BAB 7 - Tatapan

67.2K 4.7K 99
                                    

BAB 7 - Tatapan

Tersenyumlah.
Karena selamanya perasaan tidak boleh dibiarkan bersedih.
Masih banyak kebahagiaan lainnya yang belum kamu dapatkan jika kamu masih saja terjebak di dalam kesedihan.
Warnai dunia dengan senyuman indahmu.


***

Melepas jas kebanggaannya, Raihan duduk di kursi ruangan. Menghembuskan napas berkali-kali sehabis menjalani proses operasi. Alhamdulillah, Allah mengizinkan Raihan untuk menyelamatkan nyawa seorangwanita beberapa menit yang lalu. Dokter bukanlah penyelamat manusia, melainkan sebuah perantara semata.

Tangannya menggapai sebotol air minum di atas meja lalu meneguknya hingga tandas. Jujur, Raihan merasa sangat lelah. Ia ingin beristirahat secepatnya. Bayangan kasur yang empuk di rumah membuatnya ingin cepat pulang.

"Raline sudah selesai belum, ya?" gumamnya, hendak menelepon Raline tapi kemudian ia urungkan. "Tunggu di bawah aja deh."

Raihan mengambil jas putihnya di kursi sebelum disampirkan di lengan kirinya, mengambil tas kerjanya sebelum keluar dari ruangan.

"Rai, udah mau balik?" tanya Dokter Mark Lee. Dia baru saja kembali dari coffe shop. Bersama Dokter Davina yang menguap kecil di belakangnya.

"Iya. Lo kapan?"

"Bentar lagi, mau ngisi perut dulu gue," jawabnya.

"Halo Dokter Raihan, selamat pulang. Hati-hati di jalan." Dokter Davina langsung masuk ke ruangan, Raihan menggelengkan kepala melihat sikap wanita itu.

"Oh ya Dokter Raline ada di bawah, katanya kalau ketemu Dokter Raihan suruh langsung kesana," ujar Davina agak teriak dari dalam ruangan.

"Thanks, Davina."

Raline rupanya memang sudah menunggu di bawah. "Kamu sudah selesai, Rai?"

Raihan menjawab, "sudah. Yuk langsung ke rumahku?"


"Wajah kamu pucat, Rai. Kamu sakit?" Raline bertanya dengan hati-hati.

"Cuma kelelahan. Tidak apa-apa, ayo pulang," ajaknya, Raihan benar-benar membutuhkan waktu tidur sekarang juga.

"Rai," panggil Raline, suaranya terdengar ragu, "nggak apa-apa aku sama kamu? Maksudku, nanti kamu ngantar aku pulang lagi. Kamu kelelahan gini. Aku nggak mau ngerepotin kamu."


"Gak apa-apa, Lin. Ayo."

"Tapi, Rai-"

"Nanti akan membaik setelah minum obat. Ayo, keburu maghrib di jalan." Raline pun menyerah. Ia memasuki mobil Raihan menuju kediaman Nugraha.

Di perjalanan, tidak ada pembahasan lain selain mengenai pekerjaan mereka hari ini. Raline juga mengerti bagaimana keadaan Raihan yang kelelehan setelah seharian bekerja.

"Rai, berhenti di Supermarket depan itu ya, aku mau beli sesuatu." Sesuai permintaan Raline, mobil Raihan berhenti di depan sebuah supermarket yang beberapa hari lalu Raihan datangi.

[NUG's 2✔] RAICY (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang