BAB 5 -Tentangnya Yang Pergi
Kenangan indah yang ku miliki.
Tentang perasaan murni yang ku beri.
Pada insan berhati mulia yang sudah kembali.
Ingatkah kau meninggalkan aku sendiri?***
Azzam memasuki rumah dengan wajah berseri-seri, laki-laki berambut pirang itu menyalami punggung tangan Anzar, Amalia dan Raihan. Azzam kemudian duduk di samping Raihan, senyumnya tak luntur sejak ia memasuki rumah.
"Azzam, kamu kenapa Sayang? Kok Umi lihat senyum-senyum terus." Azzam menoleh pada sang Ibu. "Eeh.. kelihatan banget ya, Umi?"
"Menurut kamu? Kenapa? Cerita dong sama Umi.. Abi sama Abang pasti juga mau tahu."
"Kalau Azzam nikah muda gimana?" sukses pertanyaan Azzam barusan membuat Anzar dan Raihan yang sedang meneguk minumannya tersedak. Amalia menatap Azzam cengo, apa yang barusan putranya katakan?
"Azzam..." panggilan Amalia membuat Azzam kembali menatap sang Ibu.
"Pernikahan itu sesuatu yang sakral. Jangan untuk main-main, Azzam."
"Azzam tahu, Umi. Kan Azzam cuma nanya. Ah, jangan di fikirkan, Umi. Azzam hanya bercanda. Mana mungkin Azzam nikah muda. Abi pasti tidak memperbolehkan." Azzam menatap sang Ayah yang masih memasang wajah datar.
Anzar menatap Azzam dengan serius. "Memang siapa perempuan yang membuat anak Abi ini memikirkan sampai menikah muda?"
Raihan berdeham. Memandang adik laki-lakinya yang kini menyugar rambut pirangnya ke belakang.
"Rahasia, dong."
"Itu hanya perasaan baper. Jangan di fikiran. Fokus sekolah. Belajar yang rajin, biar bisa jadi orang sukses." Anzar menepuk bahunya sekilas. Tersenyum kemudian, "Perjalanan masih panjang. Bahkan Abang belum menikah. Jangan melangkahi."
"Iya, Abi," jawab Azzam. "Iya, nih. Abang kapan nikah? Nggak lumutan apa? Udah 25 tahun lho, Bang. Mbak Raline pasti lelah nunggu Abang tuh." Azzam berucap meledek, Anzar menanggapinya dengan gelengan kepala.
"Raline itu cuma rekan kerja Abang, Zam. Sahabat."
"Banyak lho Bang, sahabat tapi ujung-ujungnya cinta. Widihhh, keren tuh Bang. Udah saling mengenal. Langsung nikah deh."
"Pernikahan nggak semudah itu, Sayang. Harus benar-benar memilih untuk memilih siapa yang pas di hati. Abang masih menimang-nimang." jawaban Raihan membuat Anzar dan Amalia saling menatap satu sama lain.
"Raihan, tapi apa yang Azzam bilang ada benarnya. Kamu dan Raline cocok menurut Abi. Kenapa tidak mau mencoba?" tanya Anzar.
"Raihan hanya menganggap Raline sahabat, Abi. Tidak lebih."
"Abi, atau jangan-jangan Abang belum bisa melupakan Mbak Nad-"
"Tidak, Zam. Abang sudah mengikhlaskannya." Entah mengapa setelah mengatakan itu, Azzam tidak berani mengeluarkan sepatah kata pun. Begitu pula dengan Anzar dan Amalia yang menatap Raihan prihatin.
"Raihan ke atas duluan ya, Abi, Umi. Zam, Abang duluan." Raihan tidak bisa menahan rasa sakit ketika sesosok itu kembali muncul dalam pikirannya. Bertahun-tahun sudah berlalu, tapi Raihan tidak bisa melupakan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[NUG's 2✔] RAICY (Proses Revisi)
Spiritual[Beberapa kali rank #1 in Spiritual Sequel novel 'Assalamualaikum Calon Abi'] *** "Tanpa alasan, kita dipertemukan oleh Tuhan. Menemukan garis takdir dipersatukan, namun pada akhirnya kita dipisahkan." Raihan Andhika Nugraha, adalah pria dewasa yan...