24.Birthday Party
.......
Alunan musik yang mengalun itu tiba-tiba berhenti, digantikan dengan suara deheman seseorang melalui mic di atas panggung kecil di sudut taman.
Seorang gadis dengan balutan gaun hitamnya itu sudah berdiri anggun di atas panggung, sudah siap untuk membuka acara pesta malam hari ini.
"Selamat malam semuanya." Sapaan pembuka dari Claudia tidak membuat seluruh tamu hanya melirik, mereka sudah menaruh perhatian 99.9% pada Claudia.
"MALAM...." Dan mereka menjawab dengan kompak.
"Buat temen-temen minta perhatiannya karena acara udah mau mulai." Seketika para tamu undangan merapat ke tempat dimana Claudia berdiri.
"Gue mau ngucapin makasih buat kalian semua yang udah berkenan hadir di acara ulang tahun gue yang ke tujuh belas ini."
"Dan tentunya makasih buat Papa dan Mama." Claudia melirik pada kedua orang tuanya, mengisyaratkan mereka untuk naik ke atas panggung.
Surya mengambil alih mic dan berbicara "Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya Surya selaku ayah Claudia, mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada para tamu. Langsung saja untuk acara malam hari ini, sebaiknya kita berdoa untuk kelancaran acara dan saya sendiri meminta doa dari adik-adik sekalian untuk Claudia di tujuh belas tahunnya. Menurut keyakinannya masing-masing, berdoa dimulai."
Seketika hening, mereka semua menunduk dan memanjatkan doa. Begitu pula gadis dengan dress putihnya. Naray menunduk dalam, hatinya sudah tidak karuan ketika Surya berjalan menaiki panggung, ingin rasanya Naray berlari dan menghamburkan pelukannya pada Surya. Tapi Naray harus menahan keinginannya, jika tidak ingin Surya semakin membencinya karena tindakan bodohnya itu.
Naray menunduk semakin dalam, tidak untuk berdoa, gadis itu sama sekali tidak fokus pada sekitarnya. Yang Naray lakukan hanya mencoba menahan tangis. Ternyata, di malam yang sungguh berbahagia ini, ada satu orang yang tidak sama sekali merasakan kebahagiaan yang sedari tadi mereka sebut-sebut itu.
Hingga saat berdoa selesai, Naray berusaha menyesuaikan keadaan, keadaan di mana Naray harus berpura-pura merasakan kebahagiaan itu.
"Oke, Claudia sekarang saatnya kamu tiup lilin." Kini Merisca yang berbicara, lalu dengan cekatan Merisca menyalakan lilin dengan angka 17 di atas kue tart black forest bertingkat itu."
"Make a wish dulu dong!" Kata Merisca lagi yang langsung diangguki Claudia. Claudia memejamkan mata, dan menautkan kedua tangannya di depan dada. Memanjatkan doa di dalam hatinya, dan dengan satu tarikan napas, lilin itu sudah mati dengan suara tepuk tangan yang menyambut.
"Potong kuenya, potong kuenya!"
"Potong kuenya terus kasih ke gue ya cantik."
"Gue juga mau dong."
"Buat gue aja Clau!"Hingga terdengar suara yang sahut-menyahut "Oke-oke tenang ya. Kalian semua bakal kebagian kok." Claudia mengambil pisau yang sudah siap di atas meja, memotong kue pertamanya yang jelas akan Claudia berikan untuk Merisca.
"Potongan pertama, untuk Mama tersayang."
"Makasih sayang, happy birthday, still be a obedient child. Okey?" Merisca memberi pelukan singkat dan mengecup sekilas pipi Claudia.
"Potongan kedua Clau bakal kasih untuk Papa." Kata Claudia dan menyerahkan kuenya.
Surya pun sejenak memeluk anak tirinya itu, "Selamat ulang tahun ya Claudia."
"Iya Papa, makasih."
"Dan, potongan terakhir, bakal gue kasih ke--"
"Pasti gue lah."
"Enak aja, buat gue aja Clau!"
"Gue aja lah."
Sahutan gaduh dari para tamu pun terdengar lagi, sepertinya mereka hobi menggoda.Mata Claudia menyapu ke seluruh sudut taman belakang, hingga matanya menemukan seorang cowok yang sedang berdiri santai dengan teman-temannya di samping kolam renang.
"Potongan terakhir, gue bakal kasih ke cowok gue. Buat cowok yang lagi berdiri paling belakang boleh dong kesini, Novel. Gue bakal kasih ini ke Novel."
Deg
Ada hati yang sesak seketika, pandangannya mengarah pada Claudia dan cowok yang di maksud Claudia. Novel, iya Novel. Dan Naray yakin, pendengarannya tidak bermasalah sama sekali. Naray mendengar jelas ketika Claudia menyebutkan bahwa Novel adalah pacarnya.
Sesempit inikah dunia? Kenapa harus Claudia? Kenapa? Gue yang menyukai pacar dari kakak gue sendiri. Lo bego Naray, kenapa lo biarin hati lo suka sama Novel.
Dan pernyataan bahwa Novel pacar Claudia semakin nyata kala Novel melangkahkan kaki mendekati Claudia di atas panggung. Naray terus mengamati mereka, yang justru membuat hati Naray semakin sesak.
"Buat gue?" Terlihat Novel menerima kue itu. Dan Claudia yang mengangguk antusias.
"CIE SUAPIN DONG BEBEBNYA!" Teriakan dari salah satu orang di belakang sana, teriakan Leo membuat semua orang juga ikut menyoraki mereka untuk sekedar saling menyuapi.
Tangan Novel mulai menyendokan sedikit potongan kue itu, mulai terangkat, tetapi tiba-tiba tangan itu berhenti di udara. "Tapi kayanya kurang tepat kalo buat gue". Dan itulah yang diucapkan Novel.
Tapi sepertinya gadis di hadapan Novel tidak paham sama sekali, terlihat dari kerutan di dahinya serta pertanyaan "Maksud kamu?" Yang keluar dari mulut Claudia.
Novel menaruh lagi garpu kecil berisi potongan kue itu. Dan langkah kaki Novel yang menuruni panggung membuat semua perhatian tertuju pada Novel. Novel berjalan di tengah-tengah para tamu, dan para tamu pun membelah dengan sendirinya, seperti memberi akses Novel untuk berjalan.
Tapi tidak dengan Naray, Naray sungguh sudah tidak sanggup untuk berada di tempat penuh kepalsuan ini. Naray sudah cukup sakit melihat Surya yang tidak pernah menatapnya lagi, dan sekarang? Bahkan hanya untuk mencintai seseorang, Naray rasa ia sudah sangat salah.
Naray berbalik, bermaksud ingin meninggalkan tempat itu dan pulang saja, tapi niatnya terhalang ketika sebuah tangan mencekal pergelangannya. Naray berhenti dengan terpaksa, dan berbalik, apa yang di lihatnya sungguh tidak bisa Naray percayai.
"Buat lo," Kata orang itu, menyerahkan kue pemberian Claudia untuk Naray.
"Ini lebih tepat buat lo." Novel berbicara lagi, tetapi malah membuat Naray diam seribu bahasa.
"Kamu apa-apaan sih Vel?" Claudia datang dengan tergesa-gesa.
"Kue dari lo, gue kasih ke Naray."
"Iya tapi maksudnya apa? Dia siapa dan kamu siapa? Aku kasih ini buat kamu. Bukan buat dia."
"Kue pertama lo, lo kasih ke Mama lo, kue kedua, lo kasih ke Papa lo, dan kue ketiga lo harusnya kasih ke adik lo. Bukan lo kasih ke gue."
Serasa waktu berhenti, dan semua berporos pada mereka bertiga. Dan Claudia tidak bodoh untuk tidak mengerti ucapan Novel. Detik berikutnya, Claudia menyeret Naray pergi dari sana.
📖📖📖
Assalamualaikum readers 😘
Terimakasih ya yang sudah baca sampai sejauh ini😘
Hayo tebak Novel sampe chapter berapa? Hehe😁
Oh iya, ini tu latarnya di rumah Claudia. Kan Clau sama Mama Merisca punya rumah sendiri tuh. Gitu ya yang bingung😂Oke deh segini dulu, jangan lupa vote dan komen.
Next?

KAMU SEDANG MEMBACA
NOVEL (Completed)
Roman pour Adolescents'Yang terlihat kuat, meski memendam pahitnya kehidupan dan rapuh dalam segala hal. Dan yang menabur cinta, serta meleburkan luka yang menganga.' ▪️▪️▪️▪️ Pertemuan keduanya bisa dikatakan sangat buruk. Hanya sebuah satu cup eskrim begitu menimbulkan...