BAB 16 - Bimbang

53.2K 3.5K 139
                                    

BAB 16 - Bimbang

Seorang wanita akan dihadapkan dengan dua pilihan.
Yakni menunggu sang pujaan hati, atau menerima orang lain yang lebih dulu datang untuk menikahinya.

***

"Apa yang Azzam nggak tahu disini, Abi? Apa-apaan ini, Bang?!" teriak Azzam keras saat itu menatap tajam Raihan untuk pertama kalinya. Juga menatap ayahnya tak percaya.

Amalia yang lebih tahu kondisi lantas membawa kedua putrinya kembali ke dalam kamarnya. Lalu kembali lagi untuk mendengar apa keputusan akhirnya.

Cyrra merasakan debaran itu dalam dadanya masih terasa bergetar karena ucapan Anzar tadi. Dan untuk menjawab, lidahnya terasa kelu. Tak mampu digerakkan. Apalagi, Raihan. Pria itu tidak membuka suaranya sejak tadi. Seakan tatapannya kosong sebelum Azzam bertanya demikian.

"Cyrra masih sekolah, Abi! Dan Abang, bukannya Mbak Raline yang selama ini dekat dengan Abang? Kenapa nggak menikah sama Mbak Raline saja?" Azzam terus menyelak. Bagaimanapun, dia tidak rela Cyrra dinikahi oleh abangnya sendiri. Dia mencintai perempuan itu meski saat ini hubungan keduanya sama sekali tidak berarti.

"Azzam, duduk. Tenanglah, mengertilah ucapan Abi." Anzar masih berusaha tenang. Jika dulu emosinya mudah tersulut. Namun setelah bersama Amalia, Anzar mampu mengontrol setiap emosinya. Apalagi  setelah ia memiliki anak. Rasanya, Anzar menemukan dirinya yang baru. Ia mengikuti jejak Amalia yang lembut terhadap putra-putri mereka.

"Nggak," tolak Azzam cepat. "Sebelum kalian menjelaskan ada apa yang terjadi disini." Tanpa di duga, Azzam langsung menyusul Amalia menaiki undakan tangga. Meninggalkan ketiga orang di belakang yang berbeda generasi itu semakin canggung.

"Sampai kapanpun Azzam nggak akan merestui hubungan Banh Raihan sama Cyrra," ucap Azzam terakhir kalinya.

Anzar berdeham. "Cyrra, pikirkan matang-matang ya," jedanya. "Sepertinya sudah malam, silakan beristirahat, Cyrra."

Dengan begitu, Cyrra cukup tahu diri untuk berlalu dari sana. Tapi, sampai detik ini ia belum bisa tidur. Cyrra jelas tidak akan bisa tidur jika pikirannya bercabang seperti ini.

Pertanyaan lain dalam benaknya muncul, seperti bagaimana perasaan Raihan terhadapnya yang sejujurnya? Karena menurut Cyrra, jika tak ada perasaan, pernikahan bukankah tidak akan berjalan dengan baik?

Jangan memikirkan perasaan orang lain! Perasaanmu saja tidak menentu saat ini, Cyrra! Teriak batinnya. Cyrra memandang langit gelap, bintang tak terlihat seolah mendukung suasana hatinya.

"Mama..." Tiba-tiba Cyrra ingin menangis lebih keras. "Dimanapun Mama berada, Mama pasti tahu saat ini Cyrra lagi butuh Mama. Bahkan, setiap detik Cyrra selalu kangen Mama.. kenapa Mama nggak pernah hadir di mimpi Cyrra? Cyrra rindu Mama..."

"Ma, apa tadi Cyrra di lamar sebagaimana seorang laki-laki melamar perempuannya?"Cyrra menatap langit malam dengan sendu.

"Kasih tahu Cyrra, Ma. Karena Cyrra benar-benar butuh sandaran seseorang."

Cyrra memaki dirinya yang seakan lemah. Iya, Cyrra bahkan yakin semenjak bertemu dengan Raihan, dirinya terlihat lemah oleh orang lain.

Dan Cyrra membencinya.

"Kak Shei..."

Dengan lirih, Cyrra kembali mendongak, melihat langit gelap tanpa adanya bulan yang menerangi. "Seandainya Kakak masih ada, mungkin Cyrra nggak akan begini. Kita masih sama-sama."

Tapi, percuma. Itu hanya andaian semu seorang Cyrra. Cyrra membenci keadaan seperti ini. Dan ia benci, jika kelemahannya dilihat oleh orang lain.

Andai rumah itu masih ada. Gue nggak akan terjebak di situasi membingungkan seperti ini, kan?

[NUG's 2✔] RAICY (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang