17.Postingan
.......
Pagi menuju siang, pukul 11.15 tertera di arloji yang melilit di pergelangan tangan kiri Novel ketika Novel mengeceknya dengan gusar. Mereka kini sudah dalam perjalanan menuju mal. Mal lagi, mal lagi. Novel sebenarnya sudah menolak, tetapi Claudia sangat kekeuh untuk pergi ke tempat itu, dan lagi-lagi hanya shopping, makan, dan mencari novel.
Novel mendengus kasar, ya sudah lah, berdebat dengan Claudia juga percuma, lebih baik dia mengalah saja.
Mobil Range Rover hitam itu memasuki parkir, sekiranya sudah terparkir sempurna, sang pengemudi pun keluar. Dengan Claudia yang mengikuti dan gerak cepat untuk memeluk lengan kekar Novel possessive.
"Udah siang kan? makan dulu ya, Vel?"
"Iya."
"Kok, iya doang?" Claudia menatap Novel dengan alis berkerut.
"Terus? kamu mau aku jawab nggak?" Liriknya ke Claudia.
"Ya engga."
"Ya udah."
"Ish nyebelin!" Claudia yang gemas, tidak bisa jika tidak memukul dada bidang Novel.
Mood Novel untuk banyak bicara dan menggoda Claudia sedang tidak ada. Rasanya Novel sangat jenuh, memasuki tempat yang besar tetapi tetap penuh dan sesak karena saking banyaknya orang.
Mereka terus berjalan, dengan Claudia yang setia memeluk lengan Novel, dan Novel yang terus diam. Enggan melihat Claudia apalagi berbicara, mata Novel jelas sibuk kesana-kesini mencoba mencari objek menarik dan enak dipandang.
Tepat ketika manik mata hazel itu memandang lurus ke samping kanan, di sebuah restoran chinese food, Novel melihat dua orang yang tentu saja Novel kenal, Naray dan....
Temennya Haris? si kapten basket? Attar? Katanya dalam hati.
Ya Novel tidak salah, itu Attar. Kapten basket yang dikenalkan oleh Haris. Toh mata Novel masih berfungsi sangat baik. Novel mengerutkan kening
Attar? jadi mereka saling kenal? apa...? mereka kencan? Novel masih menerka-nerka bersama dengan siluet mereka yang menghilang tertutup dinding ketika Novel berbelok ke arah kiri.
"Clau, kenapa gak ke restoran cina aja tadi?"
"Gak mau, mau ke KFC. Udah kamu gak usah nolak!"
Menghela napas frustasi. Sabar, kata yang tepat untuk menyemangati Novel kali ini.
📖📖📖
"Vel, bengong aja lo. Sini nyebur, a'a Leo temenin."
"Homo lo, najis!" Milo otomatis menendang Leo. Tetapi, tendangannya sangat salah sasaran, posisi mereka yang sedang di dalam air, membuat Milo tidak bisa melihat kemana arah kaki Milo ketika menendang Leo.
"Aaagghh aw-aw alig, aduuuuhhh." Langsung saja, rintihan kesatikan keluar dari mulut Leo.
"Gila si Milo, sakit banget anu nya gue. Lo yang homo sok ngatain gue." Cerocos Leo pada Milo yang masih menampilkan raut wajah kesakitan.
Milo yang baru menyadari telapak kakinya mendarat pada titik yang salah langsung bergidik ngeri. "Asal lo tau gue juga jiji. Gara-gara lo telapak kaki gue ternodai. Sana jauh-jauh."
"Hahahahahaha, lo berdua yang homo gak usah sok ngatain satu sama lain." Tawa Haris membuat keduanya melirik tajam ke arah Haris, lalu keduanya saling melirik penuh arti.
Menyadari gerak-gerik keduanya, "Mau apa lo berdua? hah?" Ucap Haris seraya mundur, karena kedua cowok di hadapannya ini sedang berjalan maju dengan muka-muka menyeramkan seperti ingin menerkam.
Haris mundur, mundur lagi, dan mentok pada dinding kolam renang. Sial, Leo dan Milo semakin dekat. Ketika sudah dekat, Haris refleks balik badan dan naik berniat kabur dari mereka. Tetapi ada dua tangan yang mencekal kolornya dan menariknya, hingga kolor itu tidak lagi menutupi bagian yang seharusnya ditutupi. Melihat apa yang tengah terjadi pada dirinya, Haris melebarkan mata dan....
Byuurr
Tidak ada cara lain selain masuk ke dalam air lagi. "Hahahaha, semvak lo kuning ada gambar spiderman lagi. Hahahaha, badan lo aja oke. Dalemnya? Hahaha." Tawa Milo pecah saat itu juga.
"Hahahahaha, gue beliin warna ping deh ntar." Kata Leo yang tidak bisa menahan tawanya. Dia sudah memegangi perut sedari tadi, apalagi ekspresi Haris sangat mendukung untuk ditertawakan.
"Emang yang homo tuh lo berdua, dan sempak gue gak ada gambar-gambar yang lo bilang tadi ya. Sialan!" Balas Haris yang sudah kesal, setelah memakai lagi kolornya dengan sangat benar. Haris beranjak dari kolam renang, sungguh malas melihat wajah bahagia Milo dan Leo.
"Tapi bayangan gue ada spiderman di sempak lo tuh, Ris" Balas Milo dengan sisa tawa.
"Bodo amat homo, bodo amat!"
Novel yang hanya duduk manis di tepi kolam renang dan menyaksikan apa yang telah terjadi, dan terkekeh kecil melihat tingkah absurd sahabat-sahabatnya.
Mereka memang tidak jelas dan memiliki otak hanya setengah, apalagi Milo dan Leo. Tetapi mereka lah yang senantiasa memberi warna bagi hidup Novel, mengisi daftar orang-orang yang disebut sahabat, dan menjadi tempat pemberi saran terbaik setelah Bundanya.
"Vel, diem-diem bae lo dari tadi. Mati kebosanan lo ntar." Lagi, Leo mengintrupsi Novel untuk bergabung bersama mereka. Karena sejak tadi mereka hanya melihat Novel duduk dengan aerphonenya, bermain ponsel, dan ngemil. Terus-terusan seperti itu, sangat membosankan.
"Ogah! Renang bareng dua homo."
"Mampus lo, dikatain dua homo." Sepertinya Haris masih kesal dengan mereka.
"Sewot ae lo Ris." Milo menimpali.
"Jam berapa, Vel?" Tanya Milo.
"Setengah lima."
"Eh buset dah sore ternyata," Milo lalu beranjak dari kolam renang, diikuti Leo di belakangnya. Dan mereka duduk bergabung dengan Novel dan Haris.
"Ponsel gue, Ris" Leo berkata pada Haris, lebih tepatnya menyuruh Haris untuk mengambilkan ponsel yang tergeletak di meja.
Haris hanya melirik tanpa minat, tidak berniat mengambilkan. "Ya elah mas bro masih sensi aja. Minta lontong, eh tolong. Gue jauh nih tangan gue kagak sampe." Ucap Leo kesal.
Haris mengambilkan, dan melemparkannya begitu saja. Untung Leo menangkap dengan sangat baik. Kalau tidak, ponselnya bisa jatuh menghantam lantai yang keras atau bisa jadi wajahnya yang akan terhantam.
Sepuluh menit, hening, mereka sibuk pada kegiatan masing-masing. Tetapi tiba-tiba..
"Hah? Naray nih? sama Attar nih?" Ucapan tiba-tiba dari Leo membuat ketiganya menoleh dengan alis berkerut.
"Apaan?" Novel langsung merebut ponsel Leo. Terlihatlah foto Naray, dan bukan itu yang membuat Leo memekik kaget. Melainkan siapa yang mengepost foto itu, yaitu Attar.
"Gue nemu di photo search tuh." Jelas Leo yang melihat wajah teman-temannya seperti ingin bertanya.
"Pacaran ya mereka?" Tanya Milo polos. Milo bertanya seolah-olah tidak ada yang memberi respon lebih pada postingan itu. Milo tidak tahu saja, bahwa hati Novel yang memberi respon lebih.
Entahlah, Novel merasakan ada yang mengganjal di sebagian hatinya. Merasa napasnya terenggut membuat sedikiy sesak ia rasakan.
Entahlah, entahlah, entahlah.... Oh my God, What is wrong with me? Batinnya mengerang frustasi.
📖📖📖
Yeee, akhirnya bisa update.
Kasih respon untuk chapter kali ini ya:*
Tunggu di next chapter, bay-bay 😝

KAMU SEDANG MEMBACA
NOVEL (Completed)
Fiksi Remaja'Yang terlihat kuat, meski memendam pahitnya kehidupan dan rapuh dalam segala hal. Dan yang menabur cinta, serta meleburkan luka yang menganga.' ▪️▪️▪️▪️ Pertemuan keduanya bisa dikatakan sangat buruk. Hanya sebuah satu cup eskrim begitu menimbulkan...