21.Pundak Novel
.......
Cahaya terang yang masuk ke dalam retinanya benar-benar menusuk, gadis itu menyipitkan mata, "Aakkhh." denyutan kecil tiba-tiba menyerang kepalanya. Serasa sudah membaik, gadis itu mengerjapkan mata, berusaha menyesuaikan cahaya yang sangat terang di atap sana.
Bola matanya menelusuri setiap sudut ruangan itu, memicingkan mata, ini bukan kamarnya, tidak ada poster besar bergambar Baekhyun di dinding dekat sofa, tidak ada boneka Teddy Bear super besar di sudut ruangan, ini jelas bukan kamarnya, lalu? kamar siapa?
Pintu yang tiba-tiba terbuka membuat Naray melirik, "Novel?" Ucap Naray dengan nada lirih karena masih lemas tetapi tidak menghilangkan nada terkejutnya.
Naray lalu berusaha bangkit, tetapi dicegah oleh Novel, "Lo mau apa?" Kedua tangan Novel memegang kedua sisi bahu Naray, seperti tidak memperbolehkan Naray untuk bangkit.
"Duduk,"
"Tiduran aja lo masih lemes!"
Naray menggeleng, "Mau duduk,"
Novel menghela napas, lalu membantu Naray untuk duduk pada posisi senyaman mungkin. Novel berniat beranjak, tapi cekalan pada tangannya membuat Novel berhenti dan melirik lagi pada Naray.
"Vel?"
"Kenapa?"
"Duduk dulu, sini!" Kata Naray dengan menepuk sisi tempat tidur. Mengisyaratkan Novel supaya duduk. Novel menurut, lalu duduk, Naray otomatis menggeser duduknya berniat mengosongkan ruang untuk Novel duduk di tepi tempat tidur itu.
"Kenapa?" Tanya Novel lagi.
"Lo yang bawa gue ke sini?"
"Tukang angkot."
"Ish, serius!" Naray refleks memukul lengan Novel, dengan bibir ikut mengerucut.
"Ya gue lah. Gue nemuin lo pingsan dan gak mungkin gue tinggalin lo gitu aja!"
Gadis itu tersenyum simpul, "Makasih ya, ya udah gue mau pulang." Naray menyibakan selimut, tapi selimut itu kembali seperti semula, menutupi sebagian tubuh Naray karena Novel kembali menutup selimut itu seperti semula.
"Lo gak tau ini jam berapa? jam sepuluh. Asal lo tau, lo pingsan lama banget kaya orang baru tidur karena udah satu hari gak tidur. Dan gue gak ngebolehin lo pulang, gue juga ogah harus nganter lo pulang malem-malem begini, supir gue? udah pulang karena udah gak ada tugas. Ngerti? jadi mending sekarang lo mandi, turun buat makan dan kembali ke sini buat tidur!"
Naray mengerjapkan mata, berusaha mencerna apa yang barusan dikatakan Novel. Novel sedang kesal dan memarahinya? atau sedang mengomel tanda peduli?
"Malah bengong," Satu toyoran di kening kembali menyadarkan Naray.
"Ish hobi banget noyor gue."
"Hobi banget lo bengong. Buruan mandi terus turun gue tunggu di bawah" Setelah itu, Novel segera melesat keluar kamar. Berbicara dengan Naray memang tidak ada habisnya.
"NOVEL BAJU DAL--- Naray menggantungkan kalimatnya, serasa apa yang dikatakan akan terdengar kurang enak ---lem gue gimana?" Dan melanjutkannya tanpa berteriak .
Kruukk kruukk
"Cacing gue udah bunyi, bodo amat lah gak usah mandi." Naray mencari sandal rumahnya, tidak ada, ah ya, inikan bukan kamarnya, mana ada sandal dengan bulu lebat dan berwarna ping itu.
Dan Naray segera melesat keluar kamar tanpa alas kaki. Ketika sudah berada di bawah, Naray celingukan, mencoba mencari Novel dan letak dapur.
"Gue teriak aja kali ya? Niana sama Bunda denger gak ya?" Naray berpikir sambil menggigit kuku jarinya.
"NOVEL? LO DIMANA?"
"DUDUK AJA LO DI RUANG TIVI" Mendengar sahutan itu, Naray pun menurut, tepat setelah Naray duduk, Novel muncul dengan membawa nampan berisi dua piring nasi goreng dan segelas air putih serta segelas jus jeruk. Novel duduk di sebelah Naray, dan meletakan nampan itu di atas meja.
"Eh, eh jus jeruk gue." Novel bersuara sambil merebut kembali jus jeruknya yang hendak di minum oleh gadis di sampingnya ini.
"Gue gak di bikinin gitu?" Naray mencebik.
"Lo minum air putih, lo gak boleh minum es. Abis makan lo minum obat!" Lirik Novel tajam, dan meneliti penampilan Naray dari atas sampai bawah.
"Lo gak mandi ya?" Tanya Novel curiga.
Naray lalu nyengir dan menggeleng "Udah ah gue laper." Naray berusaha supaya mengalihkan tatapan Novel. Tapi hingga detik berikutnya Novel masih setia menatapnya, gawat sekali jika Naray salah tingkah.
"Apa lo? gue tau gue cantik." Setelah mengatakan itu, barulah Novel berbalik pandang dan terkekeh.
"Lo udah mandi aja gak cantik, apalagi belum mandi. Ngaca!" Kata Novel cuek dan segera memakan makanannya. Yang di balas cubitan kasar di lengan Novel.
"Udah buruan makan!" Titah Novel dengan mendelik pada Naray.
Hening beberapa saat, mereka sibuk memakan makanan mereka masing-masing. Hingga beberapa menit kemudian Naray telah menyelesaikan acara makannya lebih dulu dibanding Novel. Dan segera minum hingga air itu habis setengahnya.
Suara sendawa membuat Novel melirik lagi pada gadis di sampingnya, sesaat setelah Novel meletakan gelas sesudah ia minum. "Jorok banget lo, sendawa tuh di tutupin!"
"Bodo amat!" Lirik Naray sekilas.
Novel yang kesal pun menyentil gemas kening gadis itu, membuat suara mengaduh kesakitan terdengar, "Sakit Novel, hobi lo nyakitin gue ternyata." Katanya seraya mengusap keningnya.
Novel tidak lagi membalas, fokusnya kini berada pada layar televisi 29 inch itu.
"Vel?" Naray mencoba mencari topik pembicaraan.
"Hmm,"
"Gue tidur di mana?"
"Di teras."
Naray melebarkan mata "Seriusan ih?" Katanya dengan nada kesal.
"Ya di kamar."
"Kamar siapa?"
"Kamar mayat."
"Tau ah. Gue gak mau nanya lagi." Novel lalu melirik, terlihat Naray bersidekap dan mencebikan bibir.
"Gue gak nyuruh lo nanya."
Novel mendengar decakan dari gadis di sampingnya ini, lalu sesuatu mengejutkan Novel ketika ada kepala yang di senderkan di pundaknya.
"Pundak gue emang Sandarable. Sampe Lo gak bisa nahan buat gak nyender, kan?" Novel berujar dengan nada tengilnya.
Naray kesal, diangkatnya lagi kepala itu. Niatnya membuat Novel kesal, tapi malah cowok ini jadi narsis. Naray sungguh enek.
Naray menatap Novel dengan horor, merasa di tatap se-intens itu, Novel melirik, lalu tersenyum tipis. Naray mengerutkan kening dalam, biasanya Novel akan marah-marah sepanjang sejarah peradaban jika Naray berbuat aneh-aneh, tetapi reaksi kali ini sungguh berbeda dari biasanya.
Melihat raut wajah bingung bercampur kesal dari Naray, Novel kembali tersenyum, lalu menepuk pundaknya dua kali dan berkata "Yakin nih? mau nyia-nyian pundak gue yang lagi free?"
Naray tercengang, ucapan Novel belum sepenuhnya ia cerna di dalam otak lemotnya itu, belum sampai Naray tahu apa yang di maksud Novel, dirinya kembali tercengang ketika tangan kekar itu menuntun kepalanya untuk di senderan di pundak Novel.
"Lama Lo, gue sumbangin pundak gue khusus buat Lo."
Novel, Lo sialan. Bikin jantung gue mau lari dari tempatnya. Naray merasakan itu, debaran yang tidak biasa jika bersama Novel.
Berbeda dengan Novel, Novel malah tersenyum tipis, kala jantungnya berdetak lebih cepat. Tapi, Novel menikmati, menikmati debaran yang sedang mengalun indah di dalam sana.
📖📖📖
Cie cie, senyum-senyum! Jadi ngiri eike tuh.
Eh, eh jangan lupa vomment😍
![](https://img.wattpad.com/cover/147908127-288-k481675.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NOVEL (Completed)
Novela Juvenil'Yang terlihat kuat, meski memendam pahitnya kehidupan dan rapuh dalam segala hal. Dan yang menabur cinta, serta meleburkan luka yang menganga.' ▪️▪️▪️▪️ Pertemuan keduanya bisa dikatakan sangat buruk. Hanya sebuah satu cup eskrim begitu menimbulkan...