Keping 17

888 81 19
                                    

Aku melayang. Ekstasi hormon pemicu gairah memenuhi seluruh diriku. Aku biarkan diriku larut terpenuhi olehmu. Kuserahkan diriku, menjadi bagian dirimu. Setidaknya untuk kali ini.

×××

[KONTEN DEWASA]

Aku merasakan tangan kananmu makin mendekatkan kepalaku. Ada perasaan menahan, tapi kutak kuasa sudah. Apakah aku menginginkannya juga?

Bibirmu kini sampai di bibirku. Pagutan ciumanmu penuh gairah dan membuatku mengangkasa. Aku sudah lupa rasanya menjejak bumi, saat kamu pagut bibir bawahku, perlahan... nan bergairah.

Sensasinya meledakkan sensasi seksual dan sensual di tubuhku, menginginkan kamu, lagi dan lagi. Aku mulai meraih kepalamu. Mendorongnya dari belakang dengan tangan kanan dan kiriku, agar kamu makin menghunjamkan bibirmu atasku.

Menarik dan mendorong. Pada akhirnya, kamu tertarik sekaligus terdorong untuk menindihku di atas ranjang kasur yang biasa kutiduri sendiri. Kali ini kamu bersamaku. Apakah akan berbeda?

Ah, kadar kehangatannya. Biasanya selimut tipis yang membungkus kulitku dari terpaan dingin yang memasung. Kali ini, kulitmu yang mengeluarkan kalor, berhasil berbagi hangat denganku. Setiap desir dan gesek kulitmu, bulu-bulu halus di tanganmu serta di dagumu, berhasil membuatku merasakan sensasi tiada dua. Sungguhkah ini yang kuinginkan?

Kamu terus memagutku di atas ranjangku sendiri. Entah dia akan bersaksi seperti apa nanti kepada pemiliknya --ibu bapakku--, kalau suatu hari dia bisa berbicara. Aku kehilangan keinginanku tuk berpikir macam-macam. Bolehkah aku hanya menikmatinya saja?

Atas-bawah. Bibirmu terus memagutku, melumatnya di seluruh permukaan. Aku bisa merasakan saliva kita terbagi. Saling bertransaksi seperti zaman dahulu kala, tanpa perlu ada alat tukar yang disebut uang. Kita berhasil barter saliva, Fai, apa kamu senang?

Kamu berhenti --mungkin karena kehabisan napas, sebab jujur aku juga--, lalu mulai melihat ke dalam mataku. Menatapnya serius dan terhunjam ke dalamnya. Lalu, kamu tersenyum, dan menghipnotisku seketika tuk berbalik senyum kepadamu.

Tanpa sepatah kata, kamu mulai beralih mengoleskan salivamu di leherku, menyedot dan menggigitnya sesekali. Sedikit-sedikit, bergeser ke arah telinga lalu entah bagaimana, aku merasa kamu menjilat semua bagiannya. Ah, aku terbang, wahai! Gairahku mencapai puncak tertingginya. Bagaimana ini?

"Ah..." Maap, aku mendesah. Bukan maksud membuatmu makin bergairah, aku hanya... tidak tahan.

Sepelemparan dari leher kananku yang kamu kecup dan gigit bergiliran dengan jilatan yang konsisten, kamu beralih ke leher kiriku.

Setibanya di sana, aku tak kuat mulai menarik rambutmu paksa. Tidak kuat-kuat. Hanya sebatas ukuran ketidaktahananku akan efek sentuhan sehingga aku menggelinjang tak karuan. Aku basah.

"Ah..." Sekali lagi, maap. Aku mendesah. Aku tak bisa menahan diri tuk bersikap wajar saat ini. Kewarasanku sudah tercampur dengan gairah yang alami diwariskan leluhur kita. Bukankah nikmat sekali rasanya, atau baru hanya aku yang merasakan ini?

Berhenti, kamu menatapku lagi. Dan aku mengigit bagian bawahku --gerogi, melihatmu menatapku sedemikian rupa.

"Suka?" Nakal, kamu mengedip.

"Selalu kuinginkan ini sejak empat tahun yang lalu. Bagaimana aku tidak suka?" Nakal, aku membalas. Matamu membelalak, lalu mengerjap tepat ketika aku mengedikkan mataku juga. Membalasmu, sekali lagi.

"Ah, kamu makin membuatku ingin melakukannya."

"Berani?" Aku menantang. Permainan pagi ini sudah seharusnya bergairah bukan?

Tanpa menjawab, kamu kembali memagut bibirku. Menyedot bagian bawahnya dengan gerakan yang membuatku pasrah. Iseng, kamu menjulur-masukkan lidahmu ke dalam mulutku. French kiss. Aku membalas. Menyedot dan agak menggigit lidahmu yang lancang berani masuk ke dalam.

"Mmh..." Aku melenguh, menahan diri saat tanganmu merogoh masuk ke dalam kaus oblongku. Memainkan putingku yang sedari tadi tertutup. Aku tidak tahu --putingku tidak pernah disentuh jari sesiapapun seingatku, entah waktu kecil--, sensasi putingku saat disentuh akan terasa sedahsyat ini. Aku melepaskan lumatan bibirmu dan leherku tertarik ke belakang.

Disitulah, kamu bergegas bermain kembali di leherku sembari memainkan putingku dengan tangan kananmu.

"Ah....."

Tuhan...
Sensasi gila apa ini?

Kamu berhenti sejenak melihatku terengah-engah, dan menggapai kepalaku. Bertatapan kembali melihatku, tersenyum.

"Bolehkah, aku menikmati tubuhmu?"

"Kamu tidak keberatan membukanya sendiri?" Aku menjawab tanya dengan pertanyaan.

"Ah, tentu saja. Ini tugasku, sayang. Aku akan membawamu makin terbang. Bersiaplah..."

Aku mengangguk.

Permainan ini belum usai...




Dugeun2 jir, gue nulisnya :v

Lil Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang