Aku berjalan masuk ke dalam alun-alun kota. Kamu bergegas membetulkan posisi parkir motormu dan mengikuti langkahku dari belakang, lalu menyusul berdiri di sampingku. Tubuhmu kini sudah lebih tinggi dariku.
"Al, ingat ga pas pertama kali kamu suapin aku waktu aku benar-benar sakit sendirian di rumah?"
Aku mengingat-ingat sebentar sebelum akhirnya berkata, "Ah ya... Momen itu! Waktu aku buatin bubur instant ya pas tahu kamu belum makan? Abisan kamu belum makan dari pagi sih. Kamu tahu kan, aku panik banget. Orang tua kamu juga lebih sibuk dari orang tua aku. Pacarmu juga lagi ga ada, karena dia di pesantren kan? Ga bisa datang tiba-tiba ke rumahmu. Jadi, aku engga bisa engga harus ke rumahmu. Terus aku bingung kan, makanan apa yang cocok buat kamu. Mau ngasih nasi, takut ga kemakan. Sumpah bingung banget ya. Waktu itu ..."
"Sini deh, duduk dulu." Kamu tersenyum menyiratkan sesuatu. Penjelasanku terpotong. Kamu menepuk-nepuk salah satu kursi yang memang dibuat sengaja mengelilingi taman.
Aku diam, mengikuti gerakmu. Duduk manis di sampingmu. Tidak berniat lagi melanjutkan penjelasan.
Kamu tetiba merangkulkan tanganmu di bahuku dan membuatku mendekat kepadamu. Duduk merapat. Kamu mengelus-elus rambut bagian poniku dari belakang.
"Tuh kan... perhatian kamu itu yang bikin aku jatuh sayang sama kamu. Kamu tuh kalau peduli, ya sebegitu pedulinya sama aku. Makanya, masa iya aku bisa lepasin kamu gitu aja?"
Pipiku sepertinya bersemu merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lil Love [END]
Short StoryCerita ini didesain ringkas. Di dalamnya, saya meracik pengetahuan umum ke dalam cerita. Jadi, jika kamu mencari cerita sek-esek ga bermutu, cerita ini diusahakan dijauhkan dari hal itu --meski saya kadang menyelipkannya. Di sini, saya berusaha mema...