BAB 17 - Azzam dan Cinta Pertamanya

48K 3.4K 142
                                    

BAB 17 - Azzam dan Cinta Pertamanya

Rival cinta terberat adalah mereka yang begitu dekat denganmu. Perasaan dihianati begitu jelas terasa. Jika nantinya aku tidak bisa memilikimu, bersama asa akan aku bawa cintaku pergi dalam bayang semu.

***

Cyrra bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Untuk pertama kalinya setelah empat hari dia tidak masuk sekolah. Cyrra sudah mendapat SP pertama dari wali kelasnya yang disampaikan Azzam semalam. Cyrra mengambil tas ransel yang ada di atas nakas. Keluar dari kamar dan hendak berpamitan kepada Amalia. Siapapun, yang ia temui nanti.

Namun, langkah Cyrra mendadak berhenti ketika ia melihat Raihan yang juga berhenti di depan pintu kamar. Raihan terlihat terkejut, sama halnya dengan Cyrra. Setelah pembicaraan serius tadi malam, nyatanya mereka berdua belum bicara secara intens untuk menyelesaikan masalah ini.

Raihan tersenyum canggung, tapi Cyrra memilih diam. Seolah menunggu apa yang ingin Raihan katakan.

"Pagi, Cyrra." Sapaan yang harusnya menghangatkan sudut hati Cyrra, namun tak ada artinya sama sekali karena Cyrra memang tidak berminat membalasnya.

Suasana kembali hening. Cyrra lebih banyak menundukkan kepala sejak semalam.

"Soal semalam-"

"Jangan sekarang."

Cyrra mendongak. Melihat Raihan dengan kacamata minusnya juga sama memperhatikannya lekat-lekat. Cyrra memilin tali tas ranselnya, mengendalikan emosi dalam dirinya untuk tidak meledak sekarang juga. Cyrra juga bingung. Bingung dengan kondisi yang ada. Banyak hal yang harus ia pertimbangkan disini. Apalagi, ini untuk masa depannya juga. Untuk kelangsungan hidupnya.

Cyrra harusnya berterima kasih karena Raihan mau menikahinya. Dengan begitu Cyrra tak perlu kerja keras untuk membiayai sekolahnya. Sampai ia lulus sekolah, setidaknya akan ada yang menanggung semua itu.

"Tapi kita harus membicarakan ini, Cyrra." Raihan berdeham kaku, keberanian yang sudah ia pikirkan semalam mendadak melumer jika sudah berhadapan dengan gadis galak tersebut.

"Ya, gue tahu." Cyrra mengangguk membenarkan. Jika biasanya ia selalu marah-marah pada pria di depannya ini, maka sekarang nyalinya seolah menciut. Cyrra menghela napas panjang, "Tapi, nggak sekarang. Gue butuh waktu."

Iya, Cyrra hanya butuh waktu untuk memikirkan semua ini matang-matang. Cyrra tak boleh gegabah dalam mengambil keputusan, karena dikatakan sekali lagi, ini menyangkut masa depannya.

"Berapa lama?"

"Jujur, gue nggak tahu sampai kapan. Tapi, gue bakal usahain secepatnya."

Raihan mengangguk, mencoba mengerti akan keputusan Cyrra. Ia tidak ingin memaksa. Seperti yang Ayahnya semalam katakan, Cyrra yang keras kepala tidak boleh dipaksa. Karena jika begitu, bisa saja Cyrra menjauhinya kan?

"Oke." Raihan menjawab. "Kamu mau berangkat sekolah kan? Bareng saya ya?" tawar Raihan.

Cyrra sebenarnya tidak masalah jika ia berangkat bersama Raihan. Tapi, bukankah itu akan membuatnya semakin gelisah jika pria itu berada di dekatnya? Cyrra akan sulit menentukan pilihan dan tak punya waktu untuk berpikir dengan jernih.

[NUG's 2✔] RAICY (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang