31.Tak Sama Lagi
.......
Hari masih pagi, tapi di luar langit sudah menggelap, awan bergerak menyatu menjadi gumpalan, siapa yang menengadah ke atas, melihat angkasa pasti tahu, bahwa langit sedang mengumpulkan air untuk di tumpahkan.
Keadaan kelas 11 IPS 1 juga sudah mulai ramai. Siswa-siswi satu persatu memasuki kelas, membuat kelas itu menjadi penuh oleh penghuninya. Pun ketiganya sudah berada di dalam ruangan itu sejak beberapa menit lalu, tapi ada satu cowok yang belum nongol.
Haris mengecek arlojinya dengan gusar, benar-benar kentara sedang menunggu sesuatu "Novel mana, sih?" Gerutunya sambil matanya mengecek ke luar kelas. Belum ada tanda-tanda Novel akan datang.
"Iya sih, tiga menit lagi bel masuk padahal," Milo juga ikut menyahut.
"Gak masuk mungkin," jawab Leo enteng.
Haris menggeplak kepala Leo dengan spontan, tentu saja "Buku PR gue di Novel, kutu!!"
Leo menatap tajam Haris yang tadi menggeplaknya dengan seenak wudel, "Urusan Lo ya, babi!!!"
Haris tidak lagi menjawab, hatinya gelisah 1000%, khawatir kalau Novel benar-benar tidak masuk. Sudah di pinjamkan buku PR, malah tidak nongol saat dirinya sedang membutuhkan buku PR tersebut. Novel memang tidak tahu diri, taunya tahu tempe!
Di tempat lain, cowok yang ditunggu-tunggu itu sedang menatap cermin dengan pandangan nyalang. Bayangan laki-laki berkemeja biru itu bagaikan ada di depannya, di dalam cermin.
Setibanya Novel di sekolah, ia sangat enggan untuk menapaki kelasnya. Dirinya berjalan menuju toilet cowok hanya untuk membasuh mukanya yang sangat keru itu. Tak bisa di pungkiri, Novel memikirkan nasibnya yang sungguh buruk itu semalaman.
Membuat Novel susah tidur, di bawah mata pun menghitam sempurna. Novel memang tidak menangis satu tetes pun, tapi berbeda jauh dengan hatinya yang menjerit histeris serta menangis sejadi-jadinya.
Novel rasa Novel tidak lebay karena memikirkan hal ini satu malam penuh. Untuk cowok yang mencintai seorang cewek dengan tulus, ditinggalkan begitu saja benar-benar pedih rasanya.
Membayangkan ketika Novel berusaha menjaga hati untuk dia, tetapi dia menyerahkan hati dengan suka rela kepada yang lain. Ketika Novel berusaha tidak menyakiti dia, dia malah dengan kurang ajar menyakiti Novel dengan senang hati. Benar-benar membuat Novel dilanda amarah luar biasa.
Novel mengatami sekitar, tidak ada siapa-siapa di dalam toilet, hanya dirinya. Novel pun kembali menatap wajahnya yang masih basah karena sehabis dicuci. Rahangnya mengeras tiba-tiba, giginya bergelatuk menahan amarah yang mencuat. Novel tidak bisa berpikir jernih kala hatinya sedang gundah gulana.
"BANGSAT,!!" Teriaknya, dengan satu pukulan keras yang mendarat di cermin. Detik berikutnya, kaca mulai retak, retakan itu menjalar ke bagian yang lain, dan pecah. Darah segar ikut keluar di sela-sela jari tangan kanan Novel. Novel mengatami tangannya, ada percikan kaca yang menusuk, tangannya berdarah, dan Novel merasakan sakit.
Sama, sama persis dengan hatinya yang telah dikhianati. Seperti ada percikan kaca yang menusuk, membuat hatinya merasakan apa itu lara. Seperti ada darah yang berdesir, membuat Novel merasakan sesak karena desiran itu, dan yang menyimpulkan dari semuanya adalah sakit. Novel merasakan sakit luar biasa di hatinya.
Mengabaikan tangannya yang di banjiri darah, Novel melangkah keluar toilet. Tetapi dirinya terlonjak kaget karena suara pekikan seseorang.
"Astaga," gadis itu memekik. Sepertinya juga kaget karena Novel yang tiba-tiba nongol dari dalam toilet. Novel mengatami gadis di depannya, gadis itu masih memakai ransel berbandul tulang besar. Mungkin gadis itu terbirit karena mengejar waktu yang sudah memasuki jam KBM.

KAMU SEDANG MEMBACA
NOVEL (Completed)
Novela Juvenil'Yang terlihat kuat, meski memendam pahitnya kehidupan dan rapuh dalam segala hal. Dan yang menabur cinta, serta meleburkan luka yang menganga.' ▪️▪️▪️▪️ Pertemuan keduanya bisa dikatakan sangat buruk. Hanya sebuah satu cup eskrim begitu menimbulkan...