Keping 32

454 51 10
                                    

Aku menyibukkan diriku tuk sementara, karena kulihat Al seperti tidak ingin bersamaku. Tetapi aku tetap menyapanya seperti percakapan yang terjadi barusan.

"Hai, Al. "

"Hai Fai."

"Sibuk apa?"

"Membaca wattpad."

"Oh ya udah. Ga ke kantin?"

"Engga."

"Aku duluan kalau gitu ya."

"Oke." Dan matanya terus menatap ke ponselnya. Aku sama sekali dihiraukannya. Bagaimanalah ini?

Aku pun memutuskan beralih ke lapangan. Kulihat beberapa teman yang kukenal, baru saja mau bermain sepak bola. Aku memutuskan tuk bergabung. Lagipula aku sudah sarapan tadi pagi. Jadi aku merasa akan baik-baik saja dengan berolahraga.

Oke, aku memang suka olahraga. Ini semacam pelarian --kalau memang ga bisa disebut hobi. Olahraga apapun kumainkan, karena logika dalam olahraga sangat sederhana. Seperti dalam sepak bola, aku hanya perlu menggiring bola dan memasukkannya ke gawang. Begitu juga dengan basket dan sejenisnya. Yang dibutuhkan hanyalah pembiasaan. Dan pergerakan.

Orang-orang yang ga suka olahraga, menurutku kasihan sekali. Kenikmatan dalam olahraga pertandingan adalah rasa lega karena telah mengeluarkan banyak keringat, terlebih jika mendapat kemenangan.

Dan olahraga lain --apapun jenisnya-- benar-benar membuatku lega juga. Intinya berkeringat adalah salah satu pelarian terbaik. Setidaknya teori yang kubaca dengan praktik yang kucoba dalam olahraga memang relate.

"Whatsapp bro! Udah lama lo kaga maen? Ngintil si Al terus sih ya!"

"No, man. Gua cuma memang lagi males aja."

"Oh, tapi lo masih bisa maen kan?"

"Mau berapa gol emangnya?"

"Anjay! Kangen gua sama kesongongan lo. Ya udah yok, no bacot. Maen aja. Lo gabung tim nya Adrian ya."

"Oke, sip."

Permainan dimulai. Aku mulai berlari mengocek bola di kakiku. Kelihaianku dalam memainkan dan menggiring bola masih belum terkalahkan. Baru 3 menit pertama, aku sudah memasukkan bola. Ah, payah!

Permainan terus berlangsung. Dorongan dan sikutan mulai terasa. Adrenalinku terpicu. Namun aku masih mampu mengontrol diriku. Aku tetap memainkan bola setenang mungkin.

Hingga tak terasa bel penanda istirahat berakhir, berbunyi nyaring.

Tetew

Tetew

Tetew

Dan aku kembali kelas.

***

Pulang sekolah, aku tidak betah di rumah. Kepikiran Al tentu saja menjadi sebuah alasan.

Akhirnya aku keluar, mengambil sepatu olahraga dan mulai melangkah kecil-kecil. Sebelum akhirnya berlari mengitari sekitaran perumahan.

Ah, Al.
Kenapa kamu menyiksaku seperti ini sih?
Harusnya aku sekarang berada di sisimu dan kamu menemaniku kemanapun.
Seharusnya kita sedang berpegangan tangan atau melanjutkan 'pertarungan' kita yang belum selesai, mungkin?

Katakanlah, aku mesum.
Tapi demi dunia, aku bersumpah!
Aku merindui setiap inci perbincangan yang kamu lontarkan, senyummu, apalagi tubuhmu, tentu saja!

Ah.

Lil Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang