34.Goresan Luka
.......
Mereka berhasil memasuki rumah itu, dengan keadaan yang kosong melompong di dalam rumah. Tidak ada perabotan apapun, tidak ada pajangan yang tertempel di dinding, dan lebih banyak dinding yang sudah mengelupas dari pada di bagian depan tadi. Rumah ini bertingkat, namun menurun. Jadi jika kita melihat rumah ini sekilas dari depan, rumah ini tidak bertingkat.
Dengan hati-hati mereka menuruni undakan tangga. Sepi, tidak ada tanda-tanda keberadaan orang-orang itu. Langkah mereka terus berjalan dengan kewaspadaan yang tinggi.
Sampai pada akhirnya mereka dikejutkan oleh Haris yang tiba-tiba berhenti.
"Sssttt," Haris mengisyaratkan mereka untuk diam dan bersembunyi di balik tembok.Terlihat dua orang berjalan dari arah berlawanan, ternyata mereka semua ada di sana, dan sepertinya rumah ini cukup besar. "Rumah siapa sih? Udah gede, serem lagi." Naomi bergidik melihat sekitar.
"Diem deh Lo, ketahuan tau rasa!" Kata Amanda ketus.
Mereka kembali berjalan setelah dua orang itu berlalu, tapi lagi-lagi mereka dikejutkan oleh sesuatu. "Stop-stop!" Novel mengisyaratkan untuk berhenti, dan mereka berhenti tepat di sebuah pintu bercat coklat tua. Dan semuanya kompak saling lirik, kala mereka semua mendengar suara dari dalam sana.
Novel menempelkan telinganya pada pintu, terdengar suara yang cukup keras, dan didominasi oleh pria-pria yang Novel yakin adalah yang tadi mereka lihat. Novel juga jelas mendengar suara nyaring khas perempuan.
"Suara Tante Merisca," Gumam Novel.
"WOY, SIAPA KALIAN?" Keempatnya sontak menoleh pada sumber suara, ada dua orang yang sebelumnya mereka temui.
"Sial, mereka balik." Umpat Novel.
"Lo berdua lari sana! Buruan!" Haris memerintahkan Naomi dan Amanda agar pergi dari sana, karena terlihat dua orang itu sudah berlari ke arah mereka.
"Buruan!!" Katanya lagi.
Naomi dan Amanda mengangguk, "Kalian hati-hati ya!"
Setelah kepergian keduanya, mereka dihadapkan oleh dua orang bertubuh besar. Tentu tidak sebanding dengan Novel maupun Haris. Tapi hal itu tidak membuat nyali mereka menciut.
"Siapa kalian? Berani-beraninya kesini!" BUGH, Satu pukulan mentah diterima Novel dan Haris dari salah satu kacung itu. Mereka yang tidak siap tentu tersungkur, tapi sebelum kacung-kacung itu kembali memberikan tonjokan, Novel sudah memukul tepat di pipi bagian kanan orang itu.
Orang itu tersungkur dan meringis, menatap nyalang Novel dan Haris, dan detik berikutnya mereka berkelahi, saling memberi pukulan dan sebisa mungkin saling bertahan.
Sampai pada detik-detik selanjutnya pintu ruangan itu terbuka dengan kasar, mereka yang sedang bergelut kompak melirik, keluarlah semua manusia yang sejak tadi berdiam di dalam ruangan itu. Manusia-manusia yang sama jenis dengan dua kacung itu keluar dengan tatapan bingung, Novel menelan ludah kala mengetahui jumlah mereka yang banyak. Sudah kalah badan, kalah jumlah pula.
Tapi matanya kian memanas, ketika pandangannya mengintip masuk ke dalam ruangan itu, ia menemukan seseorang yang sedang terduduk lemah di atas kursi kayu, pandangannya sayu, menatap kosong-kosong ke bawah. Rambutnya yang diikat sebagian sudah lepas, bajunya pun lusuh, benar-benar berantakan.
I find you, Ray. Tapi gue gak nyangka bakal nemuin Lo dengan keadaan semenyakitkan itu.
Dan lagi, Novel dan Haris tentu saja terkejut. Mereka melihat Merisca dan Claudia keluar dari dalam sana. Merisca menatap Novel tajam. Novel mengusap sudut bibirnya yang sudah berdarah, dan sama-sama ikut menatap Merisca tajam.

KAMU SEDANG MEMBACA
NOVEL (Completed)
أدب المراهقين'Yang terlihat kuat, meski memendam pahitnya kehidupan dan rapuh dalam segala hal. Dan yang menabur cinta, serta meleburkan luka yang menganga.' ▪️▪️▪️▪️ Pertemuan keduanya bisa dikatakan sangat buruk. Hanya sebuah satu cup eskrim begitu menimbulkan...