Memasuki musim hujan, lapangan sekolah mulai becek. Yang sepatunya putih, harus bersabar karena udah pasti kotoran dari becek yang kena sepatu mereka pasti bakal kelihatan banget.Apalagi, perlengkapan yang dibawa makin banyak. Kayak payung, jaket, dan hujan. Pokoknya ribet.
Tapi, bagi mereka kaum pecinta hujan, terutama bagi mereka yang membenci upacara Senin, kayaknya hari ini adalah keberuntungan. Bisa dilihat dari senyum merekah yang muncul di wajah anak-anak berseragam putih abu-abu itu. Upacara dibatalkan karena hujan yang gak berhenti dari tadi pagi.
Tapi, walau Jiho termasuk golongan yang disebutkan di atas tadi, ia tetap cemberut. Tentu saja, kejadian Minggu kemarin masih membuatnya merasa dendam dengan Mingyu.
"Gue anter lo ke lapangan deh, biar pikiran lo seger kena hujan." Usul Sujeong, yang dibalas pukulan pelan dari Roa.
"Jangan! Nanti kalau sakit, gak bisa ikut ke Bandung!"
Iya. Gak jadi ke Jogja. Yang katanya ke Jogja itu cuma gosip semata. Jadinya ya ke Bandung. Lagian, kalau ke Jogja itu jauh banget.
Jiho menopang dagunya dengan tangan. Telinga kanannya disumpel sama earphone putih padahal gak ada lagu. Ia cuma males dengerin bacotan anak-anak dikelasnya, suara obrolan, apalagi-
"Assalamualaikum. Yok, ketua kelas pimpin doa."
Suara guru mengajar.
Jiho menggerutu sebal. Ia mengurut dahinya dan menyembunyikan wajahnya dibalik lipatan tangan.
"Ho, bangun goblok. Bu Ijah galak!" Panggil Mina sambil melepas earphone putih yang menempel di telinganya.
"Kalau ngantuk, gue bilangin lo lagi sakit. Gue lagi baik nih!" Katanya.
Bukan lagi baik sih, tapi Mina emang baik.
Jiho mengangguk. Ia mengangkat kepalanya. "Bilangin gue sakit. Gue mau bolos pelajaran, hari ini aja."
Mina mengangguk. "Bu Ijah!" Katanya sambil mengangkat tangan. Suaranya mengundang perhatian seisi kelas.
"Kenapa, Min?"
"Jiho gak enak badan."
Kalimat yang dilontarkan kembali menarik perhatian seisi kelas. Terutama Sujeong dan Roa yang merasa kalau Jiho sehat-sehat aja sebelumnya.
"Perasaan tadi baik-baik aja tuh bocah." Bisik Roa pada Sujeong di depannya. Sujeong hanya menggeleng kemudian memperhatikan Jiho dan Mina yang mulai berjalan ke luar kelas.
-
Kalau kalian mengira Jiho bakalan ke UKS, jawabannya salah. Jiho buru-buru bilang makasih sama Mina dan nyuruh cewek alim itu balik lagi ke kelas.
Posisinya berada di aula atas yang menyatu dengan rooftop. Jadi walau hujan, dia masih bisa berteduh di dalam aula dan menikmati hujan. Jiho sih bodo amatan sama mitos yang katanya disini banyak hantunya. Kata Sujeong sih, hantu aja takut sama Jiho.
Jiho meletakkan kepalanya di matras empuk. Ia memejamkan matanya. Sorry-sorry nih ya, niat Jiho bolos pelajaran itu buat tidur, walau bukan tidur di UKS. UKS pengap, dan yang pasti, banyak yang ganggu.
Ketika Jiho mulai merasa kalau dirinya sudah mulai tertidur, sebuah benda yang sangat dingin menyerbu area lehernya. Ia membuka mata dan terkejut ketika mendapati sebuah tangan yang menempeli lehernya dengan kaleng susu.
"Asu, ANJENG!"
Gadis bersurai hitam itu langsung kembali duduk dan mendapati seorang cowok dengan baju olahraganya.
"Sejak kapan asu itu kucing?" Tanyanya, kemudian membuka kaleng susu beruang yang barusan digunakannya untuk membangunkan Jiho.
Susu beruang? Siapa kalau bukan Jaehyun?
"Bangsat," desis Jiho. Ia mengambil benda random yang ada di sekitarnya kemudian memukul Jaehyun. "Ganggu tidur gue tahu gak?!"
"I-iya ih!" Kata Jaehyun sambil mencoba untuk menjauhkan diri dari Jiho. "Heh, galak! Ini tempat gue ya! Misi ah! Gue mau tidur disini!"
Jiho mengernyitkan dahi, kemudian kembali menggeplak kepala Jaehyun dengan dus tipis yang ia temukan. "Gue disini duluan! Enak aja tuh mulut!" Ucapnya sambil menarik matras biru tersebut.
Namun tenaga Jaehyun lebih kuat dari tenaga Jiho. Cowok itu menarik matras ditangan Jiho kemudian lebih dulu duduk diatas sana. "Wleek!" Ejeknya.
Jiho berdiri. Ia benar-benar kesal karena ia tidak mendapatkan benda yang ia mau. Jiho berjalan ke pojokkan dan menundukan kepalanya. Jaehyun mengganggu acara tidurnya. Sementara Jaehyun malah tidur di matras sambil menutupi wajahnya dengan buku paket yang ia bawa.
Merasa kalau hanya ada keheningan disana, Jaehyun berdehem pelan.
"Jiho." Panggilnya. "Ho."
"Hng?"
"Maafin Mingyu kemarin. Dia-."
"Gak."
Dibalik buku paket itu, Jaehyun terkekeh pelan.
"Bilangin temen lo, jangan jahil-jahil sama orang."
"Iya." Jawab Jaehyun. "Tapi yang penting kan, gue dapet nomor lo."
Kemudian sebuah bola ping-pong mendarat mengenai dahi Jaehyun.
"Jiho!" Ucap Jaehyun, sambil melempar balik bola ping-pong tadi kearah Jiho. "Jangan galak-galak jadi cewek ngapa sih?"
"Bodo."
"Nanti gak ada yang suka."
"Yaudah."
"Eh gak apa deng kalau gak ada yang suka. Biar nanti yang suka cuman gue."
TAK!
"Anjrit." Umpat Jaehyun ketika melihat bola kasti yang Jiho temukan hampir mengenai tubuhnya.
Jiho langsung cabut ke luar aula. Ia menggerutu pelan.
Berlama-lama di aula tidak baik untuk kesehatan jantungnya.
"Akhirnya, ya Allah. Jaehyun bisa tidur."
Vommentnya, Ferguso Santoso Supriatno.
Gue gak ngedit lagi ini btw
KAMU SEDANG MEMBACA
Dazzling Nightmare
Fanfiction𝘸𝘩𝘢𝘵 𝘢 𝘥𝘢𝘻𝘻𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘯𝘪𝘨𝘩𝘵𝘮𝘢𝘳𝘦 𝘪𝘯 𝘩𝘪𝘴 𝘦𝘺𝘦𝘴 [lagi di revisi ya] Was: #1 in Jaeho #1 in 97liner #1 in Jiho #1 in omg #1 in kimjiho Thank you🙏🏻