[Warning! Siapin hati untuk bacanya! 😫✨]
BAB 32 - Harapan dan Kenyataan
Jika saja harapanku terbatas karena kenyataan yang sulit untuk aku terima. Maafkan. Maafkan aku. Semuanya salahku. Aku yang membiarkan rasaku berlebihan tanpa mengukur waktu.
***
Lamunannya buyar kala sebuah lengan melilit perutnya, disusul kepala yang bersandar di bahunya dengan begitu nyaman. Ia menoleh, tersenyum tipis pada suaminya.
"Kamu senang malam ini, Sayang?"
Pertanyaan yang sejujurnya bisa ia jawab dengan tenang, dengan anggukan kepala karena ini salah satu mimpinya. Menikmati malam hari dengan disuguhkan indahnya pemandangan menara Eiffel di depan sana.
"Aku sangat bahagia dengan semua yang kumiliki saat ini. Bisa kembali lagi ke kota kelahiranku dengan seseorang yang spesial yaitu kamu," katanya dengan raut bahagia yang tidak bisa disembunyikan.
Rambut pirangnya bergoyang ke kanan dan kiri karena angin malam yang berhembus terbilang kencang. Namun, hawa dingin yang ada justru semakin menenangkan. "Mami bahagia karena punya menantu seperti kamu. Cantik, baik, sopan juga menghormati prianya."
Lengkungan di bibir merahnya seharusnya bisa membuat ia ikut melakukan hal serupa. Tapi, sayangnya ia hanya mampu terdiam. Selain memandangi menara yang berdiri tegak di hadapannya. Beberapa orang yang berlalu lalang tak mengindahkannya untuk beranjak.
"Kamu masih mau disini?" sodoran kopi hangat membuatnya mendongak. Iris mata biru itu yang dulu membuatnya mengambil keputusan untuk menikah. Seharusnya, dengan mengamati iris biru itu menatapnya penuh kelembutan, ia juga bisa membalas hal serupa.
Ia merasa sangat bersalah.
"Kenapa diam saja, Sayang?"
Usapan di kepalanya membuatnya menggeleng. "Aku masih mau disini, Jeremy," katanya, hembusan napas gusar tidak mampu ia sembunyikan.
Jeremy menatapnya penuh ketulusan. Mencium pipi kanannya sebagai bukti bagaimana ia menyayangi wanitanya. Jeremy memberikan senyum terbaiknya. "Okay, aku akan kembali ke hotel. Telfon aku jika kamu sudah selesai, Sayang."
Ia menatap punggung kokoh itu yang berlalu. Menatapnya sendu, juga rasa ragu.
"Kenapa aku harus kembali mengingatmu, Raihan?"
***
"Memangnya sedang apa disana, Mi?" Cyrra terdiam mendengarkan balasan suara di seberang sana. Ia sedang menelepon Amalia. Ia merindukan ibu mertuanya itu. Di sebelahnya, Raihan tersenyum melihat istrinya yang begitu antusias menunggu balasan suara.
"Lagi nonton tv, Ra. Habis makan malam bersama. Nunggu Azzam pulang."
"Memangnya Azzam kemana, Umi? Ini sudah malam. Azzam pergi?"
"Iya. Main di rumah Kafka katanya."
"Begitu ya."
"Cyrra, Umi tutup dulu ya. Selamat istirahat kalian. Abang, istrinya jangan dibiarin begadang lho!"
"Iya, Umi. Siap laksanakan!" ujar Raihan dengan semangat. Kemudian sambungan telepon tertutup begitu saja.
Raihan mengusap kepala istrinya sayang. Ia menuju dapur membuat susu untuk Cyrra sebelum tidur. Cyrra yang memang sudah selesai ketika Raihan kembali, lantas menepuk sofa di sebelahnya yang kosong. "Buat siapa, Mas?"
"Buat kamu. Nih, minum." Raihan menyodorkan segelas susu putih hangat padanya. Cyrra tersenyum dan mengucapkan kata terimakasih. Tidak seharusnya Raihan repot-repot membuatkannya susu seperti ini. Tapi, Raihan mengatakan tidak apa-apa dan pria itu sungguh tidak keberatan.
Layar plasma di hadapan mereka masih menyala. Raihan menonton tv dengan fokus. Melihat tayangan kuis malam yang disiarkan secara langsung oleh stasiun tv swasta.
"Mas."
"Iya, Sayang?"
"Mas Raihan ambil cuti berapa hari?" tanya Cyrra. Ia merebahkan kepalanya di bahu Raihan.
"Seminggu. Ada apa?" Sebenarnya aku bebas cuti untuk kamu, Ra.
"Kalau Mas Raihan kerja, aku sendirian di apartemen." Raihan paham maksud pembicaraan Cyrra mengarah kemana. Ia mengusap puncak kepala Cyrra dengan sayang. "Kenapa? Takut?"
Anggukan singkat Cyrra membuat Raihan tersenyum kecil. "Nanti aku suruh orang buat nemenin kamu di rumah ya."
"Siapa, Mas?"
"Saudara Bi Nah. Kebetulan banget lagi cari kerjaan, kan? Tapi, setiap selesai pekerjaan malam pulang."
"Gitu, ya?"
"Iya Bu Maya kan punya keluarga."
"Rumah Bu Maya nggak jauh dari apartemen. Bu Maya juga punya anak kecil seusia Icha. Nanti kamu bisa main sama dia kalau aku belum pulang."
"Beneran, Mas?!"
"Iya." Raihan menyuruhnya untuk menghabiskan susu yang masih tinggal setengah tadi. Cyrra menurut. Ia meminumnya pelan-pelan. Tapi, alangkah terkejutnya Cyrra ketika Raihan membanting gelas itu ke lantai dengan sangat keras. Membuat Cyrra terperanjat ketika melihat susu yang ia minum, berubah warna menjadi merah.
"Mas Raihan..."
"CYRRA!!!"
****
Kira-kira siapa yang sama Jeremy ya?😃🤔
Dan, Cyrra kenapa???!!!!!!!!!!!😫😫😫😫😭😭😭😭😭😭😭😭😭
Absen tim yuk!
Kamu tim siapa?#Raicylovers!!!
#2R always!!!Absen daerah kuyyy;)
Tangerang?!
Bandung?!
Bogor?!
Majalengka?!
Bekasi?!
Lampung?!
Palembang?!
Serang?!
Palu?!
Donggala?!
Lombok?!
Bali?!
Aceh?!
Papua?!
Lembang?!
Jonggol?!
Purworejo?!
Purwokerto?!
Purwakarta?!
Tegal?!
Padang?!
Manokwari?!
Daerah lain??!! 😍😍😍😍😍✨Absen umur yuk?! Usia kamu berapa?!
10 tahun??!
11?!
12?!
13?!
14?!
15?!
16?!
17?!
18?!
19?!!
20?!!🤔🤔🤔🤔SEE YOU SOON!
KAMU SEDANG MEMBACA
[NUG's 2✔] RAICY (Proses Revisi)
Духовные[Beberapa kali rank #1 in Spiritual Sequel novel 'Assalamualaikum Calon Abi'] *** "Tanpa alasan, kita dipertemukan oleh Tuhan. Menemukan garis takdir dipersatukan, namun pada akhirnya kita dipisahkan." Raihan Andhika Nugraha, adalah pria dewasa yan...