BAB 12 - Gadis Es
Jika ada hati yang bisa memberiku jawaban, aku ingin tahu apa jawabannya? Ini hanya penasaran, atau memang aku sudah jatuh hati padanya?
***
Gadis dengan kepang dua yang terlihat begitu rapi menghembuskan napas pelan-pelan ketika menoleh ke arah samping. Tempat duduk yang sudah dua tiga hari ini kosong, tidak berpenghuni. Divya masih menulis beberapa catatan yang Bu Ida tulis di papan tulis sambil sesekali melirik-lirik ke arah teman-temannya yang lain. Divya meringis, hanya ia yang duduk sendirian saat ini.
Divya tidak tahu mengapa Cyrra, teman sebangkunya itu tidak masuk sudah dua hari ini. Cyrra tidak memberi kabar apapun meskipun hanya secarik kertas izin. Divya ingin menghubungi gadis itu, tapi apa daya, Divya menyesal tidak pernah meminta nomor ponselnya.
Di ruangan itu, tidak ada yang benar-benar dekat dengan Cyrra. Cyrra itu orang yang tertutup. Tidak ingin memberikan informasi mengenai dirinya maupun keluarganya seperti kebiasaan teman-temannya yang lain. Bahkan, tidak ada perempuan yang pernah duduk dengan Cyrra selain Divya.
Bel istirahat yang berdering cukup keras membuat aktivitas catat mencatat pelajaran matematika yang sedang membahas ulang bab logaritma selesai. Divya memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Merapikan sisa sampah bekas ia menghapus di atas meja sebelum beranjak pergi.
Divya ingin ke perpustakaan, ia akan menghabiskan waktu istirahatnya disana. Divya memang bukan orang yang terlalu terbuka, tapi ia lebih pandai bergaul daripada Cyrra yang selalu membatasi diri.
Ketika hendak keluar, seseorang memanggil namanya. Divya menoleh, tatapannya menyipit kala melihat anak laki-laki berpenampilan mencolok. Mungkin karena tubuhnya yang begitu tinggi. Atau warna rambutnya yang pirang?
"Sori, ganggu waktu lo sebentar. Divya, sampai sekarang nggak ada kabar dari Cyrra?" tanyanya.
Azzam Ardhaya Murah. Si juara kelas pararel. "Gue nggak tahu dia kemana. Dia nggak nitip surat apapun, tuh."
"Lo nggak hubungi dia? Lo teman sebangkunya, 'kan?"
"Itu masalahnya, gue nggak pernah minta nomor ponsel Cyrra."
Keduanya terdiam. Helaan napas terdengar keluar dari mulut keduanya. Azzam berusaha meredam sesuatu yang bergejolak dalam dirinya.
"Divya, lo mau ke rumah Cyrra?"
"Eh?"
Azzam ingin tahu bagaimana keadaan Cyrra. Mengapa gadis itu tidak sekolah selama tiga hari ini.
"B-boleh. Tapi gue nggak tahu rumahnya. Waktu ngelayat kemarin gue nggak ikut, Zam." Gadis berkepang itu menatap Azzam.
"Gue tahu, sih. Lo balik sama siapa? Biar sama gue aja sekalian gue anterin pulangnya."
"Dijemput Mama sih. Tapi nanti bisa bilang kalau mau ke rumah teman," sahut Divya.
"Ya udah, pulang gue tunggu di lapangan basket ya." Azzam berlalu meninggalkan Divya.
"Oke," jawab Divya kembalu melanjutkan tujuannya untuk ke perpustakaan.
***
Jam delapan pagi. Gadis yang memakai baju pasien sedang duduk bersandar pada ranjang rumah sakit. Melihat seorang suster masuk dengan membawakan semangkuk bubur dan segelas air putih. Di sampingnya ada beberapa buah-buahan yang sama sekali tidak membuat Cyrra berminat mencicipinya walau hanya satu potongan dadu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[NUG's 2✔] RAICY (Proses Revisi)
Spiritual[Beberapa kali rank #1 in Spiritual Sequel novel 'Assalamualaikum Calon Abi'] *** "Tanpa alasan, kita dipertemukan oleh Tuhan. Menemukan garis takdir dipersatukan, namun pada akhirnya kita dipisahkan." Raihan Andhika Nugraha, adalah pria dewasa yan...