LA 30

13K 976 138
                                    

Happy reading

#Author pov

Ckitt...

Ge dan Ri kembali ke rumah sakit dengan beberapa bungkus makanan yang Ri beli di perjalanan.

Tringg~             Tring~

Terdengar suara dering ponsel Ge yang sontak membuat keduanya berhenti. Ge pun merogoh sakunya untuk menemukan benda persegi panjang itu. "Sayang, naiklah dulu. Aku akan mengangkat panggilan ini hm!" titah Ge yang kemudian mendapat anggukan ringan dari Ri.

Ting

Ri sudah masuk ke dalam lift menuju lantai atas di mana ruang rawat inap Re berada. Setelah memastikan Ri menghilang dari pandangannya, Ge kemudian mengangkat panggilan dari nomor asing yang tidak dia kenal.

Bipp

"Halo" ucap Ge mengawali perbincangan.

"Halo, Ge... Apa kau sibuk? Aku ingin bertemu sekarang... " ucap seseorang di seberang telfon dengan nada sensual.  Ge sudah mengenal suara ini. Suara orang yang ingin segera Ge beri pelajaran.

"Eum.... Kebetulan sekali. Nona Devano! Aku juga ingin menemuimu!" ucap Ge datar.

"Auh, benarkah Ge??? Apa kau merindukanku?" Ya, penelfon itu adalah Laura. Laura Devano.

"Kita bertemu di bar xxx 15 menit lagi!

Bipp

Ge langsung memutuskan panggilan secara sepihak lalu segera mengotak-atik kontaknya untuk mencari nama kekasihnya.

Tringg~

Bipp

"Halo, sayang"

"Ada apa, Ge? Kau lama sekali di bawah? Apa ada masalah?" tanya Ri khawatir.

"Semuanya baik-baik saja, sayang. Aku akan pergi mengurus sesuatu sebentar. Kau, segera makan malam bersama Re lalu tidur hm! Aku tidak akan lama!"

"Eum... Baiklah kalau begitu. Hati-hati di jalan, Ge!"

"Hm, aku mencintaimu!"

"Hm, sampai jumpa!"

Bipp

Ri memutuskan panggilan keduanya. Ge lalu memakai kembali jaket kulitnya, tak lupa juga memakai helm. Ge kemudian naik ke atas motor kesayangannya.

Brooommm

Setelah kembali memanaskan mesin, Ge kemudian melajukan motornya cepat menuju bar tempat pertemuannya dengan Laura.



#Gerald pov

Ckiittt...

Saat ini aku sudah berada di bar xxx. Tempatku bertemu dengan Laura. Di dalam pikiranku saat ini hanya ada rasa marah. Ya, rasa marah. Mungkin jika aku beradu tinju, aku akan sanggup menjatuhkan beberapa orang dengan mudah saat ini. Tapi tidak! Kemarahan ini harus ku tahan dulu karena marah sekarang tidak ada gunanya. Yang harus ku lakukan sekarang adalah mencoba mengontrol emosiku dan segera menyelesaikan masalah ini dengan cepat agar aku segera bermesraan bersama Ri.

Aku pun masuk ke dalam bar yang terlihat cukup ramai ini dengan kaca mata hitam menutup kedua pelupuk mataku. Karena jam di pergelangan tanganku sudah menunjukkan pukul 11pm maka tak heran tempat gelap dengan lampu gemerlap ini ramai sekali. Sesaat setelah aku masuk ke dalam, banyak pasang mata yang mengarah ke arahku penuh minat. Tatapan lapar para jalang yang sangat menjijikkan. Pakaian minim dan goyangan mengikuti irama musik menyambut kedatanganku di sini.

Love Affair [ManxMan] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang