04. Smile, Please!

2.1K 361 14
                                    

J i h o

Sejak kecil, gue selalu diajarkan untuk mengucapkan kata 'terima kasih'. Tapi karena watak gue yang emang cuek begini, kayaknya orang-orang meragukan gue kalau gue gak bisa bilang terima kasih. Hm?

Tapi saat ini, gue bener-bener gak tahu harus bilang apa sama sosok daging bernyawa yang diberi Tuhan muka ganteng yang berada di hadapan gue. Sebelumnya, dia pernah nyelamatin gue dari Jennie. Dia masih punya rasa tanggung jawab sebagai manusia. Menyelamatkan manusia lain dari bahaya. Humanity.

Dan tadi, dia menyelamatkan gue dari orang-orang gak di kenal. Untuk kedua kalinya, dia menjadi superhero buat gue.

Gue turun dari motor Jaehyun walau sedikit kesusahan karena rok yang gue pake. Makanya gue gak suka pake rok. Ngeribetin.

Gue menghadap Jaehyun. "Gue masuk dulu. Makasih."

Jaehyun yang lagi ngotak-atik ponselnya, langsung naruh benda pipih itu ke dalam sakunya. Tangannya mengarah ke muka gue. Ibu jari dan jari telunjuknya digunakan untuk menarik kedua sudut bibir gue ke atas. Dia gak senyum, tapi mukanya serius. Ngapain sih nih orang?

"Senyum dong, Jiho. Gak enak banget bilang terima kasih tapi mukanya berantakan kayak serabut jeruk."

Ha.

"Se. Nyum." Laki-laki itu menarik tangannya.

Gue hanya diam. Baru kali ini ada cowok yang berani memberi gue nasihat gue untuk tersenyum. Biasanya orang malah bilang ke gue; 'jangan jutek sama orang'.

"Balik gih. Udah sore."

Dan tak lama, Jaehyun dan motornya mulai menjauhi gue yang terdiam. Tangan gue mulai mempraktekkan apa yang barusan Jaehyun lakukan ke bibir gue, mengangkat sudut bibir. Apa gue terlihat salah tanpa senyum?

Ketika Jaehyun mulai menghilang dari pandangan gue, gue baru sadar. Gue belum pernah ngasih dia senyum walau dia udah pernah nyelamatin gue. Dua kali.

-

Dari dulu gue punya kebiasaan cuci muka dan sikat gigi sebelum tidur. Rasanya bener-bener gak enak kalau muka gue gak bersih dan langsung dibawa tidur. Apalagi kalau ada sisa makanan yang nempel di gigi gue. Bener-bener no.

Di kaca kamar mandi, gue nyikat gigi dihadapan kaca kamar mandi yang dibingkai sama keramik-keramik mengkilat warna abu-abu dan putih. Sesekali gue ngeliat hp dan membalas chat dari Sujeong, kemudian kembali menyikat gigi.

Sujeong
|Balik sama siapa lo tadi? 20:38
|Gak diculik om-om kan? 20:38

Jiho
|y nggklh njng [deleted] 20:38
|sama bang Joshua 20:39

Sujeong
|Oh. Gue khawatir banget tau:( 20:39
|PR fisika udah? 20:39
|pap dong 20:40
|gue gak ngerti ಥ_ಥ 20:40

Jiho
|ntaran 20:40
|masih gosok gigi 20:40

Sujeong
|yah 20:40

Jiho
|di sekola aj 20:40
|lagian fisika matpel terakhir lol 20:40

Kemudian setelah itu, Sujeong tidak membaca chat terakhir dari gue.

Gue jarang banget yang namanya chattingan sama orang lain. Kontak di Line gue banyak. Rata-rata temen SD atau SMP yang ketemu lagi dan minta addback. Grup gue cuman ada 4. Grup alumni SD dan SMP yang bener-bener rame karena kelasnya banyak, grup kelas yang gak kalah rame. Biasanya mereka ngobrolin hal yang bener-bener gak gue ngerti, dan grup khusus cewek-cewek alumni SMP yang udah pisah-pisah.

Jadi, gue kalau chat pribadi cuman sering sama Sujeong. Dia bener-bener sama gue sejak pertama kali jadi murid putih-biru sampai sekarang.

Intinya, sebanyak-banyaknya kontak LINE di hp lo, bakal kalah sama grup yang sedikit tapi aktif 24/7.

Gue keluar kamar mandi dan menemukan kak Jisoo yang tengah berbaring di tempat tidur gue denga laptopnya. Kapan nih orang masuk?

"Ngapain lo kak?" Tanya gue sambil menyelipkan poni panjang gue di belakang telinga.

"Numpang charge." Jawabnya pendek. "Di kamar gue chargerannya jauh dari tempat tidur. Gue males."

"Ng? Oke."

Gue berdiri di depan cermin kamar. Gue gak tahu mau ngapain, tapi perlahan, tangan gue mulai menyentuh sudut bibir. Hal yang sama kayak yang Jaehyun lakukan tadi sore. Bedanya, gue hanya menggunakan telunjuk untuk mengangkat sudut bibir gue.

Sebenarnya, mustahil aja ada seseorang yang sama sekali gak pernah tersenyum walau itu jarang. Gue kecil itu anak yang periang. Hobi nyari temen dan main sama anak sebaya gue.

Saat beranjak remaja, banyak yang bilang gue berubah. Gak banyak bicara dan perasaan... males banget sumpah buat bergaul. Gue bodo amatan sama keadaan sekitar gue walau sebenernya gue suka mendapatkan fakta baru tentang orang di sekitar gue.

"Kenapa dek?" Tanya kak Jisoo yang sekarang lagi ngeliatin gue.

Gue menggeleng.

"Lo tiap hari cemberut." Katanya. "Tapi beda."

Gue diam.

"Kak Jisoo," panggil gue, kemudian duduk di bibir ranjang. "Emangnya... salah ya kalau udah gue gak bisa senyum?"

Kak Jisoo terdiam kemudiam mempause video yang ada di laptopnya. Dia ngeliatin gue lagi. "Gak bisa dibilang salah sih. Bukannya itu emang udah sifat lo? Lo mau ngapain?"

"Gak kenapa-napa sih. Cuman.. gue aneh aja gitu loh. Orang-orang ngeliatnya gue gak bisa senyum, ketawa, atau nyengir. Padahal gue bisa."

Kak Jisoo terdiam. Cukup memberi jeda beberapa detik, kemudian ia tertawa sambil mengacak rambut gue.

"Jiho. Dengerin gue." Kata kak Jisoo. "Lo emang kaku, jutek, mengerikan. Tapi gak ada salahnya buat nunjukin senyum buat orang lain. Itu bisa mengurangi pandangan negatif orang-orang ke lo. Jangan senyum ke kita-kita aja. Ke orang lain juga."

"Yang tulus?"

Dan lagi, kak Jisoo tertawa mendengar pertanyaan gue. "Sejak kapan lo jadi cringey gini woy?" Katanya, seakan meledek kondisi gue saat ini.

"Jiho, senyum yang tulus itu datangnya dari hati. Senyum yang tulus itu bakal datang dengan sendirinya." Kak Jisoo tertawa. "Geli ah, udah!"

Gimana ya?

Jisoo terkekeh. "Emang kenapa sih? Lo lagi suka sama cowok?"

Lah?

"Nggak sih. Nanya aja kok.

"Oalah." Ucap kak Jisoo. "Jangan cuman dengerin perkataan gue aja. Praktekin."

Gue terdiam sejenak.

Apa bisa?



HHHH BANYAK WORDS NYA.

rada mumet bikin part ini.

Anyway...






LOONA SUDAH MENGELUARKAN MV MEREKA.

HUA PARAH SIH DEMEN BAT GUE:(

ada yang Orbit kah disini?

Dazzling Nightmare Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang