Part 42 - Tunangan?

1.2K 105 8
                                    

Baru saja kemarin ada perasaan penuh dengan bunga diantara Sky dan Anta, namun hari ini sikap Sky berubah sangat drastis.

Saat Anta menjemput Sky seperti biasa untuk berangkat sekolah bersama, gadis itu justru sudah menghilang dari rumahnya alias berangkat duluan ke sekolah dengan motornya.

Di sekolah, Sky tidak duduk di samping Anta melainkan di sisi Levin seperti saat Sherly masih menjadi salah satu siswi di kelas mereka.

Anta yang merasa heran dan tidak sabar untuk mengetahui sebab perubahan mendadak Sky langsung menghampiri Sky yang masih berada di kursinya saat jam istirahat.

"Sky, gue mau bicara."

Levin menatap Sky dan Anta bergantian, "kalian kalau mau bicara di luar aja sana."

Sky menatap sekilas Anta, "tapi gue lagi malas."

"Skyla-"

"Udah Sky ikut aja," sela Levin, "masalah itu buruan diberesin jangan ditunda."

Sky menghela nafas, "oke," lalu berjalan lebih dulu keluar kelas diikuti Anta.

"Lo kenapa?" tanya Anta setelah keduanya tiba di halaman belakang sekolah yang sepi.

"Lo tanya gue kenapa?" Sky memasang tatapan kesalnya pada Anta, "harusnya gue yang tanya lo kenapa?!"

Anta masih belum mengerti maksud ucapan Sky.

Sky bersidekap menatap ke arah lain, "kemarin gue ketemu Sherly."

Ucapan Sky membuat Anta sedikit terkejut, "di mana?"

"Dia datang ke rumah gue."

"Mau apa dia ke rumah lo?"

Sky menatap Anta, "mengatakan semua yang sebenarnya!"

"Sebenarnya?"

"Udah deh Nta jangan bohong lagi sama gue, kenapa lo harus nembak gue? Kenapa lo berharap status kita jadi beneran kalau ternyata lo dan Sherly mau bertunangan?!"

"Hah?!" Anta semakin terkejut akan apa yang didengarnya dari Sky.

"Lo kaget atau pura-pura kaget?"

"Tapi itu ngga mungkin Sky! Lo denger sendiri kan apa yang gue cerita kemarin ke lo? Bagaimana sekarang status gue dan Sherly? Ngga lebih dari teman masa kecil karena perasaan gue lebih memilih lo Skyla!"

"Kemarin Sherly bilang sendiri ke gue kalau orang tua lo dan orang tua dia udah setuju kalau kalian bertunangan!"

"Itu ngga benar Sky!"

"Maaf Nta, gue ingin percaya sama lo sekarang ini tapi Sherly justru menunjukan bukti bahwa semuanya sudah dipersiapkan."

"Tapi gue lebih memilih lo Sky bukan Sherly!"

Sky tersenyum tipis, "makasih Nta," kemudian berjalan pergi sebelum Anta sempat menahan Sky.

Anta menggeram kesal ditempatnya lalu menendang rumput di dekatnya, "sial! Apalagi sih ini?!!" Anta terlihat frustasi akan apa yang didengarnya tadi dari gadis yang baru kemarin menyandang status pacar aslinya.

Berdiam sejenak, Anta memilih kembali ke kelasnya karena bel sudah berbunyi.

Selama pelajaran, Anta tidak dapat fokus dengan benar. Sesekali dirinya melirik ke arah Sky yang tetap duduk di samping Levin. Entah sudah berapa kali hari ini Anta menghela nafasnya, merasa pusing akan keadaan yang tiba-tiba terjadi.

Pulang sekolah, Sky langsung pulang bersama Levin tanpa mengizinkan Anta untuk menghampirinya. Padahal sejak semalam Anta sudah berencana membawa gadis itu ke rumahnya merayakan status baru mereka namun sepertinya harus diurungkan.

Anta menjalankan mobilnya meninggalkan pelataran sekolah bukan menuju ke rumahnya namun ke tempat yang saat ini harus ia datangi.

"Tumben lo ke sini."

Anta menoleh pada pemilik suara yang baru saja menyambutnya begitu sampai. Fabian.

"Lo sendiri sedang apa di sini?" Anta balik bertanya.

Bian berjalan mendekat, "ini juga rumah gue, wajar kan kalau gue di sini?"

Anta memasang tatapan datar, "gue mau ketemu Papa."

"Kayaknya lo harus sering pulang ke sini deh, biar lo tau jadwal kerja Papa kalau lagi di sini."

"Oke kalau gitu gue bakal ke kantornya," Anta akan pergi namun Bian berhasil menahan lengan Anta membuat Anta memberinya tatapan protes.

"Kalau lo mau bahas soal pertunangan, mendingan lo tunggu Papa pulang."

"Jadi lo juga tau?"

"Seharusnya lo tau kan? Karena ini pertunangan lo."

Anta melepas tangan Bian dari lengannya, "ngga ada satupun di rumah ini yang membicarakan hal ini ke gue tapi gue justru tau dari Skyla!"

"Kalau gitu lebih baik lo tunggu Papa pulang."

"Ngga! Gue mau pertunangan ini batal karena gue lebih memilih Skyla bukan Sherly!" Anta akan kembali berjalan pergi namun lagi-lagi langkahnya tertahan saat melihat Keyra berjalan ke arahnya.

"Gue akan jelaskan semuanya Anta," ucap Keyra dengan wajah serius membuat Anta mengikuti kakak pertamanya itu tanpa diminta, mereka duduk bersama di ruang keluarga.

"Jadi apa yang harus gue dengar sekarang?" tanya Anta.

"Beberapa waktu lalu orang tua Sherly dan Papa Mama bertemu di sini membicarakan masalah pekerjaan. Sejauh yang gue tau, perusahaan keluarga kita sedang goyah saat ini ditambah ada beberapa oknum yang sedang mencoba merusak usaha Papa yang selama ini sudah dengan susah payah dibangun. Papa Sherly menawarkan bantuan dengan membuat kerjasama antara perusahaan keluarga kita dan keluarga Sherly."

"Lalu?"

"Salah satu syarat kerjasamanya adalah menjodohkan kalian, lo dan Sherly."

"Gila!" Anta mengepalkan kedua tangannya, "apa ngga bisa tidak menghubungkan bisnis dan masalah pribadi?!"

"Sulit Nta, kondisinya juga saat ini seperti ini, mau tidak mau Papa menerima tawaran orang tua Sherly."

Anta mengusap kasar wajahnya lalu berdiri dari sofa, "gue pulang dulu."

"Anta!"

Panggilan Bian menghentikan langkah Anta, "Gue harap lo bisa memahami kondisi Papa saat ini."

Anta tak berniat menjawab lalu kembali berjalan pergi meninggalkan rumah utama ini, rumah orang tuanya, tempat di mana Anta dibesarkan.

Dengan perasaan kesal Anta berjalan masuk ke kamar begitu tiba di rumah pribadinya. Tanpa berganti pakaian dan hanya melepas tas serta sepatu, Anta berbaring di kasurnya.

Anta membutuhkan Sky saat ini namun ia tahu gadis itu sedang tidak ingin diganggu olehnya sekarang. Anta sangat paham bagaimana perasaan Sky begitu mengetahui kabar mengenai dirinya ini.

Anta merasa kacau, ia hanya bisa menatap foto Sky yang menjadi penghias layar ponselnya untuk mengobati sedikit rasa rindunya meski baru beberapa jam lalu mereka bertemu namun pertemuan yang sangat tidak diinginkan. Anta ingin sekali menghubungi Sky, mendengar suara gadis itu akan tetapi ia yakin Sky tidak akan mengangkat panggilan darinya nanti.

Kepala Anta terasa pusing, Anta memejamkan sejenak matanya namun bayangan Sky muncul membuat perasaannya semakin kacau.

Untuk pertama kalinya dirinya mendapat perasaan seperti ini. Saat dulu Sherly pergi, Anta tidak merasakan hal ini, namun berbeda dengan setelah dirinya memiliki perasaan spesial pada gadis yang sempat menjadi pacar sandiwaranya selama seratus hari.

"Sky," gumam Anta masih dengan memejamkan matanya, "kenapa semuanya harus jadi begini? Gue hanya mau lo di sini sekarang Sky."

Anta menutup wajahnya dengan kedua tangannya, ia merindukan Skynya.

Tbc

A Heart For SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang