pernah absen dari daftar siswi berprestasi, karena hal itu para guru berusaha sesabar mungkin menghadapi tingkah Sky.
Sejak SMP Sky memang sudah memiliki cukup banyak masalah di sekolah. Kasusnya hanya satu, berkelahi dengan siswa laki-laki, entah siapapun itu, namun saat ini kasus Sky tidak sebanyak saat dirinya duduk di bangku SMP. Sang Mama sampai sedikit menyesal mengizinkan Sky masuk ekskul bela diri karate saat anak gadisnya itu duduk di bangku kelas 4 SD jika pada akhirnya akan sering masuk ke ruang BP sekolah.
Berharap Sky akan berubah saat SMA namun ternyata hal itu hanya harapan saja.
"Skyla." Panggil sang Mama saat Sky baru saja masuk ke dalam rumah.
"Ya Ma?" Sky berjalan mendekati Mamanya yang duduk di ruang keluarga.
"Tadi Mama dapat telepon dari sekolah, hari ini kamu berkelahi lagi?"
Sky mengangguk sekilas.
Samantha, Mama Sky, menghela nafas, "udah berapa kali Mama harus ke sekolahmu Sky, apa kamu ngga bosan dipanggil terus sama guru BP?"
"Sky ngga akan ribut Ma kalau ngga ada yang cari masalah."
"Tidak semua masalah harus diselesaikan dengan otot Sky, kamu anak perempuan, karate itu untuk membela diri bukan adu siapa yang paling jago Sky!"
"Sky juga menggunakannya untuk membela diri Ma!" Sky langsung beranjak pergi ke kamarnya.
"Sky!" Panggilan Mamanya tak digubris, Sky menutup pintu kamar dan menguncinya.
"Masalah lagi?" Sammy, Papa Sky, datang dan duduk di samping Samantha.
"Iya seperti biasa."
Sammy tersenyum kecil, "biar besok aku yang ke sekolah Sky, kamu di rumah saja."
"Tapi besok kan ada rapat--"
"Masih dapat diundur, lagipula selama ini kamu yang selalu mengurus masalah Sky, biarlah sekali ini aku yang urus."
Samantha mengangguk mengiyakan ucapan suaminya.
♡♡♡
Ketukan di pintu kamarnya membuat Sky berjalan malas dan membukanya.
"Ada apa?" Sky menatap datar Arka, kakaknya, yang sedang berdiri diambang pintu kamarnya.
"Gue ngga boleh masuk?"
Sky membalikan badan dan berjalan ke kasurnya, Arka masuk lalu menutup kembali pintu kamar Sky.
"Lo dapat masalah lagi?"
"Mama cerita?" Tanya Sky tanpa menjawab pertanyaan Arka.
"Bukan Mama, tapi Papa."
Sky mengambil ponselnya lalu menyalakannya, "kalau cuma mau ceramah, lo keluar lagi aja kak." Ketus Sky.
"Kenapa gue harus ceramah?" Arka duduk di samping Sky di atas tempat tidur, "gue cuma mau tanya, apa lo ngga capek berkelahi terus? Indonesia udah merdeka, lo masih perang aja sama temen sekolah lo."
"Ngga lucu." Cibir Sky, "gue juga males kali ribut mulu, tapi kalau mereka cari masalah masa gue diemin aja."
"Memangnya harus pake emosi? Mungkin mereka cuma ingin cari perhatian ke lo? Soalnya adek gue ini kan cantik."
Sky tersenyum miring, "bisa aja lo kalo gombal, tapi kenapa masih jomblo?"
"Sial." Arka merangkul pundak Sky, "gue serius."
"Iya iya," Sky melepas lengan Arka di pundaknya, "gue ngga peduli alasan mereka, yang jelas mereka udah buat gue kesel!"
"Perlu gue datangi mereka?"
"Ngga, gue ngga mau lo ikut-ikutan."
"Kenapa?"
Sky menatap Arka, "ini masalah gue sama temen gue, jadi gue aja yang beresin."
"Adek gue digangguin, gue ngga boleh belain?"
Sky tersenyum, ia sangat tahu seberapa besar rasa sayang Arka padanya meski tidak terlalu ditunjukkan namun Sky merasakannya, "adek kakak yang cantik ini udah bisa melindungi diri sendiri, kakak tenang aja."
Arka tersenyum kecil, "kalau perlu bantuan kasih tau kakak, meskipun lo bisa jaga diri tapi bagi gue lo tetep adik kecil gue." Sekilas Arka mengusap puncak kepala Sky lalu berpamitan kembali ke kamarnya.
Sky tersenyum menatap pintu kamarnya yang sudah kembali tertutup setelah kakaknya pergi.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
A Heart For Sky
Romance[Sequel More Than Cinderella] "Pertama," Anta mengacungkan jari telunjuknya, "lo harus minta maaf ke gue karena udah rusakin mobil gue." "Oke, gue minta maaf karena dengan tidak sengaja membuat mobil lo tergores." Anta mengangguk lalu mengangkat tel...