Love Affair [ManxMan]

LA 51

Happy reading

#Author pov

Hari ini adalah hari minggu yang cerah. Jam sudah menunjukkan pukul 6 am. Matahari sudah naik dan menghangatkan siapapun yang menyapanya. Burung-burung berkicau ramah seakan mengingatkan jika hari ini adalah hari bahagia dan hari di mana merelaxkan tubuh setelah seminggu beraktivitas. Semua orang pasti merasa bahagia. Sangat bahagia karena hari minggu adalah saat yang sangat mereka nanti.

Namun,

Definisi indah hari minggu itu sepertinya langsung memantul dari tubuh Ge. Kenapa? Pasalnya tubuh pria tampan itu sedang terbaring kelelahan di atas ranjang dan matanya sudah membuka dengan sedikit lingkar hitam di bawahnya. Sungguh terlihat kacau dan mungkin ketampanan nya turun satu tingkat sekarang karena ekspresi yang tunjukkan sungguh memprihatinkan. Sedangkan, tepat di pelukannya ada seorang pria manis yang tengah tertidur pulas tanpa rasa bersalah sedikit pun pada Ge. Pasalnya pria ini yang sudah membuat keadaan Ge menjadi sedemikian rupa. Ge hanya bisa menghela nafas berat sambil mengusap surai rambut pria dalam pelukannya.

Ge tidak bisa mengeluh tentang keadaannya. Memangnya ia bisa mengeluh pada siapa? Pada belahan jiwanya yang saat ini tengah lelap dalam rengkuhannya? Tidak mungkin. Meski sebenarnya bilangnya adalah sosok itu. Ya, Ri lah yang sudah membuat beberapa hari ke belakang Ge mengenaskan. Sungguh kasihan sekali calon Daddy ini. Semua yang Ge rasakan ini adalah demi baby nya. Ri selalu mengatas namakan anak mereka untuk mencari perhatian Ge. Kalau sudah begini Ge tidak bisa berucap apapun. Kalau semua masalahnya berasal dari Ri ataupun calon baby mereka, Ge tidak akan bisa membela dirinya sendiri. Yang harus Ge lakukan hanya pasrah dan menghela nafasnya dalam-dalam untuk membangun kesabarannya.

Apa kalian penasaran dengan apa saja yang Ge alami selama beberapa hari—Ah, dua minggu ke belakang? Ya, sungguh mengenaskan jika harus di ceritakan. Tapi, sepertinya membuat baby Geri bersorak gembira di dalam sana.

Flashback on

#Author pov

Hari itu pagi hari tepat setelah semalam Geri merayakan pesta kecil merayakan kehamilan Ri di rumah Re.

Hoeeekk~     Hoekkk~

Terdengar lagi rintihan pilu di pagi hari di dalam apartemen Geri. Suara orang muntah yang sanggup membuat Ge langsung membuka mata tajamnya dan tanpa melihat lagi ke sampingnya ia langsung pergi ke kamar mandi. Ia sudah tahu betul suara siapa yang tertangkap indra pendengarannya. Tidak salah lagi, tentu saja suara itu berasal dari Ri—belahan jiwanya.

"Sayang, kau baik-baik saja?" ucap Ge sambil mengurut pundak Ri. "Euh, apa aku terlihat baik-baik saja? Huh, hoeekkk~ Hiks.... Kepalaku pusing.... Hiks.... Tapi rasanya mual sekali... Hiks.... " tiba-tiba saja Ri marah-marah sambil menangis. Ge di buat gelagapan karenanya. "Apa ini yang di namakan mood swing? Astaga, emosi Ri tidak bisa ditebak! " pikir Ge. "Ssssttt.... Tenanglah, Ri. Aku di sini, hm. Tuntaskan dulu... Jangan menangis" Ge pun hanya bisa terus mengurut pundak Ri pelan sambil menenangkan kekasihnya. Setelah beberapa saat, tubuh Ri limbung dan Ge segera menangkap tubuh Ri lalu membawa tubuh lemah Ri untuk berbaring kembali di atas ranjang. Ge lalu menyelimuti tubuh Ri dengan selimut dan mengecup singkat kening Ri.

Wajah Ri terlihat pucat dan keringat membasahi kedua pipinya. Ge tentu sangat khawatir di buatnya. Jam di dinding menunjukkan pukul 5.35 am. Ge seharusnya bersiap untuk pergi ke kantor karena sudah beberapa hari ini ia tidak ke kantor serta membuat pekerjaannya terbengkalai. Bahkan ia sekarang juga merasa bersalah pada bawahan paling di percayanya—Jack. Karena ia memberikan semua tugas sekretaris kepadanya yang sebenarnya tidak bekerja dalam bidang itu. "Apa aku cari sekretaris baru saja?" pikir Ge. Saat ini ia sudah duduk di tepi ranjang tepat di samping Ri berbaring. Kekasihnya itu masih memejamkan matanya dengan ekspresi tidak tenang seperti menahan sakit.