13. Hari Jumat

1.6K 299 72
                                    



Hari Jumat. Dimana setelah bel masuk berbunyi, semua murid dikumpulkan di tengah lapangan dengan seragam olahraga. Seminggu sekali, guru mereka akan memutar lagu untuk senam, atau murid-murid akan diajak untuk jalan sehat.

Minggu lalu senam, yang berarti, sekarang jadwalnya jalan sehat.

"Boleh bawa hp kan?" Tanya Roa yang dibalas anggukan oleh Sujeong. "Bawa aja."

Sujeong segera menggandeng lengan Jiho dan Roa sampai ke lapangan. Biar ditegaskan kalau mengatur anak SMA ini gak semudah yang dikira. Para guru harus menyadarkan mereka, kalau mereka sudah beranjak dewasa, dan bukanlah anak TK yang apa-apa harus dibimbing.

Intinya, acara jalan sehat inipun habis 10 menit untuk mengatur murid-murid SMA berjiwa TK.

Setelah berhasil diatur, barisan dibubarkan dengan tertib.

"Katanya lo lagi sakit, Ho?" Tanya Roa, mengawali pembicaraan.

Jiho mengangguk. "Udah sembuh. Soalnya dikasih air putih terus sama Mama."

Roa dan Sujeong dibuat gemas dengan pernyataan polos dari Jiho ketika ia menyebut 'Mama'. Jiho hanya tidak menyadarinya.

Ketika melewati jalan dengan banyak mobil, semuanya mulai tampak sibuk sendiri dan mulai terpisah dari barisan. Tentunya mereka juga cepat lelah karena matahari terus naik dan menyinari mereka.

"Capek gue.." kata Sujeong dengan nafas yang pendek-pendek.

Mereka bertiga memilih untuk duduk di sebuah bangku di dekat lapangan untuk sekedar meluruskan kaki.

Jiho juga capek. Ia tidak banyak omong dan hanya meminum air putih yang ia beli tadi, kemudian mengusap keringat yang mengalir di dahinya dengan tisu. Ia takut nanti keringatnya masuk ke mata, dan itu bener-bener perih. Ia mengangkat rambutnya dan mengikatnya jadi satu. Panas banget, gila.

"Kak Jiho cantiknya gak manusiawi."

"Cantik-cantik judes."

"Dia mah menang putih doang, kalau gak putih juga, mana cantik?"

"Jutek banget. Gue pernah ngeliat dia, terus ngebales sinis gitu. Kenal gue aja kagak."

Tentu Jiho mendengarnya. Begitu juga Roa dan Sujeong. Adik kelas itu yang hanya tidak menyadarinya. Sujeong mendengus kesal, kemudian berteriak.

"HEH! CONGOR KALIAN DIJAGA, BISA?!" Katanya, membela Jiho. "BARU ADEK KELAS AJA BELAGU BANGET. Kesel anjing!"

Tentu saja, kumpulan adik kelas itu terkejut. Mereka menunduk, sementara yang merasa punya nyali mengangkat kepalanya, menatap Jiho dengan gaya songong. "Bener kan, Kak Jiho? Lo sinisin gue, padahal gak kenal sama sekali?"

Jiho menghela nafasnya, kemudian tersenyum miring. "Gue inget lo, kok." Ucapnya. "Yang pernah masukin kecoa mati ke tas gue karena gue di sukain sama Vernon? Terus yang ngisi loker gue sama sampah dan hujatan lebay lain?"

Tercyduk kamu.

Adik kelas tadi terdiam. Jiho tahu. Pilihan yang salah karena telah ngomongin Jiho, dan berakhir kena semprot Sujeong, juga sindiran tajam dari Jiho. Roa mau ikut-ikutan, tapi dia gak ngerti apa-apa.

"Pergi sana lo!" Ucap Sujeong sambil mengibaskan tangannya. "Ganggu aja."

Jiho masih memperhatikan adik kelasnya tersebut, dari atas sampai bawah. "Jelas gue inget lo." Katanya. "Orang tiap gue eek, keluarnya muka lo."

Adik kelasnya tadi terkejut. Jiho bisa berbicara seperti itu, diluar dugaannya. Ia berdecak kesal, kemudian menarik temannya pergi, melangkah menjauhi tempat Jiho.

Dazzling Nightmare Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang