22. Bandung, Makan malam, dan siaran live Sujeong

1.5K 293 75
                                    






Bandung.

Identik dengan kotanya yang nyaman dan dingin. Jiho tidak ingat kapan pertama kali ia menginjakkan kaki di kota tempat tinggal Adik Ayahnya ini, namun Jiho tahu kalau saat itu ia masih sangat kecil. Ada fotonya yang ia simpan di dalam album, rambutnya yang masih tipis diikat dua, tubuhnya yang mungil dipasangkan mantel tebal berwarna merah. Matanya menatap sebuah bunga kecil yang ada di tangannya. Salah satu foto masa kecil terimut yang pernah Jiho lihat.

Pandangan Jiho tidak lepas dari jendela bis yang menampilkan jalanan Bandung yang macet namun tetap terlihat damai. Cafe-cafe dan restoran mulai buka, begitu pula pedagang-pedagang yang menjajakan barang jualannya. Lampu-lampu taman mulai dinyalakan, pertanda kalau hari sudah semakin sore.

"Anak-anak. Sebentar lagi nyampe hotel ya. Beresin dulu barang-barangnya."

Bis yang ditumpangi mereka mulai memasuki sebuah halaman luas dengan air mancur yang memiliki ukuran besar. Mereka diturunkan di depan sebuah lobby yang memilki arsitektur modern.

Jiho menggeret koper ungunya kemudian merapatkan jaket hitam tebal yang ia gunakan. Disampingnya ada Gyuri yang terus memegang lengannya.

"Takut ketinggalan." Katanya sebagai alasan.

Ya emang sih. Muka-muka Gyuri ini macem anak ilang. Kalau ditinggalin cuma bisa planga-plongo abis itu nangis. Begitu pikir Jiho.

"Sorry ninggal." Kata Sujeong kemudian menyeruput jus jeruk sebagai welcome drink yang telah disediakan.

Jiho mengambil gelas yang telah diberikan Saerom. Wajahnya langsung berubah mimik, seakan memberitahu kalau minuman itu asam. "Pweh," katanya. "Kecut banget."

Roa menunjuk beberapa minuman yang masih diletakkan di pojok sana. "Padahal ada yang jambu loh." Katanya, melihat cairan kental berwarna pink di dalam gelas bening.

Saerom yang merasa sebagai orang yang mengambil minuman langsung melebarkan matanya. "Eh, beneran. Gue kira itu mangga!"

Jiho mengangguk. "Sans."

Setelah pembagian kunci kamar, setiap anak dipersilahkan beristirahat.Berbeda dengan kelompok Jiho yang memilih untuk duduk dulu di lobby karena lift yang digunakan benar-benar 'macet'.

Di luar sana, terdengar suara air dan tawa khas anak-anak. Ada kolam renang di sekitar luar sana. Disatukan dengan halaman yang luas dan kursi-kursi yang diletakkan di pinggir kolam. Pemandangan itu membuat mata Jiho segar. Sepertinya setelah sholat subuh besok pagi, ia harus melihat pemandangan ini.

"Ayo." Kata Roa sambil menyentuh pelan lengan Jiho, membuat gadis itu sedikit terlonjak kaget.

Sebenarnya lift yang mereka tumpangi cukup luas. Gak sempit-sempitan kayak yang biasanya Jiho temukan. Namun, di tengah jalan menuju lantai 7, lift berhenti di lantai 3, dan kemudian pintu lift terbuka.

"Lah, penuh." Kata salah satu dari mereka, yang ternyata Mingyu. "YAUDAHLAH MASUK AJA."

Pada tahukan Mingyu ini satu pasukan sama siapa?

Dan entah kesialan atau gimana, Jaehyun ini berdirinya deket banget sama badan Jiho. Jadi.. tinggi mereka keliatan kebanting gitu. Jiho mah udah mau teriak-teriak aja pas lengan mereka tiba-tiba bersentuhan karena Jungkook dan Mingyu yang gak mau diem. Jaehyunnya santai aja.

Parahnya lagi, ada Junhoe yang ternyata gabung sama kelompok mereka. Gimana kondisi lift? Ancur.

Namun tiba-tiba, Jiho nyeletuk di tengah jamtungnya yang udah kayak konser BTS.

"Ini tempatnya sempit loh." Katanya, membuat Mingyu, Jungkook, dan Junhoe langsung diam.

"Kalian bisa diem gak?" Kata Jiho dengan nada yang sedikit meninggi. "Udah tahu sempit. Malah gak bisa diem. Tambah sempit lah, goblok!"

Dazzling Nightmare Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang