Author's POV
Beda fakultas. Tetapi mereka akhirnya masuk kampus yang sama. Al beruntung karena akhirnya dia masuk ke dalam jurusan ekonomi sumber daya lingkungan, meskipun sebelumnya dia masuk jurusan IPA. Dia bisa lintas jurusan, ke jurusan yang jelas-jelas digandrunginya. Dia masuk fakultas ekonomi dengan sukacita. Sedangkan Fai masuk ke dalam jurusan teknologi pangan. Dia masuk jurusan di bawah fakultas teknologi pertanian. Sebuah jurusan prestisius di kampusnya.
Mereka lulus SMA dengan hasil yang sama-sama memuaskan. Belum lagi, Al yang memiliki beberapa sertifikat tambahan atas hasil kerja kerasnya selama ini dalam menulis. Benar. Al memutuskan diri untuk menulis dan bersosialisasi selama ia mengembangkan jarak dengan Fai. Dia menulis naskah-naskah cerpen dan puisinya untuk diikutsertakan lomba-lomba, mulai dari tingkat lokal hingga nasional. Dan hampir semuanya berhasil ia juarai. Al juga aktif melakukan kegiatan sosial –kegiatan amal kecil-kecilan bersama teman-teman di sekolahnya atau kawan di sekitaran lingkungan rumahnya. Tania dengan senang hati membantu aktivitas kakaknya ini. Al merasa menjadi lebih manusiawi dibanding sebelumnya. Dia merasakan cinta di dalam hatinya saat melakukan dua aktivitas tersebut. Benar apa yang dikatakan adiknya dulu. Makna kebahagiaan sangat terasa di dalam hatinya.
Fai berhasil karena tentu saja, dia sangat pintar. Dia memang mahir dalam ilmu-ilmu alam, mulai dari biologi, fisika, kimia apalagi matematika. Dia ga salah jurusan. Karena semua nilai di rapornya menunjukkan hasil memuaskan. Dia juga pernah menjadi juara olimpiade kimia, meski berakhir di tingkat provinsi. Dia gagal menjuarai tingkat nasional, tapi itu ga masalah. Sertifikatnya itu setidaknya membantu dia masuk ke dalam jurusan yang memang diinginkannya. Dia tertarik sekali di bidang teknologi pangan.
Yang belum berubah dari Fai adalah dia yang masih saja menginginkan Al untuk hidupnya. Dia merasa seperti setengah hidup dan setengah mati, karena Al semakin jarang ada bersamanya. Al semakin saja sibuk dengan dunianya dan tidak terlalu menggubris perjuangan Fai saat dia menyengajakan diri pergi ke rumahnya untuk sekedar mengajaknya jalan. Sesekali Al mengangguk dan ikut pergi, namun rasanya tetap saja berbeda. Fai merasa bahwa kebahagiaan dalam diri Al sudah utuh, bulat sempurna. Dengan atau tanpa dirinya, tidak akan mengubah apapun. Sedangkan jauh dalam hati Fai, meskipun beberapa impiannya sudah dirasa tercapai, dia tetap menginginkan Al untuk menyempurnakannya. Ibarat sebuah lagu, mimpi dan kehidupannya adalah lirik dan Al adalah musik yang akan membuatnya enak untuk didengar. Untuk membuat hidupnya menjadi simfoni dan harmoni.
Kehidupan Fai dan Al setelah beberapa bulan menjalani dunia kuliah terasa makin menyibukkan. Tugas-tugas yang mereka terima selama di perkuliahan berkali-kali lipat lebih banyak dan menyita waktu dibandingkan tugas yang mereka dapati selama di SMA. Sinetron-sinetron yang diperlihatkan di pertelevisian Indonesia selama ini, yang membahas tentang dunia kuliah dengan dandanan menor dan bahas seputar percintaan yang ga ada habisnya, hanyalah omong kosong belaka. Mereka dan teman-temannya sendiri justru lebih sibuk membahas, saling berdiskusi tentang tugas kelompok –yang hampir semua mata kuliah memiliki tugas kelompok. Tugas individu berkutat di seputaran paper yang harus memiliki sitasi yang jelas dan tidak boleh asal copas. Katanya asdos –asisten dosen—akan dengan mudah tahu, laporan-laporan yang mengandung kriteria copas.
Betapa rumitnya kehidupan kuliah, mampu mengalihkan banyak pikiran Fai mengenai Al. Meski pada suatu titik dia merasa frustasi dan muak dengan tugas-tugas kuliahnya, dia memilih diam-diam memperhatikan Al dari jauh. Sesekali Fai mendapati Al sedang berdiskusi dan tersenyum lebar. Kadang, Al sedang menjetikkan jari dan lalu mulai berbicara kepada teman-temannya seolah dia sedang kebanjiran ide dalam pikirannya. Al lebih terlihat dewasa dan tentu saja –membuat Fai makin tergila-gila padanya.
Kehidupan berorganisasi juga tak luput mereka ikuti. Sebagai seorang yang pandai berorasi, Fai memutuskan ikut kegiatan BEM di tingkat persiapan bersama. Dia berhasil memperoleh posisi sebagai ketua –tentu saja karena kepiawaian, kecerdasan hingga ketampanannya yang mampu membuat siapa saja dengan rela hati memutuskan memilih Fai sebagai ketua yang memang punya potensi sangat besar.
Sementara Al masuk dalam ranah yang paling digandrunginya, yakni menjadi pengajar anak-anak SD. Dia bergabung dengan sebuah klub yang dinamakan rumah pelangi. Tugasnya adalah datang setiap hari sabtu untuk mengajarkan anak-anak materi tambahan dan bersuka cita dengan mereka. Kadang diselingi senam dan lainnya. Dia juga ikut klub kepenulisan yang berada di fakultasnya. Hampir tiap hari, di tengah kesibukannya mengerjakan tugas-tugas di jurusannya, Al tetap menyempatkan diri untuk menulis. Dia sudah sejak SMA mulai menulis di wattpad. Dan sejak lulus SMA, banyak orang-orang mengetahui kualitas tulisannya dan suka. Sehingga sudah beribu-ribu kini followersnya. Tiap hari, meski ga dibayar sama sekali, dia senang saja menuangkan ide-ide dalam pikirannya dalam sebuah tulisan. Lalu membagikannya kepada dunia oranye itu. Dia makin merasa bebas dan cinta dengan apa yang dilakukannya.
Kehidupan terus berjalan.
Mereka berdua menjalani hidup masing-masing.
Keduanya berada dalam kesibukan, yang semoga saja tidak menyia-nyiakan hidup mereka.
Bedanya, yang satu sudah merasa utuh dengan kebahagiaan dan cinta yang dimilikinya pada aktivitas-aktivitasnya. Sedangkan yang satu lagi, di tengah kesibukannya, diam-diam dia tetap mengharapkan hubungan mereka akan kembali dekat seperti waktu pertama mereka mengenal dulu.
Kedekatan yang seperti langit dengan warna birunya.
Awan dengan air hujannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lil Love [END]
ContoCerita ini didesain ringkas. Di dalamnya, saya meracik pengetahuan umum ke dalam cerita. Jadi, jika kamu mencari cerita sek-esek ga bermutu, cerita ini diusahakan dijauhkan dari hal itu --meski saya kadang menyelipkannya. Di sini, saya berusaha mema...