11.Luka dan Novel
.......
Cowok berjambul blond itu sedang duduk manis di dalam kelas. Ruang kelas terlihat hening, hanya celotehan guru sejarah yang sedang menjelaskan masa-masa tertindasnya bangsa Indonesia atas kependudukan Jepang. Dasar kurang kerjaan, Indonesia kan sudah merdeka. Apa pada dasarnya orang Indonesia suka sekali mengingat masa lalu?
Tapi cowok itu sama sekali tidak berniat membuka pendengaran untuk sekedar menyimak. Matanya memang fokus memandang ke depan, tapi pikirannya tidak ada di tempat.
Babu gue kemana? minta dihukum kali tuh anak. Bolak-balik pikirannya hanya pada Naray yang tidak nongol pagi ini dan Claudia yang sepertinya menyembunyikan sesuatu.
Novel bangkit. "Mau kemana lo?" Suara Milo membuat Novel melirik. Hanya melirik, tidak menjawab.
"Yeee si anjir ditanya juga." Milo mendumel.
Novel menghampiri guru sejarah yang sepertinya masih asik membahas masa lalu itu. Pamit izin untuk ke toilet yang langsung mendapat anggukan.
Novel berjalan ke arah belakang sekolah, bukan, itu bukan arah toilet, melainkan taman belakang. Novel sungguh penat, dia perlu menghirup udara segar secepatnya.
📖📖📖
"Lutut gue lagi sakit, disuruh nyapu nih halaman. Mana gak selese-selese lagi." Gadis itu mendumel sambil menangis. Rasanya sudah tidak tahan jika tidak menangis, karena itu salah satu luapan amarah yang ampuh untuk seorang Naray.
Naray jatuh terduduk, membuang daun-daun yang sebenarnya sudah susah payah gadis itu kumpulkan. Sungguh seperti anak kecil yang sedang mengamuk.
Lalu menekuk lututnya, memandangi luka itu, dan seketika tangisnya pecah. Naray langsung menutupi wajahnya dengan tangan. Meluapkan segala kelelahannya tadi pagi.
"Lo kenapa?" Suara seseorang.
Naray melepas tangan yang menutupi wajahnya. Terlihat seorang cowok berjongkok di hadapannya dengan alis terangkat.
Naray mendengus, kenapa ada orang yang datang ke sini? Naray pikir di sini sepi. Ya memang sepi, tapi Naray pikir tidak akan ada siswa atau siswi yang akan berkeliaran di jam pelajaran seperti ini. Ternyata dugaannya salah.
📖📖📖
Sampailah mereka di UKS. Dengan paksaan dari Novel untuk Naray pastinya. Awalnya Naray menolak, dia akan mengobati sendiri setelah selesai membersihkan halaman itu. Tapi Novel memaksa, Naray hanya tidak ingin merepotkan siapa saja, dan tiba-tiba saja Novel menggendong Naray tanpa permisi. Naray tentu saja berontak, takut-takut kalau ada siswa lain yang melihat, memotret mereka, di viralkan di media sosial dengan caption 'Gadis buluk yang genit mencoba merayu sang most wanted kita supaya bisa digendong' NO! Itu tidak boleh terjadi.
Novel mendudukan Naray di tepi ranjang uks, Naray meringis, tentu saja perih, walau lututnya hanya mendapat pergerakan sedikit.
"Obatin lukanya!" Titah Novel kepada seorang penjaga UKS yang kini menundukan kepala takut-takut atau malu-malu? Entahlah.
"Buruan!" Kata Novel lagi.
Gadis yang diyakini adalah adik kelas, buru-buru mengambil kotak P3K. Dia masih terus menunduk, gadis itu mulai membersihkan luka Naray menggunakan kapas.
Novel memperhatikan "Kenapa lo gemeter? minggir lo! Gak becus." Novel melihat adik kelasnya itu membersihkan dengan sangat lelet dan gemetar, setidaknya pelan-pelan saja jangan lelet. Novel menggeser posisi gadis itu untuk mengobati Naray.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOVEL (Completed)
Teen Fiction'Yang terlihat kuat, meski memendam pahitnya kehidupan dan rapuh dalam segala hal. Dan yang menabur cinta, serta meleburkan luka yang menganga.' ▪️▪️▪️▪️ Pertemuan keduanya bisa dikatakan sangat buruk. Hanya sebuah satu cup eskrim begitu menimbulkan...