Terbongkar

3.1K 209 7
                                    

25.Terbongkar

.......




 Flashback on

Novel tiba di pelataran parkir tepat pukul 19.00, Novel tetap memarkirkan mobilnya dengan sangat mulus walaupun hanya dengan satu tangan, karna tangan satunya ia gunakan untuk memegang ponsel.

Novel turun, sesaat sebelumnya ia berkaca pada kaca mobil hanya untuk menyisir jambulnya. Tangannya masih sibuk mengotak-atik ponsel, serta pandangannya yang juga ikut-ikut menatap layar ponsel, entah siapa yang Novel hubungi.

"Syukur-syukur ya lo gue undang, syukur-syukur gue ngebolehin lo dateng." Seketika pergerakan kaki Novel yang sedang berjalan itu berhenti, serta jari-jari yang tadinya sibuk menari di atas keyboard pun ikut berhenti.

"Gue gak urusan sama ulang tahun lo. Gue cuma mau liat Papa malem ini. Kalo engga, sekalipun lo undang, gue gak bakal dateng." Tunggu, Novel kenal suara itu. Juga suara yang pertama ia dengar. Matanya pun bergerak untuk mencari dimana sumber suara, dan pupil matanya tak bisa jika tidak membulat.

Benar dan tepat. Suara Claudia dan Naray, terlihat mereka sedang berbincang panas, terlihat bagaimana raut wajah yang mereka pancarkan, dan Novel tentu saja mendengar, posisi dimana mereka bertiga hanya dibatasi dengan satu mobil.

Novel segera menyembunyikan badannya di balik mobil, menajamkan pendengaran. Ah, Novel tentu tahu ini tidak sopan, menguping pembicaraan orang lain yang siapa tahu adalah privasi. Tapi, mengingat siapa yang sedang bergelut itu adalah Claudia dan Naray, Novel tidak bisa melewati mereka begitu saja.

"Papa lo gak bakal ngakuin lo di sini. Selama tiga tahun lo masih gak nyadar kalo lo udah gak dianggep ada sama papa lo? Iyalah, mana mungkin papa gak benci sama orang yang udah ngebunuh orang yang dicintainya"

Perkataan demi perkataan masuk ke telinga Novel, pembicaraan mereka sungguh berat, membuat Novel mengerutkan kening dalam.

"Gue bukan pembu--"

"Alah udahlah!" Novel melirik ke arah mereka, mengamati pergerakan keduanya lewat sela sela kaca mobil yang menjadi benteng persembunyiannya. Novel menatap lebih serius ketika Claudia kembali berbalik.

"Oh ya, satu lagi. Ada anak Harvard di sini. Lo tau Haris? Haris dan temen-temennya. Mereka temen gue, kalo lo kenal mereka, jangan sapa mereka! Kalo kalian saling kenal, dan mereka nyapa lo, lo harus bilang lo temen gue. Inget, Te-Men gue! Bukan A-Dik gue!"

Novel mengalihkan pandang. Tidak ada kata yang pas untuk menggambarkan raut wajah Novel sekarang selain kata terkejut. Melirik lagi pada mereka, dan terlihat Claudia yang sudah berjalan menjauh meninggalkan Naray.

"Apa tadi? Adik? Naray adik Claudia? Gue gak salah denger kan? Cewek di rumah Claudia waktu itu? Naray? Bukan anak pembantu? Jadi selama ini, Claudia boong sama gue? Tapi, apa yang ngebuat Claudia nyembunyiin statusnya sebagai kakak Naray?" Berbagai pertanyaan tentu berkecamuk di dalam pikiran Novel.

"Mah, Bukan Ai kan yang bunuh Mama? Mama tau kan Ai sayang banget sama Mama. Ai gak ngelakuin itu Mah."Gumaman yang agak keras itu masih bisa didengar oleh Novel.

"Apa lagi? Naray kenapa? Claudia kenapa? Ada apa sih sebenernya?" Sungguh, pertanyaan yang tak kunjung ada jawaban membuat kepala Novel pening.

Novel melihat Naray sekali lagi, Naray masih di sana, lalu Novel beranjak dari balik mobil, tetapi langkahnya terpaksa berhenti ketika terlihat Naray juga ikut pergi dan memasuki rumah. Novel berdecak pelan, untuk mengejar Naray saja Novel masih sangat ragu.

Flashback off

📖📖📖

Claudia menghempaskan tangan Naray kasar, saking tidak berperasaannya Naray hampir saja goyah jika tidak menyeimbangkan tubuhnya dengan sangat baik. Claudia membawa Naray masuk ke dalam rumah.

"Lo ngomong apa sama Novel?" Tanya Claudia to the point dan dengan nada ketus.

"Gue gak ada ngomong apa-apa sama Novel." Jelas Naray berusaha santai.

Terdengar decakan kecil dari Claudia, tanpa aba-aba Claudia yang sudah geram itu mencengkram pergelangan tangan Naray kuat "Lo pikir gue percaya? Hah? LO NGOMONG APA SAMA NOVEL?"

"Lepas Clau! Sakit." Claudia sungguh mencengkram tanpa perasaan. "Gue beneran gak ada ngomong apa-apa sama Novel." Jelas Naray sekali lagi, dan memang itu yang sebenarnya terjadi.

"Gue baru tau, kalo ternyata Lo kenal Novel. Dan Lo pasti kenal temen-temennya kan? Gue yakin, Lo kenal udah lama sama mereka. Dan aksi Lo kali ini buat cari perhatian Novel dan temen-temennya. Secara, Lo itu kurang perhatian, kurang kasih sayang, dan bener-bener terlihat menyedihkan. Udah kebaca. Perlu Lo tau, Novel pacar gue. Oh gue tau, Lo berniat ngerebut Novel dari gue? Iya? Selain menyedihkan, Lo bener-bener rendah."

Naray muak dengan apa yang Claudia katakan, selalu begitu. Claudia tidak pernah berpikir dua kali jika berbicara dan menyimpulkan sesuatu. Naray berusaha kembali untuk melepas cengkraman itu, berusaha sekuat tenaga dan berhasil. Cengkraman itu berhasil terlepas dengan Claudia yang terhuyung ke belakang dan jatuh akibat Naray yang terlalu kuat saat melepaskan. Bersamaan dengan teriakan memekakan yang tiba-tiba terdengar.

"NARAY, APA-APAAN KAMU?" Suara khas Surya yang menggema sangat menyakitkan ketika Naray dengar.
Naray melirik pada Papanya, dan tidak hanya Papanya di sana. Ada Merisca yang langsung menghampiri Claudia, Novel yang menatap kearahnya dengan datar, Haris, Milo, dan Leo.

"Kamu apa-apaan? Hah? Kamu selalu bikin masalah, kamu bikin pestanya kacau. Dan sekarang? Bisa-bisanya kamu nyakitin Claudia!" Kata Surya ketus dan menusuk. Naray berkedip sekali, membiarkan air matanya turun di depan Surya.

"Ai bisa jelasin, Pah. Claudia yang--"

"Sekarang apa? Setelah kamu nyakitin kakak kamu, kamu mau nyalahin kakak kamu? Iya?" Setelah Surya memotong ucapan Naray, Surya berlalu pergi menyusul Merisca dan Claudia yang sudah terlebih dahulu naik ke atas.

Aku anak Papa Pah, Aku anak kandung Papa. Tapi kenapa selalu Claudia yang Papa lihat? Selalu Claudia yang Papa peduliin? Bahkan Claudia  sama sekali bukan darah daging Papa. Apa udah gak ada setitik rasa peduli Papa buat Aku, Pah? Batinnya menjerit, mengutarakan rasa sakit yang tidak ada tandingannya.

Naray berbalik, dan berjalan pergi dari sana dengan air mata yang sudah sejak tadi membasahi wajahnya. Mengabaikan panggilan Milo dan Leo, mengabaikan pertanyaan khawatir dari Haris, dan mengabaikan tatapan datar yang terus saja Novel berikan.

📖📖📖

Next? Komen yang banyak yaa!
Salam,
Dinaray💙

NOVEL (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang