31. Cant Stop The Feelings

1.1K 180 32
                                    


Akhirnya gue dapet JATAH NULIS LAGI HUH BETAPA RINDU DIRIKU PADA JAEHO😭

Ayo, awali kembali dengan yang manis-manis🌚🍓


Waktu akan terus berputar. Terus dan terus.

Jiho melirik jam yang melingkar di tangannya. Ia menipiskan bibir. Kemudian menyenderkan kepalanya pada jendela bus yang ia tumpangi.

"Maaf ya dek. Mobilnya gue pake buat jemput Papa di bandara. Lo pulang sendiri dulu kan gak papa?"

Perkataan Jisoo lewat telepon, tepat setelah ia mendengar bel pulang sekolah berbunyi, membuatnya berpikir kembali, jika tidak selamanya ia bergantung pada Jisoo. Yaa, seenggaknya ia bisa menikmati perjalanan pulang tanpa perlu mendengarkan curhatan Jisoo yang panjang kayak rel kereta. Lagipula, tidak ada salahnya jika menaiki bus sekolah dan bergabung dengan teman-temannya yang lain, walau ia hanya sekedar tahu. Bukan mengenal.

Gadis dengan rambut terurai itu bisa melihat langit yang mulai menggelap, bertepatan dengan melambatnya bus di depan halte dekat rumahnya, menandakan bahwa bus tersebut akan berhenti.

Sebagian penumpang bus mulai turun, termasuk Jiho. Kaki panjangnya berlari kecil menuju tempat duduk di halte tersebut. Tidak ada orang kecuali dirinya, dan seekor kucing berwarna orange yang sepertinya sedang mencoba untuk tidur.

Bus kembali berjalan, meninggalkan Jiho sendiri yang sedang meneguk air di dalam tupperware hitamnya. Gadis itu berdiri dan kembali mengangkat tasnya, berniat untuk berjalan kaki menuju rumahnya, namun yang ia dapati adalah satu dua tetes air hujan yang mulai berjatuhan.

Satu, dua- sejuta ditambah lagi dengan yang makin banyak.

Tetes-tetes tersebut kembali menahan langkah Jiho untuk berjalan ke rumahnya. Ia meringis pelan. Ia kesal. Namun bukan karena hujan. Ia merutuki dirinya sendiri yang tidak memilih untuk membawa payung tadi pagi. Ah, salahnya ia memilih untuk mengabaikan ucapan Mama.

Jiho bukanlah perempuan dengan goresan bait-bait senja atau hujan dalaman pikirannya. Cewek itu bukan makhluk indie yang bisa genjrengan sama gitar, ukulele ataupun piano. Jiho adalah perempuan random. Menyukai segala hal, semood-moodnya. Tapi tentu saja gadis itu mengetahui Ardhito. Jiho sempat mendengarkan beberapa lagunya, dan kini sebait lirik menyapa pendengarannya di antara derasnya hujan.

Sometimes you feel off but sometimes you feel it right
Is it to be, or it is not to be
To fall in love again, to be the one for me
Sometimes you fall, but there'll be time we'll be together..

"Bitterlove? Wow." Komentar Jiho melirik sedikit ke arah seseorang disampingnya, juga ketika ia menyadari siapa sosoknya. "Your music taste- gue kira lo suka modelan dangdut koplo."

Yang ditanya mengerjabkan matanya. "Jiho?" Tanyanya. Jiho menyadari jika plester luka yang ia pasang tadi pagi telah berganti. Ia tidak mengenakan benda tersebut. "Lo... ngomong sama gue?"

"Nggak." Jiho mendengus. "Sama malaikat Rakib Atid."

Si laki-laki pemilik nama Jaehyun tersebut tertawa ringan. Bahkan ia tidak menyadari jika ia akan menemui Jiho di halte ini. Rasanya fantastis. Ada rasa senang yang menyeluruh di dadanya.

"Maafin gue." Kata Jaehyun, membuka kembali obrolan. Cowok itu menyandarkan tubuhnya, menatap air hujan yang masih menetes walau tidak terlalu deras dari sebelumnya. Sebelum Jiho sempat bertanya, Jaehyun berbicara kembali. "Gue merasa bersalah aja. Makanya minta maaf."

Dazzling Nightmare Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang