BAB 1 - Yang Bernyawa Pasti Mati

107K 6.8K 142
                                    

BAB 1 - Yang Bernyawa Pasti Mati

“Sering-seringlah mengingat pemutus segala kenikmatan, yaitu KEMATIAN, karena tidaklah seseorang mengingatnya dalam kesempitan hidup melainkan akan melapangkannya dan tidaklah seseorang mengingatnya dalam keleluasaan hidup melainkan akan mempersempitnya.” (HR. Baihaqi, Ibnu Hibban dan Bazzar, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Jami’, hadist nomor 1222).

***

"Apa maksud Dokter? Kenapa tiba-tiba memundurkan jadwal operasi? Apa ada masalah dengan kondisi Kakak saya sekarang?" Gadis itu mengerjap. Seragam sekolahnya nampak berantakan dengan tetes-tetes keringat di dahi. Di bagian dadanya tertera nama Cyrra Vallenxy.

Seorang dokter berkacamata di depannya menatap Cyrra, sebelum membuka suara. "Tidak ada. Saya akan melihat perkembangan pasien sebelum berjalannya operasi beberapa hari lagi. Saya harap Adik bisa bersabar sampai hari itu tiba," ujarnya, diam-diam mengepalkan tangan di sisi tubuhnya.

Raihan Andhika Nugraha. Merupakan seorang dokter di rumah sakit besar di Kota Metropolitan, Nug JKT Hospital. Ia adalah dokter dengan wajah tampan, berkharisma, dan yang penting Raihan selalu ramah pada siapa saja. Hal itu terkadang di salah artikan oleh banyak wanita. Sampai saat ini Raihan masih lajang. Namun, tersiar kabar bahwa ia dekat dengan salah satu dokter dari Departemen yang sama, Departemen Ahli Bedah.

"Benar Kakak saya nggak apa-apa?" Gadis itu bertanya lagi. Jelas khawatir akan kondisi keluarganya. Raihan mengangguk, mengantongi tangan ke dalam saku Snelli.

"Maafkan saya," ujarnya pada gadis berseragam SMA itu. Sejak beberapa hari terakhir, banyak sekali kejadian-kejadian tidak terduga dalam hidupnya. Di antaranya gosip bahwa ia akan menikah. Belum lama dia menjadi buah bibir karena calon istrinya meninggalkan Raihan dan memilih pria lain.

Raihan akan segera pergi dari ruang rawat inap tersebut. Namun, suara gadis itu kembali terdengar. "Dokter!"

Ia mengalah, membalikkan badan hingga kembali berhadapan dengan Cyrra. "Kakak saya baik-baik aja kan, Dok? Saya takut banget, cuma Kak Sheila harapan saya satu-satunya."

Raihan mengangguk, ia mengerti bagaimana perasaan Cyrra saat ini. "Ya, tentu saja. Kakakmu pasti akan segera sembuh setelah dioperasi. Teruslah berdoa untuk kesembuhan kakakmu Sheila, ya."

Suaranya lembut, mampu meredakan kekhawatiran Cyrra walau sejenak. Ia pun mengangguk. "Pasti, Dok!"

Maaf. Maafkan saya. Batin Raihan pilu. Dia seolah memberi harapan pada sebuah kenyataan yang sudah tahu akan jadi seperti apa pada akhirnya.

***

"Dokter Raihan, Anda mau kopi?" tawar Dokter Mark, dia salah satu teman seperjuangan Raihan di kampus. Lalu magang bersama sampai akhirnya ditugaskan bersama-sama di rumah sakit ini. Pria bule itu baru saja keluar dari ruang operasi, ingin melepas dahaga dengan kopi hitam di coffe shop dekat rumah sakit.

Raihan diam saja. Siapapun yang melihat pasti tahu kalau dokter satu itu sedang banyak pikiran. Apalagi, belum ada setahun ia ditinggalkan oleh calon istrinya. Kini, jadi mantan calon istri. Mark tahu betul bagaimana perasaan Raihan.

"Raihan."

Tak ada jawaban. Raihan menatap layar komputer, namun entah dimana pikirannya. Tak jauh dari mereka berdua, ada Dokter Robi dan Dokter Julian. Sedang asyik mengobrol, tersentak kaget saat Mark menggebrak meja dengan suara keras. Barulah saat itu Raihan sadar dan langsung mengucap istighfar berulang kali.

"Gue sumpahin tuli beneran lo ya, Pak," umpat Mark, mendengus tak senang pada sikap Raihan akhir-akhir ini.

"Sorry," ringis Raihan. "Apaan?"

[NUG's 2✔] RAICY (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang