LA 21

16.3K 1K 125
                                    

Happy reading

#Author pov

Jam di pergelangan tangan Ri sudah menunjukkan pukul 20.48 malam. Tanpa di duga, hari ini pekerjaan Ri bertambah. Para kolega yang tergabung dalam project baru Ge menginginkan data dan konfirmasinya segera di selesaikan. Otomatis, Ri yang harus bertanggung jawab untuk semua itu. Tidak berbeda dengan Ge, ia juga harus membaca dan menandatangani surat kesepakatannya dengan para kolega baru yang terdaftar. Sebenarnya, pantat Ri masih terasa ngilu karena ulah Ge semalam. Namun, mau bagaimana lagi. Beruntung Ge membawa bantal duduk yang sempat di larang olehnya.

"Ck, dasar! " Ri terkekeh geli mengingat perhatian Ge padanya. Beberapa saat kemudian, pekerjaan Ri sudah selesai. Tinggal ia serahkan saja pada Ge untuk di lihat dan di tanda tangani. Dengan perlahan, Ri bangkit dari tempat duduknya kemudian berlalu masuk ke dalam ruangan Ge.

Tok         Tok          Tok

"Masuk! " terdengar suara tegas Ge dari balik pintu. Ri pun akhirnya masuk ke dalam.

Ceklekkk...

Hal pertama yang mata teduh Ri tangkap adalah wajah super lelah sang kekasih yang masih fokus pada kertas di tangannya. Tiba-tiba, seringai muncul di bibir penuh Ri. Ri mundur ke belakang sampai punggungnya bertabrakan dengan pintu kaca di belakangnya. Dengan sangat perlahan, Ri memutar kunci sampai terdengar suara 'klik' tanda pintu telah terkunci. Suara itu sangat lirih hingga tidak sampai membuat perhatian Ge teralihkan. Ri kemudian mendekat ke arah Ge lalu meletakkan tumpukan kertas di atas meja.

"Tn. Gerald, ini semua berkas yang harus di periksa dan tanda tangani" ucap Ri formal. "Eum.... Tingalkan saja Ri. Aku akan segera memeriksanya" ucap Ge tanpa menoleh ke arah Ri. Sesekali, tangannya memijat pelipisnya untuk sekedar menghilangkan rasa pening yang hinggap di pikirannya. Ri sangat tahu jika kekasihnya itu sedang dalam posisi fokus sekaligus lelah.

Tanpa sadar, seringai tipis menghiasi bibir penuh Ri. Ri mendekat ke arah Ge. Perlahan namun pasti. Ge masih tidak mengindahkan gerak-gerik Ri ini. Ge terlalu fokus pada konflik pikirannya sendiri. Dan, betapa terkejutnya Ge saat Ri dengan tiba-tiba langsung duduk di pangkuannya secara perlahan dan mencoba menyamankan posisi. Ge pun menyerah. Ia menyenderkan badan lelahnya di sandaran kursi kerjanya seraya melingkarkan tangannya memebelit tubuh Ri agar si empu tidak terjatuh. Ge pun tersenyum penuh arti sambil menatap Ri penuh minat.

Ri tersenyum. Ia kemudian menyandarkan kedua tangannya manja di dada bidang Ge. "Apa yang coba kau lakukan, sayang? Apa kau sedang menggodaku? " ucap Ge di sertai seringai tipis menghiasi bibirnya. Ri terkekeh geli. "Jangan terlalu berharap Ge, lubangku bahkan masih terasa sakit karena ulahmu tadi malam! " ucap Ri di akhiri nada sedikit mengejek. "Benarkah??? " tangan Ge dengan nakal meremas bongkahan pantat Ri yang berisi. "Ahhh... G-Ge....!!!! Masih sakit, kau tahu! " Ri memukul dada Ge pelan agar si empu berhenti melancarkan aksinya. Sedangkan Ge hanya mengulum senyumnya.

Mata keduanya saling bertatapan seperti sedang berbicara hati ke hati dan mencari jawaban dari pertanyaan yang mereka inginkan. Ri pun tersenyum lalu memijat pelan pelipis Ge untuk memberikan rasa nyaman. Ge yang mendapat perlakuan Ri pun sontak memejamkan matanya menikmati pijatan yang Ri berikan. "Ge.... " ucap Ri di tengah aksinya. "Hm" bukan jawaban, hanya deheman singkat yang Ge berikan pada Ri. "Apa... Ada yang ingin kau katakan padaku? " tanya Ri sambil tangannya masih terus memijat pelipis Ge. Ge diam. Ia membisu untuk beberapa saat. "Tidak ada, sayang! " jawab Ge masih dengan posisi sama.

"Ge... Apa yang kau bicarakan dengan Tn. Grey tadi??? Apa kalian bertengkar lagi??? Kenapa ekspresi Tn. Grey sangat tidak bersahabat saat keluar??? " tanya Ri beruntun. Ge masih enggan membuka matanya. "Tidak ada, Ri. Kami hanya sedikit berselisih tentang suatu hal sepele. Jangan memusingkan dirimu sendiri, hm! " ucap Ge sambil mengeratkan dekapannya pada pinggang Ri.

Love Affair [ManxMan] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang