39.Conversation II
.......
"Kenapa lo ngelindungin gue waktu itu, Ray?"
Detik itu, tebakan Naray telah terjawab. Ia menebak bahwa Novel memang akan menanyakan hal yang menurutnya akan susah ia jawab itu. Di mana dirinya berusaha keras untuk bangkit hanya untuk melindungi sosok di hadapannya ini.
Bukan tanpa alasan Naray melakukan itu, tentu sosok Novel telah menjadi sosok yang mampu membuatnya berdebar dan merasakan apa itu rasa yang berbeda. Mebayangkan rasa itu dan mengingat bahwa Novel juga menyukainya membuat perutnya terasa tergelitik. Naray mulai membuka suara setelah menenangkan segala sesuatu yang sejak tadi sudah bergejolak.
"Vel, tujuan lo datang ke tempat itu buat bawa gue dari sana kan?"
Novel mengangguk, "Cuma itu tujuan gue."
"Seandainya lo terluka, seandainya lo yang jadi korban sayatan pisau mama Merisca, apa bisa lo bawa gue dari sana? Will not be able to. Memang kemungkinan gue terus ada di sana pun sedikit karena polisi juga udah nyergap mereka. Tapi Vel, gue mau mewujudkan harapan lo yang mau selamatin gue jadi berhasil, bukan cuma harapan lo, harapan gue pun sama, gue mau lo yang bawa gue dari sana."
Novel diam sejenak dan mengalihkan pandang ke arah luar jendela kaca kafe itu, lalu kembali menatap Naray. "Ray, gak perlu kaya gitu. Lo tau? Apa yang terjadi sama lo kemarin bahkan lebih bikin gue sakit."
"Lo belum luka Vel, sedangkan gue punya banyak luka, jadi biar gue yang terluka karena emang gue udah luka. Dan luka kemarin gak ada apa-apanya sama luka-luka yang udah lebih dulu ada."
"Jadi itu yang bikin lo terjun buat nyelamatin gue?" Novel menatap gadis di hadapannya ini tidak habis pikir, bagaimana bisa gadis itu mengorbankan segalanya demi dirinya yang bahkan tidak pernah berkorban untuk Naray. Dan segala syukur Novel utaran ketika dokter mengatakan Naray masih bisa selamat, bagaimana kalau tidak? Tentu Novel akan merasa menjadi manusia yang tak layak hidup.
"Novel Xavier, semua udah terjadi, kejadian itu udah selesai. Gue? Gue udah baik-baik aja. Gue di hadapan lo sekarang, dengan keadaan yang-sangat-baik-baik-aja." Sepertinya memang seperti itu, karena keadaan sudah berbalik menjadi keadaan yang sangat baik untuk Naray.
Hadirnya kembali sosok papa adalah anugrah paling luar biasa bagi Naray, dulu Naray pikir hidupnya hanya akan berkubang pada sebuah kesalahan-kesalahan yang tidak Naray perbuat, berporos pada sebuah kegelapan yang tidak ada setitik cela untuk mengintip secuil cahaya, bahkan kembalinya sang papa adalah angan abu-abu yang bisa Naray nanti dan sematkan dalam do'a. Tetapi sepertinya kenyataan telah menampar Naray dan membuat gadis itu sadar bahwa yang tumbang pasti akan tumbuh, dan yang tumbuh akan bertumbuh menjadi lebih baik. Juga kehadiran Novel, yang dulunya Naray impikan saja rasanya tidak mungkin.
"Plis, jangan gitu lagi. Bahkan keselamatan lo lebih penting dari pada mewujudkan harapan gue saat itu Ray."
"Terus gimana sama keselamatan lo? Keselamatan lo juga penting." Novel dibuat diam saat itu juga, pikirannya mulai memahami bahwa yang dikatakan gadis itu memang benar. Tidak ada keselamatan yang tidak penting bagi setiap orang yang bernyawa, keselamatannya maupun keselamatan gadis itu.
"Lo jangan egois, lo gak boleh menuntut sesuatu di atas kehendak lo. Begitu pun saat itu, lo gak harus nyelamatin gue dengan lo yang nantinya berakhir tumbang. Sekali lagi gue tegasin, gue udah putus asa waktu itu, gue udah rapuh saat itu, jadi seandainya nasib gue berbalik dengan yang sekarang, gue menerima itu Vel. Jadi sekarang, lo masih mau tetep bahas topik ini? Sedangkan kejadian itu udah lewat dan gue udah baik-baik aja Vel." Penjelasan panjang lebar dari Naray membuat Novel membuka sedikit jalan pikirannya, dan Novel hanya mengangguk menyetujui bahwa topik ini selesai dibahas.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOVEL (Completed)
Roman pour Adolescents'Yang terlihat kuat, meski memendam pahitnya kehidupan dan rapuh dalam segala hal. Dan yang menabur cinta, serta meleburkan luka yang menganga.' ▪️▪️▪️▪️ Pertemuan keduanya bisa dikatakan sangat buruk. Hanya sebuah satu cup eskrim begitu menimbulkan...