One [LET GO]

9K 314 10
                                    

if I touch your hand, even if it's all at once
it seems like it'll all become crumbs
I only looked
with the autumn wind
your words and expressions that become cold at some point

------

Raeun menatap lamat bayangan samar dirinya pada jendela disebuah kamar berukuran cukup besar yang ditempatinya sebulan terakhir, tentunya tidak sendiri melainkan bersama pria yang entah sampai kapan akan berstatus sebagai suaminya.

Taman kecil diluar jendela itu masih basah karena sisa-sisa hujan beberapa menit yang lalu. Tidak lebat namun dinginnya sungguh terasa menusuk sampai ke tulang, baju tipis tidak menjamin siapapun akan selamat dari serangan flu esok hari.

Fokus Raeun bukan taman diluar atau pun bayangannya yang nyaris tak mampu dilihatnya sendiri. Pandangan kosong lebih mendominasi matanya. Namun, tak selaras dengan pikirannya yang terus berkelana pada sesuatu yang bahkan Raeun pun tidak dapat mendeskripsikannya.

Terlalu banyak hal yang berkecamuk dalam benaknya sejak menikah sebulan yang lalu. Pernikahan yang tidak sepenuhnya ia inginkan dan tidak seharusnya terjadi. Jika menelisik lebih dalam lagi kedalam pikirannya, sebenarnya hanya satu pertanyaan dalam benak Raeun dulu maupun sekarang.

Mengapa harus dirinya?

Sekiranya itulah pertanyaan sederhana nya. Namun, berbeda dengan jawaban yang ia dapatkan seberapa banyak ia menanyakannya. Sama sekali tak bisa meyakinkan hatinya.

Mari melihat kebelakang dimana saat itu Raeun masih bebas melakukan segala hal sebelum ia terjebak dalam ikatan konyol yang tidak seharusnya ada dan memaksanya harus menggali rasa sakitnya sendiri. Raeun nyaris menertawakan dirinya sendiri, merasa bodoh dengan langkah yang diambilnya.

Dulu saat masih Sekolah Menengah Raeun bekerja sebagai pelayan disebuah cafe dipinggir kota. Pemiliknya adalah Ayah temannya. Cafe itu tidak terlalu besar tapi pelanggannya tidak pernah membiarkan kursi diseluruh penjuru cafe itu kosong barang semenit pun.

Sekiranya itu cukup untuk membiayai kehidupan sehari-harinya dan sedikit demi sedikit tabungan untuk masuk perguruan tinggi. Melanjutkan pendidikan yang sengaja ia tunda.

Hari-hari berat yang dilaluinya seorang diri seolah menguar begitu saja setiap Raeun memamerkan senyumnya dan menyapa para pelanggan yang datang ke cafe itu. Hidup sendiri tidaklah terlalu berat asal kita menikmati tanpa mengeluh sedikitpun pada sang pencipta.

Namun, sekarang Raeun mulai menyerah dengan kata-kata yang selalu ia tanamkan dalam hati dan hidupnya.

Menikmati hidup? Hidup macam apa yang harus ia nikmati sekarang. Raeun enggan menyalahkan Tuhan atas apa yang ia alami. Baginya ini semua kuasa Tuhan yang harus ia jalani meskipun kesakitan terus menghampiri. Raeun hanya harus berusaha mencari secercah kebahagiaan yang ia yakini masih tersisa untuknya walau kemungkinannya begitu kecil.

Cklek///

Gadis berperawakan mungil itu tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun mendengar pintu kamar yang terbuka. Hanya ekor matanya yang bergerak, tanpa harus melihatpun ia sudah tau siapa itu.

Pria bersurai hitam pekat itu bahkan tidak melirik sedikitpun pada wanita dengan status istrinya yang tengah berdiri membelakanginya. Tidak ada kegiatan seperti hal nya pasangan suami istri biasa lakukan.

Saat sang suami datang kerja dan mendapati sang istri tengah menunggunya. Lalu suami memeluk istrinya dari belakang memberi kehangatan dan kecupan selamat malam dikening.

Tidak sekalipun pria yang masih sibuk melepaskan jas kerja nya itu memiliki pikiran demikian. Baginya lebih baik memikirkan bagaimana mengurus setumpuk kertas yang baru saja ditinggalkannya di tempat kerja.

Let Go//MinYoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang