Ceritanya Nganterin Pulang

3.2K 200 5
                                    

28.Ceritanya Nganterin Pulang

.......




Riuh sekali. Itu menggambarkan bagaimana kelas Novel saat ini. Penghuninya sangat ribut berebut PR ekonomi. Teriakan demi teriakan menggema tak beraturan, membuat siapa yang mendengarnya akan pengang seketika.

Aduh, belum lagi teriakan seksi kebersihan yang hanya menyuruh-nyuruh untuk piket.

"Buruan kenapa Lo nyatet nya, Vel? Urgent nih." Kata Milo yang sedari tadi tidak sabaran menunggu buku Haris. Pagi itu buku Haris seperti barang yang limited edition. Tidak ada yang punya, lebih tepatnya tidak ada yang punya dengan isi jawaban ekonomi sempurna dan lengkap. Mereka saja berebutan.

Novel meletakan bolpoin dengan kasar setelah selesai mencatat, tangannya pegal menulis jawaban beranak itu. Buku yang menjadi pedoman Novel mencontek pun sudah lenyap dibawa orang yang haus akan jawaban.

Tugasnya sudah selesai, dia hanya perlu bersantai sambil meregangkan otot tangan dan mengamati teman-temannya yang masih kalang kabut. Tangan Novel bergerak mengambil ponsel di saku celana.

Tapi pergerakannya berhenti ketika tangannya merasakan benda lain di sakunya. Seperti kertas dengan bentuk persegi. Kertas contekan? Bukan, kertas ajaib itu kan pasti tergulung menjadi gumpalan atau dilipat asal. Ini kertas dengan tekstur halus. Uang? Bukan juga, uangnya kan ia taruh di dompet semua.

Lalu apa? Dengan sekali pergerakan benda itu sudah keluar dari persembunyiannya. Novel melirik pada benda yang di genggamnya itu. Benda penuh mantra, karena bisa membuat Novel tiba-tiba tersenyum.

Ia lupa tadi pagi sempat mengambil foto Naray dan menaruhnya di saku. Entah sudah berapa lama Novel menyimpan foto itu, yang jelas Novel akan mengembalikan pada pemiliknya di waktu yang tepat.

📖📖📖

"Gak usah ngelamun juga kali, Ray!" Kalimat yang ditujukan oleh Nisa membuat Naray memutar bola mata malas.

"Gue gak ngelamun tuh." Protes Naray.

"Kalo gak ngelamun terus apa? Tidur? Gue tau Lo mikirin Novel kan?" Perkataan Nisa membuat Naray semakin kesal. Mereka berlima sedang duduk santai di dalam kelas, memanfaatkan waktu untuk bergosip karna jam kosong. Setelah pertemuan mereka kemarin, dan Naray yang sudah menceritakan semuanya. Sahabat-sahabatnya itu berpikiran jika Naray memang menyukai Novel, Naray sendiri juga masih bingung dengan perasaannya. Jadilah seperti ini, melamun sebentar dikata sedang mikirin Novel.

"Gue gak nyangka kuntilanak pacar Novel, tau!" Naomi membuka suara, mengingat cerita Naray kemarin.

"Emang Lo doang? Gue juga." Kata Atin.

"Kata Haris, sih, mereka udah lama pacaran." Amanda menimbrung tanpa mengalihkan fokusnya dari layar ponsel.

Naray memasang wajah tanpa minat, sungguh panas mendengar ocehan-ocehan sahabatnya itu.

"Berisik, deh!"

"Lo cemburu ya?" Tuduh Naomi dengan wajah tengilnya.

"Tau ah, kalian berisik. Gue mau tidur!" Naray kesal, dengan sedikit kasar ia telungkup kan kepalanya ke dalam lipatan tangannya itu. Baru satu menit, dirinya sudah diganggu lagi oleh suara salah satu sahabatnya itu.

"Ssttt," Bisikan kecil dari Amanda tidak juga membuat Naray bergerak. Naray masih berpura-pura tidur.

"Ssttt, Ray!" Lagi, kali ini dengan menyenggol lengan Naray kecil.

"Naray, woy, bangun!" Amanda kali ini menggoncangkan bahu Naray dengan keras.

Naray mengangkat kepala dengan malas. "Apaan sssss-" Kalimatnya menggantung ketika matanya melihat sesosok cowok di hadapannya "---ssssih?" Novel? Ngapain dia ke sini?

Novel terlihat sangat santai di depan Naray, dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada. "Gue mau ngomong sama Lo."

"Sama gue?" Tanya Naray menunjuk dirinya sendiri. Yang di balas dengan deheman mengiyakan dari Novel.

"Ngomong aja!" Setelah Naray mengatakan itu, Novel menarik Naray dengan sedikit paksaan keluar dari kelas.

"Novel, apaan sih? Gak usah tarik-tarik!"
"Gue bisa jalan sendiri, ih."
"Jalan Lo pelan-pelan kenapa?"
"Novel??"
Novel menarik Naray sampai pada tangga, Novel lalu berhenti dengan mendadak, membuat Naray membentur punggung Novel walau pelan.

"Kalo mau berhenti tuh ngomon!,"

Novel membalikan tubuhnya menghadap Naray, "Lo diem atau gue cium?" Seketika, mata Naray membulat dan menggeleng secara otomatis.

"Enak aja, bibir gue tu--"
"Siapa yang mau nyium bibir Lo? Oh, jadi Lo yang ngarep gue cium di bibir ya?"

Novel kampret! Gue cakar tau rasa Lo. Naray membatin dengan menatap Novel berang.

"Berhenti natap gue, pesona gue bisa bikin Lo jatuh hati!"

Nih anak kurang ajar banget bikin gue ber-- Ketika Naray mengalihkan pandang ke bawah. Matanya langsung menangkap sebuah tangan kekar yang sedang menggenggam. -debar.

Naray melepaskan tangannya dari genggaman Novel, membuat Novel juga menatap genggaman yang sudah terlepas itu.

"Lo mau ngomong apa sih sebenarnya?" Naray harus cepat-cepat pergi meninggalkan Novel jika tidak mau terkena serangan jantung.

"Lo pulang sama gue!"

"Hah?"

"Udah jelek, budeg ya Lo? Lo pulang sama gue!" Novel bersandar pada dinding tangga dan melipat tangannya.

"Gak, gue gak--"

"Gue gak lagi nawarin Lo, gue nyuruh Lo. Artinya, gue gak butuh penolakan." Novel berkata dengan nada menegaskan, dan setelahnya Novel berlalu dari hadapan Naray.

📖📖📖

Naray berjalan dengan tergesa keluar dari kelas, setelah berpamitan dengan sahabat-sahabatnya ia langsung ngacir keluar kelas. Gue gak boleh ketemu Novel. Gue gak mau pulang sama dia. Mana sekarang dia bisa banget bikin gue dag-dig-dug ser lagi.

Naray terus merapalkan doa supaya tidak dipertemukan dengan Novel. Tapi sepertinya doa itu tidak dijabah sama sekali, ketika Naray baru berbelok untuk menuruni tangga, ada sebuah tangan menarik tasnya. Membuat Naray berhenti mendadak dan sedikit terhuyung ke belakang.

"Lo pikir Lo bisa kabur dari gue? Ayo!" Lagi, Novel menggenggam tangannya. Yang tanpa Novel sadari membuat jantung gadis itu bergejolak.

Tangan itu masih dengan posisi sama, sampai mereka di parkiran, baru lah Novel melepaskan genggaman itu. Membuat Naray menghembuskan napas lega. "Naik!"

Naray bergeming di tempat, membuat Novel mengerutkan kening. Ketika Novel melirik ke bawah, Novel baru sadar jika rok yang di pakai gadis itu cukup pendek. "Ck, nyusahin deh Lo.  Nih, pake jaket gue buat nutupin paha Lo. Dan buruan naik!"

Naray menurut, lalu naik. Selama perjalanan hingga mereka sampai, tidak ada percakapan sama sekali di antara mereka.

Naray turun, lalu melepas jaket Novel dan mengembalikannya tanpa kata. Naray masih diam, Novel pun sama.

"Ray?" Barulah, ketika Novel memanggilnya Naray, gadis itu melirik pada Novel.

"Gue mau ngasih in--"

"NARAY?!!" Panggilan dari dalam rumah yang serupa dengan bentakan itu membuat keduanya melirik. Detik itu juga, Naray membulatkan mata serta tangan yang membekap mulutnya sendiri.

📖📖📖

Hehe oke bro, see u. Vomment jangan lupa🌶️🌶️🌶️

NOVEL (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang