BAB 13 - Penawaran
Tentang hidup seseorang yang tidak berjalan mulus.
***
Hidup itu tak selalu manis. Akan ada kepahitan yang menghadang. Itu adalah sebagian ujian dari Allah untuk mengetahui sampai mana kemampuan kita dalam bersabar dan terus berusaha memperbaiki diri. Selalu ada rintangan yang harus kita lalui, ingatlah jika Allah tidak akan menguji hamba-Nya tanpa mengetahui kemampuannya.
Pintu ruangan terbuka, Cyrra buru-buru menyeka air matanya. Menghadap ke arah pintu, pupil matanya membesar ketika sadar akhir-akhir ini ia selalu bertemu dengan pria itu.
Siapa lagi kalau bukan Raihan. Raihan tersenyum, tapi itu justru membuat Cyrra menoleh ke arah lain. Cyrra tidak ingin melihat senyum itu. Sangat jelas jika sikap Cyrra tidak suka akan keberadaannya, tapi Raihan akan berusaha untuk berbicara baik-baik dengan Cyrra jika dirinya mendekati Cyrra bermaksud baik.
"Selamat pagi, Cyrra." Cyrra masih terdiam, tidak menoleh sedikitpun ke arah Raihan. Raihan tersenyum tipis melihat sikap keras kepala gadis di depannya ini.
"Saya ada waktu sebentar sebelum kamu pulang. Saya bisa nemenin kalau kamu mau jalan-jalan di taman. Kamu pasti bosan, 'kan?"
Barulah Cyrra menoleh, menatap Raihan dengan sorot mata tajamnya seperti biasa. Cyrra melihat Raihan masih menampilkan senyum tipisnya. Ah, Cyrra jadi berpikir apakah bibir pria itu tidak kering karena selalu tersenyum seperti itu?
Hei! Lagi pula untuk apa Cyrra memikirkan itu? Tanpa sadar Cyrra memejamkan mata. Mengenyahkan pikiran aneh yang saat ini memenuhi kepalanya.
Melihat tingkah aneh Cyrra, Raihan menyipitkan mata. "Cyrra, ada apa?"
Dan disitulah Cyrra sadar, sekian kalinya ia memperlihatkan kebodohannya di depan Raihan setelah pingsan tanpa tahu malu beberapa hari yang lalu. Cyrra menatap lurus ke depan. "Gue mau pulang sekarang."
Kerutan di dahi Raihan terlihat kala Cyrra mengatakan itu. "Apa?"
"Gue mau pulang. Lo budek, ya?" Cyrra berucap sarkas tanpa menoleh.
Raihan sama sekali tak pernah tersinggung mendengar kata-kata pedas yang keluar dari mulut Cyrra. Sejak pertama kali pun, Raihan tidak pernah sakit hati soal itu. Justru, ia merasa kasihan karena pasti ada sebab mengapa Cyrra berucap kasar kepadanya, kepada orang lain juga, mungkin?
"Saya dengar."
Kemudian Raihan duduk tanpa menunggu Cyrra mempersilahkan. Ia menatap Cyrra yang sudah duduk bersandar di kepala kasur rumah sakit sejak pertama kali ia datang kesini.
"Hari ini kamu bisa pulang kok, Cyrra. Tunggu sebentar lagi ya."
"Gue mau pulang sekarang. Lo ngerti nggak, sih?" Cyrra menoleh, sorot matanya yang tajam tidak sama sekali berubah menatap Raihan. "Gue udah muak disini."
"Kalau kamu bosan saya mau menemani kamu jalan-jalan di taman, kamu mau apa? Selama itu baik buat kamu, saya akan berusaha memberikannya." Mendengar itu Cyrra mencibir. "Lo siapa gue? Sampai-sampai lo mau ngasih apa yang gue mau? Pacar? Sorry ya, gue nggak sudi tuh, pacaran sama orang yang sudah buat kakak gue meninggal!" Suaranya meninggi, napasnya ikut memburu kala menyebut 'Kakak'.
Raihan yang mendengarnya menghela napas panjang.
"Saya bisa apa, Cyrra? Meskipun saya seorang Dokter, tapi kamu harus ingat kalau masih ada langit di atas langit. Sesungguhnya yang ada didunia adalah titipan. Dan Allah sudah mengambil Sheila karena memang itu sudah takdir yang harus kamu terima. Cobalah bersabar, Cyrra. Allah pasti akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik." Penjelasan Raihan cukup panjang, tapi sama sekali tidak membuat Cyrra luluh.
KAMU SEDANG MEMBACA
[NUG's 2✔] RAICY (Proses Revisi)
Spiritual[Beberapa kali rank #1 in Spiritual Sequel novel 'Assalamualaikum Calon Abi'] *** "Tanpa alasan, kita dipertemukan oleh Tuhan. Menemukan garis takdir dipersatukan, namun pada akhirnya kita dipisahkan." Raihan Andhika Nugraha, adalah pria dewasa yan...