BAB 24 - Hijrahnya Makhluk Berdosa
Sejujurnya tidak ada kata terlambat untuk menjadi lebih baik.
Tak peduli seberapa banyak dosa yang kau lakukan, Allah akan menghargai niat baikmu.***
Sore itu Cyrra membantu Amalia untuk berkebun di halaman belakang rumah. Amalia memang menyukai jenis-jenis tanaman dan bunga. Namun, yang paling mencolok adalah jejeran pot-pot kaktus berbagai macam ukuran. Hari itu Amalia menambah koleksi tanaman kaktusnya karena kebetulan wanita berkepala empat itu sedang senggang. Amalia terlihat begitu antusias kala Cyrra menawarkan diri membantunya. Almira kebagian mengabadikan momen sore itu melalui kamera pribadinya. Sedangkan Icha malah asik bermain tanah tak jauh dari mereka.
"Tante, yang ini mau ditaruh dimana?" Cyrra bertanya, tangannya membawa sebuah pot yang ukurannya lebih besar. Ukuran kaktusnya pun lebih besar di bandingkan yang lain.
Amalia menoleh, menatap Cyrra tajam. "Cyrra, kan sudah Umi bilang panggil aja Umi. Biasain dong kan sebentar lagi kamu akan nikah sama Abang. Umi Raihan akan jadi Umi kamu juga."
Cyrra masih canggung disuruh memanggil Amalia dengan sebutan Umi. Namun, pelan-pelan dia berusaha agar terbiasa.
"Coba panggil Umi. U.M.I," jeda Amalia penuh penekanan. Alhasil, Cyrra memanggil Amalia dengan sebutan Umi. Amalia tersenyum, hendak mengusap rambut panjang Cyrra namun tangannya kotor penuh tanah.
"Taruh di sebelah sana ya, Nak. Hati-hati jatuh." Cyrra mengangguk, menaruh sesuai apa yang diperintahkan. Gadis itu bersenandung kecil.
Setelah selesai menambah koleksi tanaman kaktusnya, Amalia mengajak Cyrra untuk duduk di gazebo yang dibangun Anzar beberapa tahun lalu setelah mereka berpisah sekian lamanya. Mereka duduk sambil mengayun-ayunkan kaki. Menikmati hembusan angin sore yang terasa menyegarkan.
Sudah genap sebulan Raihan meninggalkan rumah. Sesekali dia akan datang menjenguk orang tuanya. Menanyakan kabar Cyrra, mengobrol mengenai sekolah Cyrra. Ujian Nasional pun sudah di depan mata. Setiap malam Cyrra akan belajar bersama Azzam di ruang tengah sampai larut malam. Azzam banyak membantunya meski sibuk di sela-sela latihannya.
Sang kepala keluarga sudah melarang Azzam memaksakan diri. Lebih baik Azzam fokus belajar saja. Namun, Azzam tegap kekeuh untuk ikut turnamen tersebut.
"Cyrra, kamu nggak rindu Raihan?" tanya Amalia sambil memejamkan mata sejenak. Almira dan Icha fokus bermain di sekitar keduanya. Berlari dan tertawa bersama. Suara tawa riang anak-anak pun sudah begitu akrab di telinga Cyrra. Ia sudah terbiasa dengan keluarga ini. Cyrra merasa ia masih bermimpi karena sebentar lagi dia akan menjadi bagian keluarga ini secara resmi.
Ditanya begitu, Cyrra tersipu. Seminggu ini Raihan belum datang. Mereka juga jarang sekali memberi kabar. Raihan hanya akan memperingati Cyrra untuk menjaga kesehatan, jangan terlalu lelah. Cyrra memaklumi kesibukan pria itu. Apalagi setelah memutuskan hidup sendiri, pasti Raihan belum terbiasa dan masih menyesuaikan diri di lingkungan barunya.
"Umi nggak ada pertanyaan lain? Cyrra malu ditanya seperti itu," ucapnya.
Amalia terkekeh.
"Akhir-akhir ini Raihan sibuk. Umi juga jarang ketemu di rumah sakit. Tapi, dia kelihatan sehat. Kamu nggak perlu mencemaskannya. Fokus saja untuk ujian."
Cyrra manggut-manggut, mengerti.
Sebenarnya, sedari tadi Cyrra sudah ingin bertanya mengenai sesuatu. Namun, ia urungkan karena entah mengapa.. hatinya belum siap.
KAMU SEDANG MEMBACA
[NUG's 2✔] RAICY (Proses Revisi)
Spiritual[Beberapa kali rank #1 in Spiritual Sequel novel 'Assalamualaikum Calon Abi'] *** "Tanpa alasan, kita dipertemukan oleh Tuhan. Menemukan garis takdir dipersatukan, namun pada akhirnya kita dipisahkan." Raihan Andhika Nugraha, adalah pria dewasa yan...